Bagian 32

20 2 0
                                    

Menilai orang lain memang selalu terasa lebih mudah dibanding menilai diri sendiri.

***

Author POV

Gavin dan Tarisa duduk di sebuah kursi kayu panjang yang menghadap ke pantai.

"Mau ngomong apa Tar?" Gavin membuka obrolan.

"Gue sebenernya nggak pengen ikut campur dalam masalah percintaan lo sama Fredella sih Vin, tapi —" Tarisa menggantungkan perkataannya.

"Tapi?" Tanya Gavin.

"Tapi gue rasa lo harus tau fakta ini." Ujar Tarisa sedikit tidak yakin.

"Fakta apa sih?" Itu bukan suara Gavin, melainkan suara Fredella yang sedari tadi telah berdiri bersedekap dada di belakang Gavin dan Tarisa.

Gavin dan Tarisa menoleh, Tarisa kaget bukan main melihat ekspresi Fredella yang menatapnya dengan senyuman anehnya.

Fredella berjalan maju, dia sedikit mendorong tubuh Tarisa untuk mengambil posisi di antara Gavin dan Tarisa.

"Pacar gue, jangan deket-deket, nanti lo nyaman." Fredella mengakhiri perkataanya dengan senyum lebar yang dipaksakan.

Tarisa terdiam, begitu juga dengan Gavin.

Fredella masih menatap Tarisa, "Fakta apa Tar? Fakta kalau waktu itu lo yang numpahin air panas itu ke kaki gue? Atau fakta kalau lo berusaha ngadu domba gue, Gavin sama Aksa? Atau fakta kalau lo sebenarnya lagi berusaha ngerebut kepunyaan gue? Fakta yang mana Tar? Atau jangan-jangan ada fakta lain yang gue nggak tau?"

Mendengar perkataan itu, Gavin menatap Tarisa tak percaya, sedang Tarisa lebih tak percaya lagi bahwa Fredella mampu berbuat sejauh ini.

"Tar, apa yang Fredella bilang itu semuanya benar?" Gavin memastikan.

Tarisa terdiam.

"Jawab dong Tar, Gavin tanya itu." Ujar Fredella masih dengan senyum lebarnya, "Atau lo mau gue yang jelasin semuanya ke Gavin? Lo nggak takut kalau gue kasih cerita bohong ke Gavin kaya perbuatan lo yang lalu-lalu?"

Tarisa mengangkat wajahnya, "Nggak gitu, gue nggak kaya gitu Vin, Fredella bohong."

Fredella terkekeh, "Bee, lihat deh aku punya video bagus."

Fredella memberikan ponselnya pada Gavin, Gavin melihat video itu, video cctv dapur yang merekam kejadian hari itu.

Fredella memang beruntung, kendati Keanu telah meminta Rudi menghapus video itu, namun rasa bersalah Keanu juga yang akhirnya menggerakkan hatinya untuk memberikan video itu pada Fredella.

"Hari itu aku pergi ke apotek sama Keanu, kakiku kena luka bakar sampai aku nggak masuk sekolah sehari, dan itu semua karena ulah perempuan ini." Fredella menunjuk Tarisa dengan emosi yang masih bisa dia tahan.

"Gue nggak nyangka ya Tar lo bisa berbuat sejauh ini." Gavin menatap Tarisa dengan amarah yang terlihat jelas dari matanya.

"Vin, gue nggak gitu, itu semua bohong." Kilah Tarisa.

Gavin menggeleng, "Mulai sekarang jauh-jauh lo dari gue apalagi Fredella, sekali lo berusaha nyakitin Fredella lagi, lo bakalan tau akibatnya !" Dia mengeluarkan peringatan.

"Vin, gue —"

"Pergi !" Gavin meninggikan suaranya.

Fredella tersenyum puas atas apa yang telah dia lakukan, dia kemudian berbisik pada Tarisa, "Gue udah bilang jangan pernah sentuh gue apapun yang jadi kepunyaan gue, satu hal lagi yang harus lo tau, gue bisa balas lo kapanpun gue mau, bahkan lebih dari ini."

About Us Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang