05

115K 12.1K 338
                                    

"Ra, sakit," lirih Razan dengan mata sayu yang tertuju pada Raina.

•••

Raina yang mendengar lirihan Razan dengan cepat berlari menuju ranjang, dan menggenggam erat tangan Razan yang terasa sangat hangat saat bersentuhan dengan tangannya,

"Razan?" gumam Raina setelah melihat Razan kembali memejamkan matanya,

"Bibi!"

"Razan udah makan?" tanya Raina yang membuat wanita paruh baya itu menggelengkan kepalanya,

"Den Razan nggak bisa makan Non, udah dipaksa tetap nggak mau,"

Raina menganggukkan kepalanya, sudah jadi kebiasaan jika Razan akan menolak makanan apu pun jika sedang sakit seperti ini,

"Bibi bikinin bubur," pinta Raina yang langsung dilaksanakan oleh sang Bibi,

Raina merasakan tangannya digenggam sangat erat oleh Razan, seolah menolak jika Raina akan meninggalkannya,

Raina memusatkan pandangannya pada wajah pucat sahabat kecilnya itu, kenapa Razan bisa sakit seperti gini?

"Raina," gumam Razan setelah terjadi beberapa menit keheningan,

"Zan, bangun, makan dulu," Razan dengan enggan membuka matanya dan menatap ke arah Raina yang juga menatapnya,

"Makasih Bi," ucap Raina setelah menerima semangkok bubur, yang diangguki oleh sang Bibi.

Raina dengan pelan ikut bergabung di atas ranjang tepat di samping Razan yang kini sudah bersandar di kepala ranjang.

"Masih pusing?"tanya Raina yang dibalas anggukan kepala oleh Razan,

"Makan dulu, terus tidur lagi," ucap Raina dengan pelan menyuapkan bubur ke arah Razan yang tampak enggan membuka mulutnya,

"Panas, Ra,"keluh Razan dengan bibir yang ia majukan, jangan lupakan suara rajukannya,

Raina yang merasa Razan membodohinya, jelas-jelas Raina sudah mencicipi bubur itu terlebih dahulu,

"Udah aku tiup, Zan!"

"Tapi panas, Ra," lirih Razan sebelum menjatuhkan kepalanya pada pundak mungil milik gadis cantik di depannya,

"Panas, Ra," gumam Razan tepat di dekat leher milik Raina,

"Usttt..Makan dulu biar sembuh," bujuk Raina yang dibalas helaan nafas kasar oleh Razan,

"Mau mandi," ujar Razan yang dibalas gelengan oleh Raina,

"Mandinya pas udah sembuh,"

"Tapi gue bau,"

"Nggak kok, harum,"

Raina dengan cekatan menyuapi Razan sedikit demi sedikit bubur yang dibuat oleh Bibi.

"Udah kenyang,"

Raina menghela nafasnya, bahkan belum sampai setengah mangkok yang dimakan oleh Razan, dan lelaki itu sudah mengatakan kenyang,

"Serius?" tanya Raina yang langsung diangguki mantap oleh Razan,

"Oke kalau gitu, Razan bobo,"

"Nggak mau," tolak Razan saat Raina sudah turun dari ranjang,

"Nggak mau bobo?"

"Nggak mau ditinggal," Raina yang mendengar ucapan gemoy dari Razan hanya bisa menyembunyikan senyumnya dari lelaki yang kini memilin kaos oversize hitam yang digunakan Raina,

Kok Kita Nikah?[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang