"Sumpah ya, kalau Arga tuh bukan temen gue, udah gue hajar!"
Pertama kali mengenal Ara, Kayla sempat ketakutan kepada perempuan yang terlalu mandiri itu. Watak Ara sangat jauh berbeda dengan Kayla. Awalnya, Kayla takut untuk berteman dengan Ara. Tapi ternyata, sifat Ara jauh lebih hangat dari penampilannya yang terlihat dingin. Selain itu, Ara selalu mampu memberikan masukan-masukan setiap orang bercerita kepadanya. Karena itulah, Ara selalu menjadi tempat curhat untuk Kayla, Calista, Kirana dan juga Acha.
"Gue enggak kaget sih sebenernya Kak Arga bisa ngomong gitu. Tapi gue enggak habis pikir dia ngomong kayak gitu ke Kayla? Buat nyubit Kayla aja gue enggak berani!" sahut Acha menambahkan.
Kayla yang hanya mendengarkan sejak tadi terkekeh pelan. Sejak hari di mana Arga tiba-tiba membangun tembok tinggi di antara mereka, Kayla benar-benar tak banyak bicara dengan Arga. Entah bagaimana, mereka berdua bersikap seolah tak terjadi apa-apa di antara mereka.
Kayla tetap membuatkan sarapan, Kayla tetap bertanya jadwal manggung Arga dan Arga tetap pamit izin untuk berangkat kerja, atau mengabari jika ia akan terlambat pulang. Walau begitu, keduanya tahu ada sesuatu yang menjanggal yang tidak terselesaikan.
"Lo kuat banget sih, Kay." Kira melempar senyum kepada Kayla yang duduk di seberangnya. "Lo paling kuat di antara kita."
Calista kemudian mengangguk dengan semangat. "Bener banget. Setuju. Kalau aku ada di posisi Kayla, kayaknya aku enggak tahan deh sama Kak Arga. Kadang, aku tuh takut banget sama Kak Arga."
"Takut kenapa?" Kayla mengerjap bingung.
"Auranya tuh dingin banget, Kay. Gue juga gitu sih." timpal Acha.
Ara pun ikut mengangguk untuk menyetujui ucapan Calista dan Acha. "Udah pada pernah lihat Arga marah belum lo semua?"
"Gue udah," jawab Acha.
"Gue belum." jawab Kira.
"Aku juga belum."
"Jangan sampai lihat deh," kata Kayla, mewakili Ara untuk berbicara lalu tersenyum manis. "Serem banget."
"Iiiih, kok kamu kuat sih, Kaaaay?" sahut Calista dengan wajah sedih. Kalau ada di posisi Kayla, sepertinya Calista tidak akan sanggup.
"Kak Arga sebenernya baik banget kok. Karena kondisi aja makanya jadi kayak begini." kata Kayla lagi. Ya, bagi Kayla, sosok ramah Arga tidak akan tergantikan dan Kayla tidak sabar untuk bertemu lagi dengan sosok ramahnya itu.
-ooo-
Kayla menutup pintu rumahnya. Hari ini, ia menghabiskan waktu bersama Calista dan yang lainnya hingga malam hari. Kata Calista, "Biarin aja Kak Arga nungguin kamu!"
Kayla terkekeh pelan karena teringat ucapan Calista sore tadi saat Kayla bilang ia ingin pulang karena takut jika Arga sudah di rumah. Namun setelah paksaan Ara dan yang lainnya, Kayla akhirnya tetap tinggal dan melakukan apa saja bersama teman-temannya.
Begitu Kayla tiba di depan pagar satu menit yang lalu, Kayla sedikit terkejut karena melihat mobil Arga sudah terparkir di garasi rumahnya. Padahal, waktu baru menunjukkan pukul delapan malam. Kayla sudah hafal jam pergi dan pulang Arga. Biasanya, lelaki itu baru akan tiba di rumah pukul sebelas malam.
"Dari mana?" tanya Arga begitu Kayla menginjakkan kakinya di ruang televisi.
Kayla berdeham dan berjalan menuju dapur. "Jalan-jalan sama Cal dan kakak-kakak yang lain."
"Oh..." balas Arga sambil menatap Kayla dari sofa.
Kayla yang sedang meneguk segelas air seketika merasa terganggu dari dalamnya tatapan Arga. Kenapa Arga melihat dirinya seperti itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Will He
General Fiction[Completed] Kata orang, cinta pertama itu hanya omong kosong. Tapi kalau kata saya, kita enggak tahu kalau enggak dicoba, kan? Begitu pula dengan cerita cinta pertama saya tentangnya, tentang seseorang bernama Arga Anggara yang dengan penuh harap s...