Karena cara terbaik memainkan peran dalam sandiwara orang lain adalah dengan berpura-pura tak mengetahui sandiwaranya.
***
Author POV
Waktu berjalan begitu cepat, tahun 2014 akan segera berlalu. Banyak kenangan yang tak bisa Fredella lupakan, baik kenangan pahit maupun manis, semua terekam dalam ingatannya.
"Mau tahun baruan di rumahku nggak bee?"
"Emm .. gimana ya Gav —"
"Kenapa? Kamu udah ada acara sama orang lain ya?"
"Enggak gitu, kamu kan tau aku jarang keluar malam."
"Perlu mama aku telepon mama kamu?"
"Eh , enggak."
"Ini permintaan mama loh, nggak bisa dibantah."
"Tapi Gav —"
"Kamu besok siap-siap aja, aku jam 8 udah di rumah kamu, aku yang minta ijin ke mama kamu."
"Tapi Gav —"
"Aku tutup yaa, bye bee."
Belum sempat Fredella melancarkan protesnya, Gavin terlebih dahulu menutup teleponnya.
"Mama dan anak sama-sama diktatornya." Gumam Fredella.
Hubungan Fredella dan Gavin telah terjalin selama tiga bulan, tak banyak yang berubah selain perhatian yang sering dia terima dari Gavin.
Terkadang saat berpapasan di sekolah, keduanya sering mencuri pandang sambil diam-diam melempar senyum satu sama lain. Hingga saat ini belum ada tanda-tanda bahwa hubungannya telah diketahui oleh orang banyak.
Komunitas e-sport yang diikuti Gavin juga tak beranggotakan orang-orang dari sekolahnya sehingga Gavin dengan leluasa bisa mengajak Fredella sesekali berkumpul dengan komunitasnya.
Fredella tak mau menghayal tentang hal-hal yang mungkin terjadi besok, dia lebih memilih untuk memejamkan matanya dan mulai memasuki alam bawah sadarnya.
***
Fredella melangkahkan kakinya ke rumah ini lagi, ini kali kedua dia memasuki rumah ini. Kehadirannya langsung disambut oleh empunya rumah.
Rena berjalan menghampiri Fredella dengan wajah sumringah, "Kenapa baru kesini lagi sih Fre? Mama kan kangen." Dia memeluk gadis berambut panjang itu.
Fredella tersenyum kikuk dipelukan Rena, "Iya ma, maaf ya."
Rena memegang bahu Fredella, "Nggak papa, ayo ke taman belakang, teman-teman Gavin udah nunggu disana."
"Mama dulu aja yang kesana, aku ada urusan bentar sama Della." Ujar Gavin.
Rena menatap Gavin, "Yaudah jangan lama-lama ya."
Gavin mengangguk, "Iya ma."
"Eh sebentar, Della, mama minta nomor kamu ya? Kalau minta ke Gavin nggak akan dikasih."
"Nanti Gavin kasih ma, udah ah mama sana duluan kesana." Balas Gavin.
"Janji ya !" Peringat Rena, "Yaudah mama ke taman dulu." Dia pun berlalu.
Gavin merangkul bahu Fredella, membimbing gadis itu ke sebuah ruangan.
"Kenapa kita kesini Gav?" Tanya Fredella bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us
Teen FictionAku selalu bertanya kenapa dia suka musik keras? Sedang aku? Aku tidak menyukai itu, karena ku pikir hidupku sudah terlalu keras. - Fredella Ayunindya. Fredella selalu mengeluh tentang kesukaan Aksa, mereka berdua bak dua sisi mata uang yang berbeda...