15

101K 10.8K 423
                                    

"Razan, ayo makan," ajak Raina yang mengundang gelak tawa dari semua orang yang berada di dalam ruangan itu,

•••

Seperti biasa, pagi ini diisi oleh suara bising
yang berasal dari toilet yang berada di dalam kamar megah milik pasutri muda,

Razan yang mendengar suara bising dari toilet pun dengan cepat menegakkan tubuhnya dan melangkah ke arah toilet,

Dengan pelan lelaki itu memijit leher belakang sang istri yang sedang mengeluarkan cairan bening dari mulutnya, sudah dua hari Raina-nya seperti ini, dan sudah dua hari pula ia tak pernah berhenti khawatir dengan keadaan sang istri,

Razan menghela nafasnya ketika Raina membasuh wajah dan juga berkumur-kumur di wastafel yang memang tersedia di dalam toilet itu,

Setelah itu, Raina membalikkan tubuhnya lalu kembali menangis di pelukan Razan,

Razan mengelus sayang pundak bergetar sang istri, selain selalu mual di pagi hari, Raina juga lebih cengeng dan juga gampang marah jika keinginannya tidak terpenuhi,

"Udah-udah, gimana kalau kita langsung ke dokter?" Raina menggelengkan kepalanya, tanpa melepas pelukan mereka,

"Panggil dokter kesini?" Raina menganggukkan kepalanya, melihat persetujuan Raina dengan cepat lelaki itu menggendong Raina menuju ranjang king size yang berada di dalam kamar,

dengan pelan, Razan membaringkan Raina lalu mengecup sayang puncak kepala sang istri, sebelum melangkah menuju nakas dan menghubungi dokter pribadi keluarga Narendra,

"Zan? Sini," pinta Raina sambil menepuk pelan sisi ranjang di sampingnya,

Razan membaringkan tubuhnya di samping Raina setelah mematikan sambungan teleponnya,

"Gue mimpi, Zan,"

"Mimpi apa?"

"Gue ketemu anak cewe yang mirip banget sama lo, cuman bibirnya ngikut ke gue,"

"Dia cantik banget, dan dia ngomong, 'Bunda, adek pengen liat dunia, jangan ilangin adek yah?' Gitu," lirih Raina sebelum kembali meneteskan air matanya,

Razan mengelus sayang puncak kepala Raina, "Udah, kan cuman mimpi,"

"Tapi kayak nyata, Zan,"

"Iya, lo tidur yah? Nanti gue bangunin kalau dokternya udah datang," tak ingin membantah, Raina mulai memejamkan matanya sambil menikmati elusan lembut di puncak kepalanya,

Setelah Raina tertidur barulah Razan menurunkan posisi tidurnya hingga sejajar dengan perut rata sang istri,

"Anak Papa udah kasi kode ke Mama?"

"Adek pengen manggil Ayah Bunda, yah?"

"Jangan kasi kode terlalu sering, yah? Kasian Bunda kalau terlalu sering mual-mual, bobonya jadi keganggu," jelas Razan sebelum mengecup pelan perut Raina yang dilapisi piyama tidur berwarna putih,

Razan memeluk perut Raina dengan erat, Razan yakin gadis kecil yang datang di dalam mimpi Raina adalah gadis kecil yang sama yang datang di mimpinya sebelum pernikahan mereka,

Flashback mimpi

Razan berjalan tanpa arah menyusuri lahan penuh bunga di depannya, Razan merasa tak ada orang lain kecuali dirinya di sana, hanya ada bunga-bunga dengan berbagai warna,

Lelaki itu mengamati pemandangan sekitar, tatapan Razan terhenti pada boneka yang terlihat terangkat ke atas, dengan tangan mungil yang memegangnya,

Kok Kita Nikah?[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang