Bagian 4

37 4 0
                                    

Alih-alih memilih orang yang mencintainya, sebagian orang lebih cenderung memilih orang yang dicintainya.
Lucu sekaligus ironis memang.

***

Author POV

Malam pergantian tahun menjadi malam yang ditunggu oleh sekian banyak orang, tahun baru, resolusi baru. Setidaknya begitu yang sering Fredella dengar dari orang-orang.

Disaat orang-orang seolah mencari teman untuk menghabiskan malam tahun baru bersama, Fredella tidak begitu, baginya tahun baru di rumah saja telah menjadi hal yang biasa.

Harinya memang sesepi itu, ponselnya pun sedari tadi siang tak kunjung menampilkan notifikasi pesan dari sang kekasih, dia paham betul bahwa kini sang kekasih sedang sibuk menghabiskan sisa tahun 2013 ini dengan teman-temannya.

Deon tak pernah berusaha mengajak Fredella untuk keluar malam, karena apapun acaranya, kekasihnya itu pasti akan menolak. Sudah lebih dari dua tahun mereka bersama dan sudah saling mengenal sedari sekolah dasar, membuat keduanya secara tidak sadar telah paham sikap satu sama lain.

Ponsel jadul Fredella berbunyi, menampilkan sebuah notifikasi panggilan dari nomor tak dikenal. Fredella tak mengangkatnya, belakangan banyak nomor iseng yang tiba-tiba meneleponnya dan sebagian dari mereka berdalih salah nomor tapi anehnya mereka tau bahwa pemilik nomor itu adalah Fredella. Modus lama.

Satu pesan muncul, Fredella membuka pesan dari nomor yang baru saja meneleponnya.

Fre, angkat, ini Yohannes.

Tak lama setelah membaca pesan itu, satu panggilan kembali masuk dari nomor yang sama. Dengan ragu Fredella mengangkat telepon itu.

"Ya?"

"Fre, ini aku Yohan."

"Iya, kenapa?"

"Fre, are you okay?"

"Kenapa aku harus nggak oke?"

"Aku tau kamu lagi nggak fine Fre."

"Kenapa tiba-tiba telepon aku? Dapat nomorku dari mana?"

"Fre, kamu tau betapa aku nahan diri buat nggak ngehubungin kamu ! Aku punya nomor kamu dari lama, tapi nggak punya nyali buat sekedar chat kamu."

"Udah ya, aku capek, mau tidur."

Fredella mematikan sambungan telepon secara sepihak, dia tak bisa berlama-lama mendengarkan lelaki ini, semakin dia mendengarkannya, semakin dia merasa bahwa hidupnya benar-benar menyedihkan.

Satu pesan kembali muncul.

Fre, kamu bisa hindarin aku tapi kamu nggak bisa hindarin fakta kalau kakak aku lagi-lagi main perempuan di belakang kamu !

Fredella tak membalas pesan itu, otaknya ingin sekali memblokir nomor itu, namun hati kecilnya tak mampu. Bagaimana bisa hatinya menyingkirkan orang yang telah begitu tulus padanya? Tidak, dia tidak ingin menjadi sejahat itu.

Pikiran Fredella kembali terlempar pada hari itu, tahun 2011 akhir saat dia duduk di bangku kelas dua SMP, saat dia sedang menunggu jemputannya.

Flashback on

Senyum Fredella tak luntur sedari pagi, hari ini dia resmi menjadi kekasih dari seorang yang sudah dia kagumi sejak di bangku SD. Katakan ini cinta monyet, namun inilah kenyataannya, hari dimana akhirnya semalam Deon menyatakan perasaanya.

"Fre, lo mau balik sama gue nggak? Eh lo nggak bawa sepeda ya?" Tanya Freya begitu mereka keluar ruang kelas.

Fredella menggeleng, "Gue ada yang jemput kok, lo duluan aja."

About Us Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang