Bagian 34

30 1 2
                                    

Iya ya, gue ini pemeran utama tapi berasa kaya figuran — Fredella.

***

Author POV

"Gimana Mba Fredella, sudah siap bercerita?" Freya menatap Fredella serius.

Fredella tersenyum singkat lalu mulai menceritakan kejadian di rest area hari itu.

Flashback on.

Selepas menerima uang dari Aksa, Fredella bergegas menuju toilet, suasana toilet yang cukup lengang membuatnya tak perlu mengantri.

Tak butuh waktu lama untuk Fredella kembali dari toilet, namun langkahnya terhenti begitu dia mendengar seseorang yang menyebut nama kekasihnya.

"Jadi lo suka sama Gavin?" Tanya perempuan yang dia sendiri tidak tau siapa, yang dia tau perempuan itu satu jurusan dengan Gavin namun berbeda kelas.

"Lo ngaco, ya nggak lah, kita kan udah lama sahabatan." Balas perempuan lain yang dia tau adalah teman sekelas Gavin.

"Sandra Sandra, gue tau lo, mata lo ngomong gitu ke gue."

Perempuan bernama Sandra itu tersenyum penuh arti, "Gue ke Gavin dulu ya, dia bilang mau beliin gue es krim nih."

Lawan bicara Sandra terkekeh, "Pepet terus, jangan kasih kendor."

Sandra hanya mengangguk lalu menghampiri Gavin yang tengah duduk di salah satu kursi ruang makan.

Perempuan itu nampak berusaha menampilkan senyum terbaiknya seraya menyapa Gavin.

Gavin menoleh, membalas panggilan gadis itu dengan senyum tulusnya. Hal yang membuat Fredella kembali melanjutkan jalannya.

"Gue harusnya nggak lihat adegan ini." Gumamnya sambil berlalu menghampiri Aksa.

Flashback off.

"Terus lo diam aja gini?" Freya tak habis pikir.

Fredella mengangguk, "Terus gue harus apa?"

"Fre, udah ya, hidup lo udah susah, jangan bikin tambah susah dengan cara mencintai orang kaya dia."

Fredella terkekeh, "Udah lama ya lo nggak marahin gue Fre."

Freya melotot, "Gue nggak lagi bercanda Fre !"

Fredella mengangguk lagi, "Gue juga lagi nggak bercanda Fre. Kayaknya hidup yang lagi bercanda sama gue, buktinya gue ketawa parah sampai nangis saking lucunya hidup yang gue jalanin."

"Fre !" Nada bicara Freya meninggi.

Bukannya takut, Fredella malah mengalihkan pandangannya ke hamparan sawah yang ada di depan rumah Freya.

"Selama ini gue pikir Tarisa satu-satunya, ternyata dia hanya salah satunya. Lagi-lagi gue kecolongan Fre, gue nggak pinter-pinter ya dari dulu."

"Iya, itu lo tau." Balas Freya masih dengan sisa-sisa emosinya.

Fredella terkekeh, "Tapi dalam kisah gue, apapun yang terjadi gue tetep bakalan jadi pemeran utamanya kan Fre?"

About Us Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang