Tidak ada yang bisa membuatku rindu menyamai rinduku pada ibuku selain kamu — Aksara, 2016.
***
Author POV
"Gue berangkat dulu ya, lo nggak usah nganter, gue nggak mau lihat lo nangis gegara gue tinggal."
"Apaan coba, nggak ya."
"Nggak apa? Nggak salah?"
"Serah deh, hati-hati di jalan, sampaiin ke Axcelle juga."
"Iya, lo jaga diri baik-baik, jangan nakal, jangan nangis mulu."
"Iyaa. Jangan sampai sakit, apalagi flu, lo kan kalau sakit flu udah kaya orang sakit stadium akhir."
"Sialan, tapi emang iya sih. Makannya lo ingetin gue terus buat nggak lupa makan, buat nggak capek-capek, buat nggak jatuh cinta sama orang lain."
"Nah kumat kan."
"Haha, yaudah gue tutup dulu, bus gue udah dateng, bye."
"Bye."
Fredella meletakkan ponselnya, perlahan dia merasakan kehampaan dihatinya.
Lalu dia tergerak menuliskan status di akun sosmed nya.
Numb.Fredella membaringkan tubuhnya, barangkali tidur dapat sedikit meredakan perasaannya.
***
Sebulan kemudian ..
Fredella menatap ponselnya, tak ada notifikasi yang berarti disana, entah kenapa belakangan ini dia selalu saja menunggu pesan dari Aksa, baginya tak ada notifikasi yang lebih menarik selain dari Aksa.
"Lagi nungguin chat dari Aksa pasti." Ujar Tyas yang duduk disampingnya.
"Apaan, enggak." Kilah Fredella.
Tyas tertawa, "Gue tau kali Fre, lo sama dia kan udah kaya surat sama perangko, nempel."
"Kan mulai."
"Dan sekarang lo udah mirip surat dinas, kertas doang nggak pakai perangko." Ujar Tyas sambil memperlihatkan surat yang baru saja di cetaknya.
"Udah sana lo anter suratnya ke bagian keuangan buru, dah ditunggu mas-mas keuangan tuh." Fredella menatap Tyas menggoda.
"Nggak, lo aja, gue geli sumpah di spam chat mulu sama dia."
"Ya itu kan tandanya dia lagi usaha Yas. Enak banget ya hidup lo dari dulu ada yang ngusahain."
"Enak darimananya? Lo tau gimana gue selama di sekolah."
Perkataan Tyas mengingatkan Fredella pada kejadian semasa mereka belum menjalankan prakerin.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us
Teen FictionAku selalu bertanya kenapa dia suka musik keras? Sedang aku? Aku tidak menyukai itu, karena ku pikir hidupku sudah terlalu keras. - Fredella Ayunindya. Fredella selalu mengeluh tentang kesukaan Aksa, mereka berdua bak dua sisi mata uang yang berbeda...