36

930 156 7
                                    

Kayla

Apa sih yang saya harapkan? Ayah menyerah? Ayah tidak membahas perjodohan? Tentu saja, rasanya itu tidak mungkin. Sepertinya, kali ini Ayah tidak mau menyerah dengan mudah bagaimana ia dulu menyerah memaksa Kak Kelvin untuk masuk kedinasan.

Selama ini, saya selalu dikenal sebagai Kayla Gesita Andira yang penurut, anak baik, rajin, pendiam—dan hal-hal baik lainnya. Tapi sepertinya, malam ini saya akan mencoba untuk menjadi anak yang rebel.

Saya memotong daging steak dengan sangat kuat—sehingga menimbulkan bunyi dan membuat seluruh atensi jatuh kepada saya di ruangan ini.

Ya. Saya sedang makan malam bersama keluarga Om Pandu—tentu juga ada Kak Arga di dalam ruangan ini yang barusan melirik saya dan tersenyum tipis—karena tahu bahwa saya melakukan itu dengan sengaja.

"Maaf, dagingnya keras." Saya menyengir dan atensi mereka pun kembali kepada makanan masing-masing. Saya melirik Kak Arga yang duduk di seberang saya. Ia tiba-tiba menunjuk ke arah handphone-nya.

Saya langsung mengerti maksudnya dan membuka handphone saya dan melihat isi pesan yang baru saja ia kirimkan untuk saya. Saya refleks tertawa—dengan suara yang lumayan keras dan membuat Kak Arga menatap saya dengan senyum yang terkulum di wajahnya. Kak Arga menggeleng pelan lalu kembali menikmati makan malamnya.

"Gimana kalau jatuhin minum dengan sengaja, terus jatuhin aja ke Kelvin yang di sebelah kamu. Atau, aku aja yang jatuhin biar mood dia jelek?" Berikut, bunyi pesan yang Kak Arga kirimkan dan membuat saya tertawa. Sebenarnya, tidak begitu lucu sih. Tapi saya tahu kenapa Kak Arga mau melakukan itu. Mungkin supaya Kak Kelvin marah terus malah ribut sama Kak Arga di sini.

Itu ide yang paling buruk sih sebenarnya. Saya tidak mau image Kak Kelvin jelek di mata Om Pandu dan Tante Rita. Dan juga, Kak Kelvin sebenarnya sangat mau membantu ide gila saya dan Kak Arga dalam rangka untuk menggagalkan rencana Ayah dan Om Pandu.

"Arga, katanya minggu ini mau manggung ke Bali ya?" Tiba-tiba, Ayah membuka suara, memulai konversasi.

"Iya, Om." Kak Arga menyunggingkan senyum.

"Gue suka dengerin lagu-lagu sweetchaos," sahut Kak Kelvin tiba-tiba. Oh, sudah dimulai.

"Wah, thanks. Enggak nyangka." balas Kak Arga dengan penuh sarkasme. Saya sebenarnya deg-degan sekali. Saya takut saja, kalau-kalau mereka berdua baku hantam.

Kak Kelvin kemudian meletakkan garpunya di atas meja, lalu menatap lurus kepada Kak Arga di seberangnya. "Awalnya gue dengerin buat cari sisi buruk lo sih. Ternyata enggak nemu."

Karena ucapan Kak Kelvin, Om Pandu tersenyum canggung dan Ayah berdeham, menegur Kak Kelvin dengan hati-hati—yang tentu saja tidak diperdulikan oleh Kak Kelvin.

"Tapi gue penasaran nih, Ga. Lo mau bantu jawab rasa penasaran gue enggak?" ujar Kak Kelvin lagi.

Kak Arga malah tertawa, "Depends on your question?"

"Kan katanya anak band begajulan tuh. Deket sama dunia malam." Saya langsung terdiam dan menatap Kak Kelvin. Apa ini bagian dari rencana mereka berdua? Tapi saya rasa, Kak Kelvin sudah kelewatan. Saya menoleh kepada Kak Arga. Ia terlihat biasa saja, tidak merasa tersinggung. "Gue penasaran, apa lo juga begitu?"

"Kelvin!" desis Ayah.

Kak Kelvin segera menatap Om Pandu. "Oh, maaf, Om. Aku enggak ada maksud apa-apa. Cuma sedikit penasaran. Tapi kali aja Om juga pengin tahu anak Om selama ini gimana kan?"

"Kak Kelvin..."

Tiba-tiba, suasana menjadi senyap. Kak Kelvin menatap lurus ke arah Kak Arga dengan senyum yang tak bisa saya artikan. Sementara Kak Arga terlihat biasa saja. Saya jadi bingung. Saya semakin bingung, waktu Om Pandu tiba-tiba tertawa.

Will HeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang