23

73.4K 7.9K 183
                                    

"Oke! Lo jangan sama gue, sama Dini aja, toh dia CANTIK!"

•••

Tak terasa kandungan Raina sudah memasuki minggu ke-20 atau bulan kelima , sehingga membuat perutnya semakin membuncit,

Pagi ini Raina dan Razan telah siapa dengan pakaiannya. Raina yang menggunakan dress putih longgar tanpa lengan, sedangkan Razan yang menggunakan celana jins dipadukan dengan kaos hitam polos.

Pagi ini mereka berencana untuk menemui sang bayi, yah! Mereka akan pergi ke rumah sakit untuk mengecek bayi mereka seperti bulan yang lalu.

"Razan!" panggil Raina sambil berusaha menggapai tasnya yang berada di bagian paling atas lemari kaca yang memang dikhususkan untuk menyimpan tas milik Raina.

"Iya?"

"Ambilin, yang abu-abu," pinta Raina sambil menunjuk ke arah tas yang ia maksud,

Razan hanya mengangguk sebelum melangkah mendekati Raina, lalu tanpa disangka Razan malah mengangkat tubuh Raina yang membuat wanita itu memekik keras.

"Ish! Razan!" kesal Raina sambil memukul pelan pundak Razan, mendapat pukulan kecil dari sang istri membuat Razan terkekeh,

Raina yang paham dengan beratnya yang sudah bertambah langsung mengambil tas yang akan ia gunakan hari ini, lalu menepuk pelan pundak kokoh milik sang suami.

"Udah! Turunin," pinta Raina.

Razan mengangguk dan menurunkan wanita itu, lalu tersenyum.

"Lain kali nggak usah ngangkat gue, gue tau gue udah berat," ucap Raina sambil mengelus perut buncitnya,

Razan menggeleng sambil mengangkat wajah Raina untuk menatapnya,

"Ra! Lo nggak berat, lo cuman lagi hamil, nanti juga bakal balik,"

"Kalau nggak balik gimana?"

"Yah, nggak papa,"

"Gue itu sayang seorang Raina Adiva Narendra, diri dia, hati dia, bukan wajah atau pun badan lo,"

"Wajah dan tubuh lo, gue anggep bonus,"

Yah! Entah mulai kapan, Raina selalu mendengar kata sayang yang keluar dari bibir pink alami milik lelaki tampan di depannya,

Hampir setiap hari ia akan dihadiahkan dengan kata 'cantik' dan juga 'sayang', tidak munafik! Ia sangat bahagia dengan apa yang selalu diucapkan Razan, Razan yang selalu memuji dan tidak pernah menuntutnya untuk mengerjakan sesuatu yang seharusnya menjadi tugas seorang istri.

Ia hanya menggeleng, setiap Raina ingin memasak atau pun mencuci jika bibi yang kerja sedang diliburkan.

Razan lebih memilih memesan makanan dari luar, dan men-laundry pakaian mereka,

Razan benar-benar menepati janjinya untuk membahagiakannya dengan pernikahan mereka. Razan juga memberikan banyak waktu dan kasih sayang khusus untuk ia dan sang buah hati.

"Empat bulan lagi, baby bakal lahir, lo jangan banyak pikiran. Nggak baik, ingat kata dokter?" Raina mengangguk dengan pelan, ia takut Razan akan berpaling setelah menyadari Tasya dan juga Dini yang masih terus mengejar lelaki itu.

Apalagi Dini, gadis itu bahkan terus saja mendatangi kelas Razan hanya untuk menyapa, meskipun tidak ditanggapi Razan, gadis itu malah menganggap Razan sebagai tantangan yang harus ditaklukkan.

Makin kesini Dini terlihat semakin cantik, dan ia makin gendut, hal itu yang selalu membuatnya insecure dan malu jika berjalan di samping Razan yang kini menjadi salah-satu lelaki yang terkenal karena ketampanannya di kampus.

Kok Kita Nikah?[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang