29

65.4K 6.8K 80
                                    

"Raina ayo!" ajak Razan yang diangguki Raina.

•••
Follow ig aku @andivariraa dan @navariraa yuk hihi, lebih aktif di ig, bisa diajak curhat di dua akun itu hihi🥰🥺

Selama perjalanan pulang, Raina lebih memilih diam dan mencerna ucapan Nenek tadi yang entah bernama siapa.

"Raina nasi padang kamu mana?" tanya Razan saat melihat kantong nasi padang milik Raina tidak ada dalam genggaman tangan gadis itu.

"Aku kasi ke Nenek-Nenek tadi,"Razan hanya mengangguk, toh kalau sebentar malam Raina lapar, tinggal memesan online saja, jaman sekarang sudah canggih, jangan jadi orang kudet hanya karena hal ini.

"Razan, kamu percaya nggak? Ada peramal?"

"Hust! Musyrik itu, nggak boleh percaya gitu-gituan,"

"Tapi Zan, aku takut, aku percaya sama omongan nenek tadi," ucap Raina dengan tangan yang menyentuh lengan milik sang suami yang sibuk memegang stir mobil,

"Emang nenek itu bilang apa?"

"Aku bakal nyesel kalau ngelepasin kamu," Razan tertawa sebelum menggenggam tangan Raina dan mengecupnya pelan,

"Kamu nggak akan menyesal, Ra!"Razan melirik dan tersenyum ke arah Raina yang menatapnya dengan tatapan serius karena menunggu kelanjutan dari kalimatnya.

"Karena aku nggak bakal ngibiarin kamu buat ninggalin aku. Kamu milik aku, dan selamanya bakal jadi milik aku," Raina tersenyum saat mendengar lanjutan kalimat dari sang suami yang berusaha menenangkan hatinya yang sedang gusar.

Betapa bahagianya Raina saat mendengar ucapan Razan yang seolah-olah menginginkan Raina untuk selalu di sampingnya. Razan benar-benar membuatnya menjadi wanita beruntung sekaligus ratu dalam hidup Razan.

Ternyata benar, seorang wanita akan menjadi ratu ketika sudah dipertemukan dengan lelaki yang tepat. Dan Raina mendapatkannya, dan tidak segampang itu ia lepaskan,

"Udah tenang, kan? Jangan mikir aneh-aneh lagi." Razan mencubit gemas pipi tembem Raina,

Raina menatap Razan sebelum mencium pipi tirus milik lelaki itu.

"Aku nggak mau kehilangan kamu," ucap Raina yang membuat Razan mengangguk pelan, jangan lupakan wajahnya yang sudah memerah karena malu sekaligus senang.

"Aku cinta sama kamu."

Raina terkekeh sebelum menyandarkan kepalanya pada bahu Razan yang sedang menyetir, sesekali Razan mengecup puncak kepalanya ketika jalanan tidak terlalu ramai,

Razan memasukkan mobilnya ke dalam garasi, sebelum melihat ke arah Raina yang ternyata sudah tertidur dan bersandar di bahunya.

Razan dengan pelan memindahkan kepala Raina ke tempat yang tepat, sebelum keluar dan membuka pintu mobil Raina dengan pelan, lalu mengangkat tubuh itu ala bridal menuju kamar mereka.

Razan dengan pelan membaringkan tubuh Raina di atas ranjang, sebisa mungkin i mencari posisi yang nyaman dan aman untuk sang istri yang tampak menolak bangun saat digendong oleh Razan.

"Tidur yang nyenyak yah sayang," ucap Razan sebelum mengecup dahi Raina lalu meninggalkan kamar mereka menuju ruang kerjanya. Masih banyak yang akan ia kerjakan untuk hari ini.

Raina dengan perlahan membuka matanya saat mendengar suara pintu kamar yang sudah tertutup. Sebenarnya ia memang sudah tidur di mobil tadi, dan ia bangun saat Razan memindahkan kepalanya ke sandaran kursi, tapi ia menolak untuk membuka mata saat Razan mengangkat tubuhnya, Haha! Tidak apa-apa, hitung-hitung lelaki itu berolahraga karena akhir-akhir ini lelaki itu memang jarang olahraga karena terlalu sibuk dengan kerjaannya.

•••

Raina merasa bosan setelah dua jam di dalam kamar sendirian, garis bawahi SENDIRIAN. Razan benar-benar meninggalkannya di kamar sedangkan lelaki itu sibuk di ruang kerjanya.

Sudah sepuluh menit lebih ia menggerutu kesal dengan mata yang terus tertuju pada pintu, berharap ada Razan yang membuka pintu lalu berjalan menghampirinya. Lagi-lagi hanya harapan yang ia punya.

Raina menyibak kasar selimutnya lalu terus dari ranjang, dan mulai melangkahkan kakinya menuju pintu, dengan perlahan gadis itu membuka pintu bercat putih di depannya, dan melihat situasi di luar kamar yang terlihat sepi. Tidak ada kehidupan,

Raina keluar dan memperbaiki rambutnya yang sedikit berantakan, lalu berjalan dengan pelan menuju ruang kerja Razan yang berada di lantai bawah.

Raina menuruti tangga dengan pelan, sambil tangan kanannya yang berpegang pada railing tangga, dan tangan kirinya yang mengusap perutnya pelan.

Setelah sampai di ujung tangga barulah Raina bisa menghela nafasnya lega, mungkin setelah ini ia akan menerima tawaran Razan untuk pindah tidur sementara di lantai bawah.

Tanpa mengetuk, Raina langsung saja mendorong pintu bercat putih itu. Lalu memfokuskan pandangannya ke arah Razan yang tampak serius menatap ke arah berkas berkas yang berada di atas meja, jangan lupakan kacamata bening yang bertenteng manis di hidung mancungnya.

"Razan," panggil Raina setelah beberapa menit kedatangannya, Razan belum juga menyadari bahwa ada orang lain di ruangan penuh buku itu.

Razan menoleh, sebelum menampilkan senyum lelahnya pada Raina.

"Kamu udah bangun?" Raina cemberut mendengar pertanyaan Razan.

"Yang tidur siapa?"

"Kamu kan tadi tidur,"

"Kamu nggak pernah ngecek aku,"

"Takut ngeganggu."

"Takut ngeganggu atau emang kamu nggak mau ninggalin kertas-kertas kesayangan kamu itu?" sindir Raina yang membuat Razan terkekeh pelan.

"Biar lebih cepat selesai, sini deh," panggil Razan yang membuat Raina semakin cemberut tapi tetap melangkahkan kakinya menuju Razan.

Razan mendudukkan Raina di atas pangkuannya dan mulai memeluk tubuh ibu hamil itu.

"Sayang," panggil Razan yang dibalas anggukan dari Raina yang sibuk mengacak-acak dan mengamati kertas-kertas yang seluruhnya hampir dipenuhi dengan huruf-huruf berukuran kecil. Melihatnya saja sudah membuat Raina mual karena tak tahan, apalagi Razan yang dari awal pernikahan sudah dihadapkan oleh cabang-cabang berusahaan yang sudah berada di bawah kekuasaannya?

"Razan aku kok laper yah?" ucap Raina yang membuat Razan mengangkat bahunya tanda tak acuh.

"Pengen makan," Razan mengangguk sebelum memberikan Raina telponnya. Razan benar-benar tak ingin mengeluarkan suaranya, ia hanya ingin menikmati aroma tubuh gadis cantik di pangkuannya itu,

Razan semakin merapatkan tubuhnya, bahkan wajahnya sudah berada di antara cekuk leher sang istri.

Raina Mengabaikan lelaki yang memeluknya karena asik dengan kegiatannya yang sedang memesan makanan secara online.

Setelah memilih dengan durasi waktu cukup singkat, Raina langsung menekan tombol pesan. Lalu meletakkan smartphonenya pada meja.

"Razan keluar yuk, sumpek di sini, mual aku," ucap Raina yang dibalas kekehan pelan dari sang suami, Razan mempersilahkan Raina itu berdiri terlebih dahulu, sebelum ia ikut beranjak dari duduknya.

Mungkin sudah terhitung dua jam ia duduk di kursi kerjanya itu, ia hanya berdiri saat ingin mengambil minum atau berkas yang berada di dalam rak yang tak jauh dari meja kerjanya tadi.

Razan menggandeng tangan Raina dan membawa istrinya itu menuju ruang keluarga yang jaraknya cukup jauh. Karena berhubung memang ruang kerja Razan berada di paling belakang, dekat kolam berenang.

"Razan, Mami telepon." ucap Raina.

•••

Kok Kita Nikah?[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang