Bagian 15

36 4 1
                                    

Jika rindu tercipta melalui jarak,
Maka sebagian orang percaya bahwa cinta tercipta karena ketulusan rasa.

***

Author POV

"Disini"

Deg !

Fredella menatap Gavin tak berkedip, jantungnya berpacu makin kencang, bahkan kini dia merasa pasokan udara di sekitarnya semakin menipis.

"Kenapa? Ada mantan lo ya di belakang gue?" Tanya Fredella acak.

"Kok lo tau sih? Biarin gue genggam tangan lo dulu ya sampai dia pergi, boleh kan?"

Fredella mengangguk, "Gue cuma asal tebak aja sih, jadi gue sekarang harus gimana?"

"Lo harus tersipu malu." Jawab Gavin lembut.

Fredella mulai tersenyum malu, dalam hatinya berkata, nggak perlu lo suruh, jantung gue juga udah nggak karuan Gav.

"Udah." Gavin melepaskan tangannya.

Gavin tersenyum, ini first time gue bisa pegang tangan lo dan lihat lo tersipu malu Del, maaf ya gue bohong, ujarnya dalam hati.

Fredella melihat jam di pergelangan tangannya, "Kayanya gue udah kemalaman deh Gav."

Gavin menarik tangan Fredella, "Ayo gue antar."

Kenapa sih Gav lo suka tiba-tiba narik tangan gue, gue kan jadi terbang terus ini, gerutu Fredella dalam hati.

"Ambil helm di motor temen gue dulu ya?"

Gavin mengangguk, "Motornya mana?"

"Itu." Tunjuk Fredella.

Fredella menghampiri bapak parkir, menitip pesan kepada bapak itu untuk memberitahu Freya bahwa Fredella telah pulang duluan.

"Ayo ! Motor lo dimana?" Tanya Fredella.

"Disana." Tunjuk Gavin. "Eh, lo nggak bawa jaket?"

Fredella menggeleng, "Enggak, hehe."

Gavin menarik helm yang di bawa Fredella, menaruhnya pada spion motornya.

"Eh, kok ditaruh lagi sih Gav?"

Gavin lagi-lagi menarik tangan Fredella, "Ayo ke toko seberang, gue beliin jaket."

Fredella menarik tangannya, "Enggak usah, balik aja."

Gavin menatap wajah Fredella, "Del, lo harus tau, gue nggak suka penolakan."

"Bukannya gitu Gav, cuma —"

Gavin memajukan wajahnya, "Cuma apa?"

Deg !

Lidah Fredella kelu, menatap Gavin dari jarak kurang dari 20cm membuat hatinya semakin tak karuan.

Gavin tersenyum, "Lo kalau sama gue nggak harus pakai make up lagi deh Del, muka lo sering tiba-tiba memerah."

Fredella memalingkan wajahnya malu.

Tangan Gavin tergerak memegang pipi Fredella, mengarahkan wajah Fredella agar menatapnya, "Lo cuma boleh kaya gini sama gue doang, sama orang lain jangan."

Bak sihir, mendengar perkataan Gavin membuat Fredella mengangguk.

Gavin melebarkan senyumannya, tangannya tergerak menggenggam tangan Fredella, "Mulai hari ini kamu milik aku, ayo !"

Fredella berjalan mengikuti langkah Gavin dengan perasaan yang luar biasa, senyumnya kembali merekah. Dan hari itu menjadi hari dimana dia dan Gavin resmi menjadi sepasang kekasih.

About Us Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang