16

102K 10.1K 122
                                    

Raina mengusap pelan pipi Razan yang dialiri air mata bahagia, Razan bahagia, Razan bahagia karena kehamilannya, berarti ia juga harus bahagia akan hal itu.

•••

Raina menghela nafasnya, Razan terus saja mengikutinya setelah berita kehamilannya terungkap, bahkan untuk ke toilet pun lelaki itu masih sempat-sempatnya mengikutinya, dan berhenti di depan pintu sambil menunggu Raina keluar,

"Razan! Udah dong, lo duduk aja!" kesal Raina yang dibalas gelengan oleh sang suami,

"Lo duduk, gue duduk,"

Raina menatap kesal ke arah Razan, entah kenapa ketika Razan membantah perintahnya, ia akan sangat kesal dan marah,

Razan mengamati perubahan mimik wajah Raina yang kini tampak menatapnya tajam dengan mata yang sebentar lagi berair,

Tak ingin mendapat masalah yang lebih serius, ia memilih mendudukkan bokongnya di kursi makan dan tersenyum polos ke arah Raina,

Dengan pelan Raina mengucek matanya yang memerah dan melangkah mendekati Razan,

Razan dengan siap merentangkan tangannya, lalu terkekeh pelan saat Raina duduk di pangkuannya,

"Razan, besok kita udah mulai masuk kuliah," gumam Raina yang diangguki Razan,

"Emang kenapa?"

"Takut,"

"Hah! Lo takut? Seumur-umur gue baru denger lo ngomong takut," Raina mengangkat kepalanya lalu menatap kesal ke arah Razan yang kini terkekeh pelan,

"Iya takut, takut kalau besok lo ngelirik cewe yang lebih cantik dari gue,"

"Yang cantik dari lo banyak, Ra," balas Razan yang membuat mata Raina kembali memerah,

"Tapi, gue cuman mau lo, gue nggak mau yang lain. Cukup lo aja gue udah bahagia, gue nggak mau ngehancurin kebahagiaan gue dengan  ngehadirin orang lain di hubungan yang seharusnya cuman dijalani oleh dua orang,"

"Lo, gue, cukup kita aja, dan ini," lanjut Razan sambil mengusap perut rata milik sang istri,

Razan terus mengelus perut rata milik Raina yang kini mulai berjalan menuju alam mimpi,

Razan terkekeh saat merasakan nafas halus yang menerpa lehernya, ia tersenyum manis lalu mengecup sayang puncak kepala sang istri sebelum mengangkat tubuh itu menuju kamarnya,

Sesi makan siang mereka harus tertunda karena sang nyonya sudah kembali ke alam bawah sadarnya,

Razan terus mengamati wajah cantik milik Raina yang tertidur di sampingnya,

Jika banyak orang mengatakan Raina beruntung memiliki Razan, itu benar, tapi Razan juga sangat beruntung memiliki wanita secerewet Raina,

Antara semua gadis yang pernah ia temui, tidak ada yang seperti gadis di sampingnya, baginya Raina adalah satu-satunya, ia tidak akan bisa menemukan sosok Raina di raga orang lain,

Maka dari itu, ia selalu mengatakan bukan Raina yang beruntung tapi ia lah pihak yg paling beruntung karena memiliki Raina.

"Zan, laper," lirih Raina setelah membuka dengan perlahan mata indahnya,

"Mau makan apa?"

"Pizza?"

"No," tolak Razan sambil menggelengkan kepalanya cepat,

"Burger?"

"Jangan yang nggak sehat," Raina menatap kesal ke arah Razan yang menolak permintaannya,

Kok Kita Nikah?[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang