Bagian 33

23 1 0
                                    

Situbondo, September 2015, siapa sangka sebuah es krim rasa coklat mampu membuat suasana hati menghangat.

***

Author POV

Bali menjadi salah satu tempat dimana dia ingin datang lagi dan lagi. Kali ini perjalanan Fredella di Pulau Dewata itu harus berakhir, senja menyapa kala dia beserta rombongan telah berada di kapal.

"Gue selalu suka sama senja." Fredella bersua tanpa menoleh.

Aksa menoleh, "Kenapa?"

"Dia selalu datang lagi dan lagi kendati dengan warna yang berbeda. Kadang dia berwarna orange cerah, kadang juga dia redup tertutup mendung, tapi dia tetap hadir lagi dan lagi."

Aksa mengangguk, "Iya, lo suka senja kaya lo suka ombak kan? Kata lo, ombak selalu datang lagi dan lagi meski tau sakitnya menghantam karang. Juga dari ombak lo belajar, akan selalu ada yang datang saat ada yang pergi."

Fredella mengembangkan senyumnya, dia pernah mengatakan hal itu kala mereka sedang berlibur ke pantai, satu setengah tahun lalu, "Ingatan lo bagus juga ya Sa?"

Aksa hanya terkekeh.

"Kenapa hidup selalu kaya gini ya Sa? Satu datang satu pergi, mereka berlalu-lalang, membuat jalur mereka sendiri, rumit."

Aksa mengangguk, "Begitu cara semesta ngajarin lo buat paham apa itu arti pertemuan dan perpisahan."

Fredella mengangguk, "Semakin banyak gue kenal sama orang, intensitas gue buat kehilangan bakal makin sering, itu yang buat gue nggak mau buka hati gue buat banyak orang."

Aksa mengangguk, "Sama, gue juga."

Fredella terdiam, dia kembali menyaksikan senja yang nampak begitu cantik dari tempatnya berdiri.

"Tapi bagi gue ada yang lebih menarik dari senja."

Fredella menoleh, "Apa?"

"Dengan siapa kita menikmatinya."

Fredella terkekeh lalu melayangkan sebuah pukulan kecil di bahu Aksa, "Lo selalu bisa ya bikin orang terbang."

Aksa terkekeh, "Gue selalu suka saat lo terkekeh kaya gini Fre, karena saat itu gue tau, meski banyak beban di pundak lo, lo tetep berusaha buat baik-baik aja."

Fredella mengembangkan senyumnya lagi, "Gue juga suka saat lo bikin lelucon tentang perasaan itu ke gue. Karena saat itu gue tau, ada perempuan yang sedang lo jaga supaya air matanya nggak jatuh sia-sia."

Dan perempuan itu adalah gue, terimakasih Aksa, lanjut Fredella dalam hati.

Senyum Fredella menular kepada Aksa, "Gue suka pertahanan diri lo Fre."

Fredella memilih untuk menyudahi sesi curhat colongan ini dan kembali menikmati suasana senja juga angin laut yang menerpa wajahnya, sesekali dia memejamkan matanya, dia benar-benar ingin menikmati masa ini kali ini.

Bahwa dengan Aksa, ada rasa yang kemudian dia biarkan tetap bersarang di hatinya tanpa perlu lisannya berucap, cukup dengan sorot mata juga dengan perbuatannya, dia tau, Aksa tau.

Sementara keduanya tak menyadari bahwa sedari tadi Tarisa berdiri di belakang mereka, mendengarkan apa yang keduanya bicarakan.

"Aksa benar Fre, lo itu mudah buat dicintai, lo bahkan nggak pernah mencoba buat ngurusin hidup orang lain karena hidup lo udah susah, lo nggak perlu jadi orang lain cuma buat bikin orang nyaman sama lo, dan itu yang selama ini buat gue iri sama lo." Gumam Tarisa menyesali semua yang telah terjadi.

About Us Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang