Lalu dari sekian banyak pilihan, sebagian memilih konflik sebagai jalan untuk menikmati hidup
***
Author POV
Ini adalah hari pertama Fredella menjalankan MOS, hari ini Hari Senin, cuaca terik sedari pagi ditambah bulan puasa membuatnya merasa dehidrasi.
Tangannya membawa sebuah buku yang sudah berisi 30 tanda tangan dari teman seangkatannya, itu tandanya dia masih memiliki kekurangan 70 tanda tangan lagi.
Terkadang dia mengumpat dalam hati, mengeluarkan sumpah serapahnya pada anggota OSIS yang begitu kurang kerjaan memberikan tugas macam ini.
Waktu menunjukkan pukul 14.30 saat semua peserta MOS dipersilahkan kembali memasuki gedung serbaguna yang dijadikan tempat utama untuk acara tersebut.
Satu-satunya hal yang Fredella inginkan hari ini adalah pulang.
"Fre, kamu udah dapat berapa tanda tangan?" Tanya Elvina yang sudah menempati tempat duduknya.
"Baru 30 nih El." Fredella memperlihatkan bukunya.
"Sini kumpulin ke gue." Sebuah tangan mengambil buku milik Fredella.
Fredella menoleh, menatap gadis di sampingnya bingung.
"Udah kasih ke Danita aja, temen sekolah dia banyak yang masuk sini, punyaku juga dibantuin dia kok." Ujar Elvina seolah mengerti kebingungan Fredella.
"Oh .. oke .. makasih Ta." Ujarnya tersenyum tulus.
"No problem, tapi ini nggak gratis, kapan-kapan lo harus traktir gua di kantin ya !" Jawab Danita tersenyum jail.
Fredella terkekeh, "Baru hari pertama udah ada pemalakan gini ya?"
Ketiganya terkekeh, lalu kembali memperhatikan apa yang sedang dibicarakan oleh para OSIS.
Dan ini masih hari pertama namun Fredella sudah mendapatkan perlakuan istimewa dari teman-temannya. Ternyata benar, yang semula asing akan menghangat dengan sendirinya.
***
Fredella melihat notifikasi di ponsel jadulnya, terdapat beberapa pesan dan misscall dari kekasihnya.
Pukul 9 malam dia memang baru sempat mengecek ponselnya karena sibuk mempersiapkan bahan untuk MOS besok.
Fre, udah pulang?
Fre, kenapa nggak bales?
Fredella .. kamu ngapain sih?
Fre .. angkat !
Fre, kamu udah dapat yang baru ya?
Fre ! Jawab atau kita putus !
Fre ! Kamu nantangin aku?
Fre, bagus ya kamu baru sehari masuk sekolah udah berubah gini !
Fredella menghela nafas kasar ketika membaca pesan-pesan itu. MOS hari pertama saja sudah cukup membuatnya kelelahan, dan kali ini dia harus dihadapkan dengan sikap kekanakan pacarnya yang selalu saja mencoba memulai pertengkaran. Sungguh rasanya dia ingin hilang sebentar saja, tak perlu dicari, dia bisa pulang sendiri.
aku nggak sempet cek hp, aku balik jam 5 sore, habis itu aku prepare buat MOS besok, lanjut tarawih dan baru sempet baca pesan kamu.
Cuma sekedar bales chat aku aja kamu nggak bisa? Sesibuk apa kamu? Hari ini juga hari pertama aku MOS tapi aku nggak sesibuk kamu ya !
kamu nggak lagi coba buat memulai pertengkaran kan? sumpah aku capek.
Aku? Kamu yang mulai !
kalau kamu nggak percaya, kenapa kamu nggak sekolah di tempatku aja, kenapa? nggak bisa?
Oh kamu mulai ya ! Kamu mau bilang aku bodoh ha?
kamu yang seharusnya paham, susah payah aku usaha biar bisa masuk sekolah ini.
Kenapa? Karena disana banyak cowok-cowok yang ganteng dan pintar ha? Biar kamu bisa gebet mereka semua?
Fredella memilih untuk tak membalas pesan itu lagi, sia-sia berdebat dengan orang itu, hanya akan menyisakan sakit hati saja. Dia sendiri paham bahwa hubungan yang dijalaninya sudah tidak sehat, namun dia juga heran kenapa keduanya masih bersama saat kekasihnya sering kali melontarkan kata putus.
Ingin rasanya aku berlari,
Berlari ke mana saja asal tak menuju padamu,
Namun lagi-lagi yang kutemui hanya jalan buntu,
Sedang satu-satunya jalan yang ku rasa tidak buntu adalah jalanku menujumu.
Aku pemujamu, kau pengabaiku.Setelah membalas beberapa pesan dari teman-teman sekelasnya dan menyimpan nomor mereka satu per satu, Fredella memilih untuk tidur, dia harus bangun pagi besok. Dan dia yakin setidaknya hanya tidur yang bisa membuat pikirannya membaik.
***
Fredella telah duduk di kursinya, sedang sang mama sedang mengepang rambutnya. Salah satu aturan MOS adalah bagi perempuan, rambut mereka harus di kepang sejumlah umur mereka, itu tandanya sang mama harus mengepang Fredella sejumlah 15 kepangan, merepotkan memang.
"Dah ma?"
"Udah, sana buruan berangkat gih." Ujar sang mama.
Fredella mengangguk, "Fredella berangkat duluan ya ma." Ujarnya seraya mencium tangan sang mama.
Dia lalu mengambil tasnya dan bergegas menuju ke sekolah. Dia tak menghiraukan pesan dari kekasihnya, dia sekarang tau mana yang prioritas dan mana yang bukan.
Aku terjatuh di tempat yang asing,
Aku terluka dan nyaris tak bisa berjalan,
Lalu kamu datang mengulurkan tangan,
Apakah kamu malaikat titipan Tuhan?
Atau hanya sekedar manusia dengan empati tinggi?
Aku terpana, kamu begitu mempesona,
Aku terjatuh, tepat di hatimu.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us
Teen FictionAku selalu bertanya kenapa dia suka musik keras? Sedang aku? Aku tidak menyukai itu, karena ku pikir hidupku sudah terlalu keras. - Fredella Ayunindya. Fredella selalu mengeluh tentang kesukaan Aksa, mereka berdua bak dua sisi mata uang yang berbeda...