Jakarta, Maret 2019
Kayla
Kalau ditanya, siapa lelaki paling plin-plan yang saya kenal, maka nama Arga Anggara akan ada di peringkat paling atas. Perlakuan Kak Arga kepada saya benar-benar berubah. Ia kembali menjadi sosok Arga Anggara yang dingin, seperti ketika ia tidak menyukai saya karena saya masuk ke dalam hubungannya dengan Kak Vina.
Beberapa waktu yang lalu, Kak Arga pergi ke Bali untuk menghadiri acara di sana bersama sweetchaos. Ia tidak mengabari saya dan saya tahu tentang itu dari Calista yang pergi ke Bali bersama dengan Kak Acha. Jujur, saya sangat kecewa dan sedih. Karena biasanya, Kak Arga akan mengabari saya atau bahkan iseng mengajak saya untuk ke luar kota—walau saya tidak pernah bisa benar-benar pergi karena tidak diberi izin oleh Ayah dan Kak Kelvin.
Akan tetapi, kali ini, ia benar-benar tidak mengabari saya pun tidak mengajak saya mengobrol untuk masalah yang sepele. Padahal akhir bulan ini, kami akan menikah. Secara garis besar, saya cukup paham alasan kenapa ia melakukan itu. Karena ia tidak benar-benar ikhlas menerima perjodohan ini.
Tapi memangnya, saya tidak begitu? Saya juga sama sepertinya, yang saya pikirkan hanyalah masa depan ia dan sweetchaos, ia dan mimpinya. Di mana saya yakin, itu menjadi alasan kuat kenapa Kak Arga akhirnya dengan terpaksa menerima perjodohan ini.
Sudah beberapa menit lamanya saya hanya memandangi profile picture Kak Arga di Whatsapp. Saya ingin menghubunginya, tetapi saya tidak berani. Jadi yang saya lakukan hanyalah memandangi ruang obrolan saya dan dia, yang terakhir berisikan obrolan sebulan yang lalu.
Tetapi, tidak bisa begini terus kan? Kalau Kak Arga tidak mau berbicara dengan saya, maka saya harus melakukan sesuatu untuk menemukan jawaban yang saya cari.
-ooo-
Saya mengerlingkan pandangan, memperhatikan seluk beluk seisi lobby kantornya Om Pandu. Seketika, saya merutuki kedatangan saya ke sini yang belum memasuki waktu lima menit. Kenapa juga saya ke sini?
Untuk menemukan jawaban yang saya cari, saya memang harus bertemu dengan Om Pandu.
"Mbak Kayla?"
Saya menoleh ke asal suara, Sekretarisnya Om Pandu memanggil saya dan membuat saya berdiri dari sofa.
"Sudah boleh masuk, Mbak." katanya ramah. Saya mengangguk dan berjalan masuk ke ruangan Om Pandu.
Begitu melihat kedatangan saya, Om Pandu tersenyum lebar dan menyambut saya dengan hangat.
"Kayla, Om kaget kamu main ke sini." ujarnya lalu menyuruh saya duduk di sofa yang ada di ruangannya. "Duduk, Kay. Kamu mau minum apa, Kay?"
"Air putih aja juga enggak apa kok, Om." balas saya sambil mengambil air mineral gelas yang ada di atas meja. Om Pandu hanya tersenyum melihat itu.
"Jadi, kenapa kamu dateng ke sini? Arga nyusahin kamu?"
Saya termangu untuk beberapa saat. Tiba-tiba, saya merasa gugup sekali karena ini pertama kalinya saya berhadapan dengan Om Pandu. Saya meminum air mineral yang ada di depan saya dan kembali menatap Om Pandu.
"Aku bingung sama sikap Kak Arga, Om." kata saya akhirnya setelah memantapkan diri.
"Bingung?"
Saya mengangguk. "Mungkin Om dan Ayah juga tahu, gimana aku dan Kak Arga berusaha keras untuk menolak perjodohan ini."
Ucapan saya membuat raut wajah Om Pandu berubah. Senyuman ramahnya kian pudar namun ia tetap mendengarkan saya.
"Karena aku sama Kak Arga, mau hidup di jalan kami sendiri. Walau pada akhirnya, kami berdua kalah dan berakhir bertunangan. Jujur, Om, aku bingung banget. Kenapa Kak Arga tiba-tiba ngalah? Bertahun-tahun kenal Kak Arga, aku tahu dia bukan orang yang gampang nyerah karena dia keras kepala banget. Makanya, aku dateng ke sini buat nanya ke Om Pandu. Apa... Om Pandu adalah alasan kenapa Kak Arga kayak gitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Will He
General Fiction[Completed] Kata orang, cinta pertama itu hanya omong kosong. Tapi kalau kata saya, kita enggak tahu kalau enggak dicoba, kan? Begitu pula dengan cerita cinta pertama saya tentangnya, tentang seseorang bernama Arga Anggara yang dengan penuh harap s...