41

81K 7.9K 267
                                    

"A-ayah? Anaknya manggil,"

Deg,

Suara itu. Suara yang sangat ia rindukan.

Suara dari wanitanya.

•••

Razan menatap lurus ke arah Raina yang sedang berusaha menyandarkan punggungnya, dengan Umayma yang ikut memperhatikan apa yang sedang dilakukan sang bunda.

"Razan, tolong," pinta Raina sambil melambaikan tangannya.

Razan belum juga mengeluarkan suaranya, bahkan lelaki itu menahan nafasnya tanpa sadar karena terlalu terkejut dengan apa yang ia lihat. Mimpi? Kenapa ia bisa mimpi di saat ia belum juga tertidur?

Kesal tidak mendapatkan balasan dari Razan. Raina memilih memencet tombol kecil yang berada di atas kepala ranjang, dan menunggu dokter memasuki ruangannya.

Raina mengalihkan pandangannya ke arah Umayma yang menatapnya.

Raina mengangkat tubuh balita mungil itu ke atas pangkuannya.

"Nda?" Raina lantas menangis saat mendengar panggilan Umayma untuk dirinya.

Raina dan Umayma mengalihkan pandangannya ke arah pintu saat terdengar suara pintu yang telah dibuka.

Sang dokter pun tampak terkejut dengan apa yang ia lihat saat ini. Pasien yang sudah ia rawat selama satu tahun, kini telah siuman.

"Wah, Ibu Raina, saya tidak menyangka anda bisa melewatkan masa koma anda dalam kurung waktu satu tahun," ucap sang dokte ruang mendapat senyum pahit dari Raina.

Sang dokter mulai mengecek kesehatan Raina, dan bertanya banyak hal tentang diri Raina, dan juga tentang keluhan wanita itu setelah siuman,

"Kaki saya nggak bisa digerakin, Dok,"

"Itu hal wajar bagi pasien koma yang baru saja terbangun, karena memang jarang digunakan selama satu tahun ini maka dari itu sendi-sendinya menjadi kaku, tapi nanti kami akan melakukan terapi ringan untuk ibu Raina. Sering-sering juga melatih kaki Ibu sendiri,"

Raina mengangguk sebelum melirik ke arah Razan yang masih berada di tempat yang sama. Mungkin lelaki itu masih terkejut sekaligus tidak percaya bahwa ia sudah siuman.

"Dok! Tolong pukul saja suami saya," pinta Raina sambil tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

Sang dokter pun tersenyum kaku sebelum melangkah mendekati Razan an menepuk pundak lelaki itu.

"Pak? Istrinya udah siuman," ucap sang dokter yang membuat Razan mengedipkan matanya berkali-kali.

"Kamu nggak rindu sama aku?" mendengar pertanyaan Raina membuat air maya Razan langsung jatuh membasahi pipi tirusnya.

Dengan pelan ia melangkah mendekati Raina,

"Ra? Kam-kamu bangun, Ra? Kam-kamu udah nggak tidur lagi," Raina mengangguk dan membalas pelukan Razan yang terasa erat pada tubuhnya yang masih lemah,

Razan terisak keras yang membuat sang dokter dan para suster ikut merasakan haru. Dokter dan para suster sudah sangat tahu seberapa besar cinta Razan pada Raina, maka dari itu mereka sangat beruntung karena menyaksikan cinta sejati tepat di depan mata mereka saat ini.

Isak tangis Razan seketika berhenti saat mendengar suara tangis histeris dari arah samping.

"Nda!" teriak Umayma sambil berusaha menarik baju pasien yang digunakan Raina.

Raina melepas pelukan Razan lalu kembali memangku Umayma yang kini menyandarkan kepalanya di dada Raina dan menatap kesal ke arah Razan dengan mata berairnya,

Kok Kita Nikah?[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang