Hari ini Razan dan Raina akan memeriksa kandungan Raina di dokter kandungan yang berada di salah satu rumah sakit ternama di Indonesia. Setelah mendengar kabar hamil Raina, Razan langsung saja mencari rumah sakit dengan dokter kandungan yang sudah senior dan terpercaya untuk menghadapi kehamilan kedua Raina yang rawan ini.
Razan menggenggam erat tangan Raina, sebelum membisikkan kata sayang dan rasa senangnya Razan saat Raina bangun dari komanya enam bulan yang lalu.
Raina terkekeh jika bibir Razan mengenai telinganya, geli.
Mendengar suara kekehan Raina membuat sayang mengelus puncak kepala istrinya itu,
"Kita harus dengar keputusan dokter, yah? Kita utamaan-in kamu," ucap Razan yang membuat Raina sedikit ragu tapi tetap mengangguk, bagaimana pun Raina senang dengan kehamilan, tapi untuk kembali menolak permintaan Razan, ia tidak akan mungkin rela.
Tak lama kemudian, nama Raina terdengar yang membuat Razan menghela nafasnya,
"Selamat pagi Ibu," sapa seorang wanita paruh baya sambil tersenyum manis ke arah Raina dan Razan,
"Mari kita langsung ke ruang periksa,"
Raina membaringkan tubuhnya setelah membuka sedikit kancing kemeja kebesaran yang ia gunakan,
"Ibu liat biji kecil itu? Itu janin ibu," ucap sang dokter yang membuat Raina tersenyum lebar sambil melirik ke arah Razan yang ikut membalas senyuman Raina,
"Apa kandungan istri saya, berpengaruh pada kesehatan istri saya?"
Pertanyaan Razan sukses membuat sang dokter mengalihkan pandangannya dan tersenyum, lalu mengajak kedua pasutri itu untuk keluar dari ruang periksa.
"Baik, saya akan jelaskan,"
"Begini Pak, Bu. Melihat pengalaman ibu yang pernah di operasi Caesar satu tahun lebih dulu, tentu ada kemungkinan terjadi operasi Caesar lagi, tapi bukan berarti tidak bisa operasi normal,"
"Untuk bayinya, ukurannya terlalu kecil untuk usia kandungan ibu yang jika diikuti dari terakhir halangan, dan sedikit lemah,"
"Untuk jawaban pertanyaan bapak. Untuk saat ini kondisi ibu baik-baik saja, tapi bukan berarti tidak ada kemungkinan terjadinya—"
"Kematian?" potong Razan yang membuat sang dokter tersenyum ramah.
"Soal hidup, dan mati, bukan dokter yang menentukan, pak,"
"Tapi, satu hal yang harus dipahami, rawan terjadinya hal yang tidak diinginkan, harus diwaspadai. Saya akan memberikan beberapa vitamin untuk membantu nafsu makan, dan juga menguatkan kandungan,"
Razan mengangguk dan tersenyum, begitu pun dengan Raina.
"Ra, kamu keluar duluan aja,"
Raina mengangguk, mungkin Razan ingin bertanya lagi pada dokter tentang dimana vitaminnya akan dibeli.
"Ada apa, dokter?"
Tanya Razan, dokter wanita itu pun menghela nafasnya lega, saat merasa Razan peka dengan lirikan matanya saat lelaki itu tadi ingin keluar.
"Saya nggak mau ngomong kalau masih ada istri bapak, karena ini mungkin akan menyakiti istri bapak. Kandungannya lemah, sangat, bahkan jika janinnya tidak membesar di bulan berikutnya, mungkin karena tidak berkembang, tolong ibu diperhatikan, jangan buat berfikir terlalu keras,"
•••
"Razan lama banget sih? Bicara apa?"
"Aku nggak tau apotek yang disuruh dokter tadi,"
"Ooh, ayo pulang,"
Razan menggenggam erat tangan Raina karena gadis itu sibuk berbicara dengan Razan tentang apa pun yang wanita itu tanyakan.
"Jemput Umayma yuk," ajak Raina yang langsung diangguki Razan,
Ah iya, saat tadi ingin ke dokter, Umayma lebih baik dititipkan oleh Mama Dian dulu.
"Umayma?" teriak Raina sambil tersenyum melihat sang anak yang sedang berlari di taman rumahnya.
Umayma yang mendengar suara yang selalu ia dengar beberapa bulan terakhir ini, lantas teriak kencang sambil merentangkan tangannya.
"Ndaaaaaaaa!"
Hap
Raina memeluk erat tubuh kecil anak gadisnya itu sambil membisikkan puluhan kata cinta untuk Umayma yang terkekeh pelan.
"Kesayangan Bunda dan Ayah yah, Umayma yah?" Umayma mengangguk, tapi belum sempat Raina menggendong Umayma, Razan lebih dulu mengangkat Umayma, yang langsung membuat balita itu menatapnya dengan penuh tanya, tapi tetap mengalungkan tangannya,
"Dokter bilang kandungan kamu lemah, jangan ngangkat yang berat-berat," ucap Razan saat melihat Raina hampir saja mengajukan protesnya karena lelaki itu mengambil Umayma,
Raina menatap punggung Razan yang berjalan menjauh meninggalkannya bersama sang mertua yang kini saling bertatapan,
Tak lama dari itu, Raina tersenyum, begitu pun dengan Dian,
"Mah! Tandanya Razan udah terima sama kehamilan aku, kan?" Dian mengangguk sebagai balasan.
"Dia nggak pernah nolak kehamilan kamu, tapi untuk kehilangan sosok kamu untuk kedua kalinya, ia tidak akan menerima itu,"
"Jika dipikir-pikir, Mama nggak pernah liat ada laki-laki yang se cinta itu sama seorang perempuan nyebelin kayak kamu,"
"Ayo masuk!"
•••
Buat yang mau liat Spoiler chapter berikutnya, nanti aku spill di ig @navariraa dan @andivariraa di follow ya bund-bundd cantik, para aunty Umayma, di ig nanti kita bakal berbincang tentang Umayma, iyaaa, Umayma dan kisahnya, siap tidhakkkkkk??❤️
Sampai ketemu di extra part IIII
mungkin masih ada dua atau lebih extra part, nggak papa ,kan?Biar ceritanya nggak terlalu disingkat-singkat, tapi kalau nggak mau, cukup satu aja nanti,
(Extra partnya yang lain, biar aing aja yang baca🤏🏻)Jangan lupa Follow
Vote
Comment
Share
KAMU SEDANG MEMBACA
Kok Kita Nikah?[END]
Teen Fiction#narendra01 -part lengkap -sudah direvisi tapi revisinya untuk versi novelnya nanti ( sok banget versi novel, soalnya blm ada penerbit yang pas.) Sekian aja, langsung masuk ke sinopsis, cikidot! Raina Adiva adalah gadis berparas cantik yang memiliki...