38

70.3K 6.9K 230
                                    

Ia rasa ini keputusan terbaik untuknya.

•••

"Selamatkan istri saya, dok!" keputusan Razan membuat seluruh keluarga terdiam, ia khawatir dengan Raina jika tersadar dan mengetahui mengenai keadaan sang anak.

'Maafin Ayah, Bunda lebih berharga untuk hidup ayah,'

Sang dokter pun mengangguk, "Baik kami mengutamakan keselamatan sang Ibu. Selebihnya kita serahkan pada yang di atas," Razan mengangguk dan membiarkan sang dokter kembali masuk ke ruang operasi,

Razan terus saja menatap kosong ke arah pintu ruang operasi, otaknya sudah berhenti berfikir saat dihadapkan oleh dua pilihan paling sulit di dalam hidupnya.

Hari ini Razan benar-benar menyesali keputusannya karena ngotot ingin menikahi Raina. Semua yang dialami Raina terjadi karena dirinya.

Hamil diluar nikah, berhenti kuliah, dan yang paling parah adalah kehilangan calon bayi yang sudah Raina kandung hingga delapan bulan lebih.

"Razan? Sholat, kita berserah diri pada Tuhan," ajak Rehan sambil tersenyum. Jika dilihat-lihat, sedari dari Rehan hanya diam, tenang, dan tidak menangis seperti yang dilakukan dua wanita paruh baya di sampingnya.

Ah! Jika berbicara mengenai Randi, sedari tadi lelaki itu memang tidak ikut ke rumah sakit, karena memilih mengejar si pelaku yang berani-beraninya mencelakai menantunya.

Razan mengangguk sebelum berdiri dan berjalan dibelakang Rehan. Mereka sholat berjamaah, setelah selesai, Rehan memilih pindah menjauh dari Razan yang kini berdoa sambil menangis.

Razan hanya menangis tanpa berdoa menyalurkan keluh kesahnya. Ia tidak bisa merangkai kata-kata yang mampu menyampaikan perasaan kacaunya saat ini. Tapi satu hal yang ia yakini, Tuhan sudah tahu apa yang ingin ia sampaikan.

Setelah beberapa menit menangis di atas sejadah, Razan memilih berdiri dan menghapus jejak air matanya,

Razan menghampiri sang mertua yang masih berada di dekat pintu mesjid, ia duduk di samping lelaki paruh baya yang sedang berdzikir itu,

"Udah nangisnya?" tanya Rehan yang membuat Razan menganggukkan kepalanya,

"Kenapa Papa keliatan tenang, sedangkan anak Papa satu-satunya lagi berjuang hidup di ruang operasi,"

"Jangan bikin Razan berfikir kalau Papa nggak sayang sama Raina,"

"Mau dengar cerita?" Razan mengangguk.

"Dulu, ada seorang lelaki yang bahkan rela mengorbankan hidupnya demi gadis yang ia cintai. Mulai kerja banting tulang agar bisa mempersunting gadis yang ia cintai. Singkat cerita, mereka menikah, empat tahun, mereka menikah belum juga dikaruniai seorang anak. Sebenarnya sang istri sudah hamil 2 kali tapi harus keguguran, satu tahun kemudian, sang istri kembali dinyatakan positif. Mereka benar-benar menjaga kandungan itu," Rehan tersenyum sebelum melanjutkan ceritanya.

"Setelah mengandung sembilan bulan, lahirlah putri kecil bernama Raina Adiva. Kamu tau? Seberapa bahagianya keluarga mereka? Bayi mungil itu, mendapat seluruh perhatian dari orang tuanya. Full tanpa terbagi. Mendengar keadaan Raina yang kini berada diambang kematian adalah sesuatu hal yang sangat-sangat tidak bisa Papa terima."

"Papa terlalu cinta pada Raina sehingga air mata pun sudah tidak bisa menggambarkan perasaan Papa yang telah hancur karena mendengar berita itu,"

Kok Kita Nikah?[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang