Extra Part II

72.5K 6.9K 542
                                    

Raina merasa perutnya yang sudah mulai membuncit, kandungannya kini sudah menginjak usia tiga bulan, dan yah! Ia masih menutup rapat kabar ini dari sang suami.

Razan juga tidak pernah mengeluh dengan bentuk tubuhnya yang lebih berisi. Ia benar-benar mencintai Raina apa adanya, bukan hanya karena paras dan juga tubuhnya. Dan itu yang membuat Raina ragu memberitahukan kabar ini pada suaminya itu, ia takut Razan kecewa karena tidak mengikuti saran Razan untuk meminum pil KB yang memang setiap bulan diberikan Razan.

"Raina?" mendengar namanya disebut, lantas membuat Raina menurunkan baju kaosnya.

"Sayang kenapa?" Razan berjalan menghampiri Raina dan memeluk tubuh istrinya itu dari belakang sambil menumpukkan dagunya pada pundak Raina.

"Aku gendutan, yah?" Razan menggeleng,

"Nggak tau, sayang, kenapa nanya gitu,"

"Aku ngerasa gendut banget," Raina lagi-lagi memberi kode pada Razan yang kembali menggeleng,

"Emang iya?" tanya Razan sambil mencium pipi tembem Raina dengan gemas,

"Aku kayak hamil, yah?" Mendengar ucapan Raina membuat Razan dengan cepat melepas pelukannya dan seketika senyum manisnya juga ikut menghilang dari bibir lelaki itu.

"Raina, aku bener-bener nggak suka sama pembahasan ini. Jangan ngomong sama aku, kalau kamu mau bahas tentang hamil-hamil sialan itu! Aku bener-bener, nggak suka!" sentak Razan yang membuat Raina menangis keras,

Mendengar Raina menangis membuat Razan menghela nafasnya berusaha meredam emosinya dengan tangan yang sudah memijit kepalanya karena sedikit pusing,

Razan melangkah mendekati Raina, dan memeluk tubuh sang istri dengan erat.

"Raina? Umayma udah cukup buat kita. Kita nggak perlu punya anak lain," Raina tak menanggapi Razan, tapi tetap menangis keras,

"Terancam kehilangan kamu cuman karena pengen punya anak lagi. Aku nggak bakal mau," Razan yang merasa tangisan Raina tiba-tiba terhenti, mampu membuat Razan terdiam dan sedikit mengguncang tubuh itu,

"Ra? Ra?" panggil Razan sebelum mengetahui Raina telah kehilangan kesadarannya.

Dengan cepat Razan membaringkan tubuh sang istri, lalu menghubungi dokter pribadi keluarga Narendra.

Tak lama kemudian seorang dokter paruh baya masuk dan menunduk kecil ke arah Razan dan dibalas dengan anggukan kecil oleh Razan.

•••

Razan menggenggam tangan Raina yang masih memejamkan matanya. Mendengar ucapan sang dokter beberapa menit yang lalu, mampu membuat Razan terdiam dengan pandangan kosong ke arah jemari Raina yang masih setia memejamkan matanya.

Mendengar suara serak dari Raina, tidak mampu mengalihkan pandangan Razan dari tangan lentik istrinya itu.

"Sejak kapan?" tanya Razan yang membuat Raina kembali menangis pelan.

"Sejak kapan Raina?!"

"Kamu nggak sayang sama aku, yah? Kamu mau tinggalin aku? Kamu pernah mikir nggak, sih? 'Gimana kalau aku pergi? Razan dan Umayma bakal bareng siapa?' Nyatanya kamu cuman bisa mikir keinginan kamu," Razan meninggalkan Raina yang kembali menangis.

Saat sampai di depan pintu, Razan berhenti tanpa memutar tubuhnya, "berhenti nangis, kandungan kamu lemah karena kebanyakan mikir,"

Raina terdiam sambil mengelus perutnya. Ia bergumam kata maaf.

Ia juga tidak ingin, tapi! Ia tidak mungkin menolak jika diberi kepercayaan oleh Tuhan, lalu bagaimana sekarang?

•••

Sudah satu minggu Raina dan Razan tidak berkomunikasi secara normal, lebih tepatnya Razan yang selalu menghindar jika ditanya oleh Raina,

"Razan?! Kapan sih, kamu bisa berhenti diemin aku?! Kamu pikir aku juga nggak merasa bersalah? Ya udah, GUGURIN AJA! BUNUH ANAK KAMU!" teriak Raina saat Razan lagi-lagi menghindarinya.

Razan masih terdiam, dengan pandangan lurus ke arah Raina yang kini sudah terduduk di lantai dengan tangis yang kembali terdengar.

Razan menghela nafasnya, sebelum melangkah mendekat ke arah Raina, ia ikut duduk di depan Raina dan menarik tubuh itu mendekat.

"Kamu kan tau. Aku benci dan nggak suka minum obat, aku juga nggak mau disuntik," ucap Raina sambil memukul dada bidang milik suaminya. Razan baru sadar, ia lupa tentang fakta, Raina sangat anti meminum obat tablet.

"Aku cuman nggak mau kehilangan kamu," gumam Razan,

"Razan denger! Semua hal udah diatur sama yang di atas, kalau pun aku udah ditakdirin mati hari itu, mau hamil atau pun nggak, yah aku bakal tetep mati, kan?"

Razan menangis, "Aku nggak siap, Raina,"

"Bisa, tapi kamu harus janji terima baby yang ada di kandungan aku dulu."

Razan mengangguk pelan, "Aku udah terima, tapi, aku nggak bisa terima kalau gara-gara bayi itu, kamu malah ninggalin aku,"

"Aku bakal berusaha ada di samping kamu, urusan setelahnya kita sama-sama berdoa dan percaya pada Tuhan, yah, Ayah? Jangan diemin Bunda lagi,"

Razan terkekeh sebelum tersenyum.

'Sampai saat ini pun, ucapan kamu belum bisa buat aku tenang 100%, Ra,'

•••

Mampir ke cerita navariraa yang 'Possessive (Girl)Friend' kuy

Sinopsis :

Kayrin Kenia Aditama.

Hidupnya bak putri dongeng dengan kekayaan berlimpah, tak lupa pula wajah cantik yang ia miliki mampu membuat semua lelaki di sekolahnya memandang kagum ke arahnya.

Tatapan memuja selalu ia dapatkan dari setiap lelaki yang melihatnya, hm.. Dan itu membuatnya risih.

Menurutnya hidupnya itu..HAMBAR! Karena apapun yang ia inginkan akan terpenuhi, tidak ada acara-acara harus bersusah payah terlebih dahulu seperti orang-orang di luar sana.

Tapi satu hal yang membuatnya tertarik, yakni lelaki tampan yang tidak pernah melirik ke arahnya.

"Gue mau lo jadi pacar gue!" Ucap Ayrin sambil tersenyum manis ke arah lelaki tampan di depannya.

"Lo kan tau gue siapa, lo siapa! Gue cuman karyawan cafe."Balas Ardo sambil melepas pegangan tangan Ayrin pada lengannya.

"Nggak mau tau, mulai detik ini! Lo pacar gue!" Pekik Ayrin sambil berlalu meninggalkan Ardo.

•••

Aing teh bingung, pasti kalian butuh extra part  lagi, kan?

Butuh > komen

Nggak butuh > komen

Silahkan. Eh btw makasih yang udah komen dan vote+follow akun navarira.

Follow @andivariraa, dan @navariraa buat liat Spoiler extra part selanjutnya yah bund-bund<3

Kok Kita Nikah?[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang