08

110K 11.8K 324
                                    


"Karena lo kado terindah yang dikirim Tuhan buat gue,"

•••

Razan tersenyum saat Raina menatapnya dengan tatapan tatapan memohon,

Kini mereka sedang berdiri di depan pintu besar di kediaman Raina dan keluarganya,

"Razan, kita—"

"Assalamualaikum!" teriak Razan yang membuat Raina menghela nafasnya, Razan benar-benar serius dengan ide konyolnya,

Raina sudah tidak mengerti lagi dengan isi pikiran Razan, setelah perbincangannya di kamar Razan tadi pagi, dengan kata-kata mutiara yang diucapkan Razan membuat Raina menganggukkan kepalanya dengan ragu,

"Waalaik—"belum sempat menyelesaikan balasannya, Dian lebih dulu menatap ke arah dua manusia yang menatap ke arahnya,

"Bukannya kalian ini yah, ada di lantai atas?" tanya Dian yang membuat Razan tersenyum canggung,

"Tante, Razan boleh bicara?" tanya Razan pada Dian yang menatapnya dengan tatapan tanya, sejak kapan bocah ini menganti panggilannya menjadi Tante? Biasanya ia memanggil Mama seperti Raina.

"Boleh, silahkan,"

Dian mempersilahkan Razan untuk masuk ke dalam rumahnya, tak mengalihkan pandangannya ke arah Raina yang enggan mengangkat kepalanya,

Dian mempersilahkan Razan duduk dengan Raina yang setia berada di sampingnya, Razan bahkan mengelus pundak mungil milik Raina untuk menghilangkan rasa bersalah Razan pada apa yang ia lakukan pada Raina,

"Oke," Dian menatap ke arah Razan yang mengelus pundak Raina,

"Razan mau ngomong apa sama Mama?"tanya Dian yang membuat Razan mengalihkan pandangannya dari Raina,

"Pertama-tama Razan mau minta maaf sama Mama, buat apa pun kesalahan yang udah Razan buat,"

Mendengar ucapan Razan membuat Dian menganggukkan kepalanya, seingatnya Razan tidak pernah berbuat salah, atau mungkin karena ia tak tahu?

"Terus?"

"Mama nggak boleh kaget, atau pun..."

"Marah?" pinta Razan yang membuat Dian menganggukkan kepalanya, janji aja dulu kalau nggak kuat baru dilanggar, prinsip baru, bukan?

Razan mulai menceritakan kejadian yang terjadi tadi malam, mulai dari Raina yang mengendap-ngendap keluar, sampai titik dimana ia melakukan itu pada Raina,

Dian hanya menjadi pendengar yang baik, sampai Razan mengatakan,

"Gitu, Mah, tapi Razan juga berniat buat nikahin Raina. Kalau Mama setuju, Razan bakal panggil Mami pulang," ucap Razan sebelum menundukkan kepalanya,

Dian dengan mata yang mulai memerah menatap ke arah Raina yang sudah terisak, dan menegakkan tubuhnya,

"Mama mau ke kamar dulu," ucap Dian sambil melangkah menuju kamarnya yang memang berada di lantai bawah,

Raina dengan cepat mengikuti langkah sang Mama dan meninggalkan Razan yang terdiam di ruang keluarga,

"Mah?" panggil Raina setelah sampai di depan pintu, matanya menatap punggung Dian yang bergetar di ujung kasur,

Dengan langkah pelan, Raina berjalan menuju Dian, dan memeluk tubuh itu,

"Maafin Raina, Mah! Raina gagal jadi anak yang baik," lirih Raina yang membuat Dian semakin histeris bahkan memukul pelan pundak Raina yang memeluknya,

"Mama gagal buat didik kamu, Hiks, Mama nggak becus jadi orang tua, Hiks, Mama harus ngomong apa ke keluarga? Sama Papa kamu yang sekarang lagi kerja buat nafkahin kita?"
ucap Dian dengan tangisan disela-sela kalimat,

Kok Kita Nikah?[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang