Aku ingin sekuat bunga tebu dan seberani dandelion — Fredella.
***
Author POV
"Aksa, gue pengen refreshing deh."
"Mau ke rumah gue nggak? Di atas rumah gue ada gunung, lo bisa lihat kota dari sana."
"Seriusan?"
"Iya, lo siap-siap deh, gue kesana."
"Enggak, gue aja yang kesana, lo nggak perlu jemput gue."
"Lo kan nggak tau rumah gue Fre."
"Iya sih .. gimana kalau ketemu di jalan?"
"Lo taunya sampai daerah mana? Biar gue bisa tentuin titik temunya."
"Sampai tugu pertigaan yang ada di pasar, lo tau kan?"
"Nah yaudah lo tunggu disitu aja."
"Okee, 15 menit lagi gue otw, gue siap-siap dulu."
"Oke sip."
Fredella mematikan sambungan teleponnya, entah kenapa dari sekian banyak nama, nama Aksa tiba-tiba terlintas di kepalanya.
Belakangan ini Fredella memang lebih sering menghabiskan waktu bersama Aksa dan Axcelle, dia lebih suka berkawan dengan laki-laki. Baginya memiliki teman laki-laki adalah anugerah Tuhan yang patut disyukuri, mereka cenderung akan memberi masukan-masukan yang lebih rasional mana kala dia membutuhkan masukan.
Aksa adalah orang yang bisa diajak bercerita tentang apapun, mulai dari pertemanan, keluarga hingga percintaan. Sedang Axcelle tidak terlalu tertarik atau bahkan tidak pernah tertarik dengan kisah percintaan Fredella, justru kadang Fredella lah yang ikut campur dalam masalah percintaan Axcelle.
Kadang Fredella menerka-nerka, kenapa dia bisa sedekat ini dengan Aksa, apakah benar keduanya bisa bersahabat tanpa melibatkan rasa? Apa ujung dari persahabatan ini hanyalah saling suka lalu tak dapat bersama?
Fredella menghempas semua pertanyaan di hatinya lalu memilih untuk bersiap menemui Aksa. Semoga Aksa bisa membuat suasana hatinya membaik kali ini seperti yang sudah-sudah.***
"Masuk Fre." Aksa mempersilahkan.
Fredella memasuki rumah Aksa, ini kali pertama dia menginjakkan kaki di rumah Aksa. Ternyata jarak rumah Aksa dengan rumahnya lebih jauh daripada jarak rumahnya ke sekolah, hal yang membuat dia memikirkan bagaimana bisa Aksa sering menawarkan untuk mengantarnya pulang.
"Mau minum nggak?"
Fredella menggeleng, "Langsung ke tujuan aja deh."
"Yaudah, pakai motor gue aja ya, gue pamit sama ibu gue dulu."
Fredella mengangguk.
Tak lama setelah kepergian Aksa, seorang perempuan paruh baya muncul dari balik pintu.
Fredella berdiri dari duduknya lalu mengulurkan tangannya.
Perempuan itu membalas uluran tangan Fredella, "Siapa ini?"
"Fredella tante."
"Oh jadi ini yang namanya Fredella." Perempuan itu tersenyum jail pada Aksa.
"Ibu jangan mulai." Peringat Aksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us
Teen FictionAku selalu bertanya kenapa dia suka musik keras? Sedang aku? Aku tidak menyukai itu, karena ku pikir hidupku sudah terlalu keras. - Fredella Ayunindya. Fredella selalu mengeluh tentang kesukaan Aksa, mereka berdua bak dua sisi mata uang yang berbeda...