37

66.2K 6.5K 265
                                    

"Kalau dia nggak bisa jadi milik gue, berarti lo juga nggak boleh milikin dia,"

•••
Follow
Vote
Comment
Share

•••

Raina terkejut saat pintu rumahnya tiba-tiba terbuka sangat keras, wanita hamil itu pun langsung membalikkan tubuhnya untuk melihat siapa yang dengan lancang membanting keras pintu rumah miliknya.

"Halo Raina." nada ejekan sangat kental di dalam kalimat sapaan itu, membuat Raina waspada.

"Ngetok pintu rumah orang lain kalau mau bertamu, itu wajib biar keliatan sopan,"

Gadis itu tertawa seolah menganggap sindiran Raina hanya sebuah lolucon biasa. "Seharusnya ini adalah rumah gue,"

" berhenti berlindung di balik kata 'seharusnya', karena 'nyatanya' gue yang jadi nyonya di rumah ini,"

Dini mengeram marah saat mendapat balasan sadis dari Raina. Ia tidak habis pikir bahwa wanita hamil itu akan membalikkan ucapannya.

"Wah mentang-mentang lo udah jadi nyonya Narendra lo udah semakin sok yah?"

"Yah! Gue sebenernya nggak suka tunjukin kalau gue ini nyonya Narendra tapi karena itu lo, gue bakal tunjukin lebih siapa gue yang sebenarnya,"

Raina mengangkat kepalanya dan tersenyum remeh, "gue, perempuan yang dicintai Razan, itu yang lebih penting daripada status nyonya,"

"Semua orang bisa jadi nyonya Narendra tapi yang bisa dicintai Razan cuman gue,"

Sial! Raina sudah sangat mual dengan kalimat yang keluar dari mulutnya sendiri. Terdengar sangat pede dan tak tahu diri. Tapi, ia tidak ragu dengan hal itu. Razan memang mencintainya, kan?

"Kita liat, apa Razan masih cinta sama lo setelah lo ilang dari dunia ini, atau nggak,"

Raina dengan kesal menatap manik hitam Dini yang kini tampak menggelap, bahkan alarm-alarm bahaya sudah mengisi otaknya, tapi untuk lari pun tidak akan mengalahkan Dini yang memang lincah dan tinggi. Apalagi saat ini ia harus lebih melindungi kandungannya.

Dini mengeluarkan pisau kecil yang berada di dalam tasnya, lalu tersenyum sinis ke arah Raina yang memundurkan tubuhnya menuju kolam berenang, dan berusaha menutup pintu kaca untuk menghalangi Dini.

Belum sempat menggeser pintu kaca itu, Dini lebih dulu menendang kaki Raina hingga terjatuh.

Aww

Raina meringis dan berusaha memeluk perutnya untuk melindungi sang calon bayi.

"Upss, sorry,"

Rania menatap tajam ke arah Dini yang kini berjalan menghampirinya.

Dan lagi-lagi Raina kembali meringis saat Dini dengan entengnya menarik rambut panjangnya, dan menyeretnya dengan kuat hingga berada di tepian kolam.

Dini mendorong Raina hingga duduk terjatuh,

Awalnya Dini hanya berniat mendorong wanita hamil itu, karena ia tahu kolam yang berada di belakang Raina adalah kolam dengan kedalaman dua meter. Apalagi kondisi Raina yang sedang hamil pasti menyulitkannya untuk berenang.

tapi, sayang ia terlambat karena Raina lebih dulu menarik kakinya hingga terjatuh ke kolam. Melihat Dini yang sudah jatuh di kolam, membuat Raina dengan pelan menegakkan tubuhnya, karena rasa nyeri pada rambut dan juga perutnya.

Duk!

Raina terjatuh karena tarikan keras dari Dini yang kini tersenyum puas saat kepala Raina terhantam di ujung meja,

Kok Kita Nikah?[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang