Bagian 46

21 2 0
                                    

Kencan di kebun binatang menjadi salah satu kencan paling romantis dalam kisah cinta Fredella dan Aksa.

Terimakasih Aksa, singkat cerita, aku bahagia. — Fre.

***

Author POV

Bulan demi bulan berlalu, wisuda sudah Fredella lalui, kini tiba saatnya dia memutuskan untuk kembali menimba ilmu atau bekerja.

Dalam kebingungannya, sang mama masuk ke kamarnya.

"Boleh mama masuk?" Tanya sang mama.

Fredella mengangguk, "Boleh ma, masuk aja, kenapa?"

Mama Fredella duduk di tepi kasur Fredella, "Lagi ngapain?"

"Cuma lihat-lihat sosmed aja ma, kenapa?"

"Kamu mau kuliah?" Tanya sang mama.

Fredella menggeleng ragu, namun kemudian dia juga mengangguk.

Mama Fredella menatap Fredella dalam, "Apapun keputusan kamu, sebagai orang tua mama pasti dukung."

"Sekalipun Fredella mau kuliah di kampus swasta?" Tanya Fredella memastikan.

Sang mama mengangguk, "Sekalipun kuliah di tempat swasta."

"Tapi papa -"

"Papa urusan mama, tugas kamu cuma belajar, kalau tekad kamu udah kuat, mama bakal kasih dukungan baik moril maupun materil."

"Aku kerja aja deh ma, kemarin ada lowongan yang dikasih buat Fredella, Fredella udah tulis surat lamarannya kok." Fredella tersenyum simpul.

"Kamu yakin?"

Fredella terdiam.

Mama Fredella mengelus rambut anaknya, "Setiap anak memiliki rejeki masing-masing nak, mama yakin akan hal itu, akan selalu ada jalan buat kamu kedepannya."

"Tapi ma, biayanya -"

"Tugas kamu cuma belajar, nggak usah mikirin biaya, nggak usah mikirin papa kamu."

Fredella memeluk sang mama, "Makasih ma."

Mama Fredella tersenyum tulus, "Sudah lanjutin istirahatnya, mama keluar dulu."

Fredella mengangguk, kali ini dia benar-benar merasa beruntung dikaruniai seorang ibu seperti mamanya. Kesabarannya memang tidak ada tandingannya.

Begitu pintu ditutup, Fredella memilih untuk tidur, besok akan menjadi hari yang panjang untuknya. Tentunya dia juga harus menerima konsekuensi dari pilihannya yaitu didiamkan oleh sang papa.

Namun semakin hari Fredella semakin merasa biasa-biasa saja, perkataan sang papa yang biasanya seperti belati yang menyakitinya, kini tak lagi dia hiraukan.

Memang bukan hubungan seperti ini yang dia harapkan dari sang papa, namun sifat egois keduanya sama-sama menjadikan hati keduanya beku. Bahkan kadang Fredella berpikir, apakah dia ini benar anak kandung sang papa? Jika dilihat dari sifat, keduanya mirip, namun jika dilihat dari keseharian, keduanya lebih terlihat seperti musuh daripada anak dan bapak.

Ya, semua orang memang memiliki cara tersendiri untuk menderita, begitu juga dengan Fredella, yang dia lakukan hanyalah terus mencoba untuk memainkan peran terbaiknya.

***

Fredella melakukan semuanya dengan baik, mulai dari menyiapkan berkas hingga mendaftar, semuanya dia lakukan sendiri.

About Us Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang