Bagian 2

49 5 0
                                    

Kemudian sebagian dari mereka memilih untuk bertahan hidup dengan luka yang menganga.

***

Author POV

Hari ini adalah hari terakhir MOS dilaksanakan, dan seperti janji Danita, kini buku Fredella telah kembali dengan 100 tanda tangan tertulis disana.

"Wah .. makasih banyak Ta." Ujar Fredella sumringah ketika menerima buku itu.

"Iya sama-sama, eh nanti kelar MOS anak-anak cewek mau pada buber nih, lo ikut nggak? Ikut aja ya? Ikut dong."

Fredella nampak berpikir, jarak rumahnya dengan sekolah lumayan jauh, 15 km, jika dia ikut acara buber, mamanya pasti akan khawatir karena Fredella tak pernah pulang malam sebelumnya.

"Kenapa? Lo nggak bisa ya?" Tanya Danita berusaha membaca ekspresi Fredella.

Fredella menunjukkan senyum pasta giginya, "Hehe, maaf ya."

"Kenapa nggak bisa sih? Cewek di kelas kita cuma 10 doang ini, ayolah .. sekalian perkenalan satu sama lain, semua udah oke nih, tinggal lo doang." Bujuk Danita.

"Bukannya gue nggak mau, cuma rumah gue kan di perbatasan, gue takut ibu gua khawatir." Balasnya tak enak.

"Sini nomor ibu lo, biar gue yang minta ijin." Tangan Danita menengadah meminta ponsel Fredella.

Fredella menggeleng, "Next time aja ya."

"Wah, gue marah nih." Danita menunjukkan wajah tak sukanya.

"Eh gimana ya? Yaudah deh gue coba SMS ibu gue dulu." Fredella panik, pasalnya ekspresi Danita benar-benar berubah kali ini.

Danita tiba-tiba tersenyum, "Nah gitu dong dari tadi, masak harus gue pura-pura marah dulu baru lo mau ikut."

"Ya enggak gitu juga."

"Iya iya, ayo GSB." Danita merangkul pundak Fredella.

Fredella mengangguk dan mulai memasuki area gedung serbaguna setelah mengirim pesan pada sang ibu.

***

Acara buber sukses, mereka mulai mengenal satu sama lain, meski tidak begitu akrab, setidaknya kecanggungan di antara mereka perlahan menghilang.

"Lo tau jalan balik kan Fre?" Tanya Danita ketika mereka bersiap untuk pulang.

Tadi Fredella mendapat ijin dari sang ibu untuk mengikuti acara buber dadakan ini, namun dengan syarat-syarat tertentu pastinya, seperti pulang tidak lebih dari jam 8 malam.

Fredella mengangguk ragu lalu kemudian menggeleng.

"Yaelah, main lo kemana aja sih Fre, timbang daerah sini aja nggak paham." Celetuk Tyas, salah satu temannya.

Fredella tersenyum canggung, "Jogja dong."

"Haha dasar sombong." Balas Tyas sembari memakai helm nya.

"Mau gue antar?" Tawar Danita.

Fredella menggeleng, "Tunjukin jalan by pass aja, nanti kalau udah sampai sana gue paham kok jalan pulang."

"Oh, oke." Danita beralih pada kawan yang lain, "Gue sama Fredella balik duluan ya guys."

Semua yang ada disana mengangguk tak lupa memperingatkan keduanya untuk berhati-hati dan memberi kabar jika sudah sampai rumah.

Ternyata teman-teman kelasnya tidak seasing yang Fredella bayangkan. Satu harapannya, semoga rekan laki-laki sekelasnya juga seasik teman perempuannya.

***

Fredella merebahkan tubuhnya di kasur, dia benar-benar lelah hari ini, namun dia harus mulai terbiasa dengan hal ini.

Tangannya tergerak membuka aplikasi Facebook yang ada di ponselnya. Entah kenapa hari ini dia ingin sekali melihat akun kekasihnya.

Dan perasaan ingin tahunya membawanya pada sebuah kejadian yang membuatnya merasa dejavu, di akun sang kekasih, dia melihat sesuatu yang tidak ingin dia lihat. Foto kekasihnya duduk bersama seorang perempuan, lengkap dengan caption 'my new friend' yang tertulis disana. Jarinya tergerak melihat akun perempuan yang mengunggah foto itu dan menandai kekasihnya.

Ah selalu seperti ini ya, kamu yang berbuat aku yang tertuduh. Gumamnya dalam hati.

Fredella memutuskan untuk tidak mencari tau lebih dalam tentang sang wanita bernama Veronica itu. Yang perlu dia tau sudah dia ketahui, perempuan itu adalah teman di sekolah baru sang kekasih, hal yang menandakan bahwa intensitas keduanya bertemu akan lebih sering.

Fredella keluar dari aplikasi itu, sebab dia paham semakin dia mencari tahu, semakin besar pula peluang dia untuk terluka, dan dia tidak mau merasakan kecewa untuk kesekian kalinya.

Dia tak suka bercerita tentang kehidupan pribadinya pada orang lain, teman dekatnya pun bisa dihitung dengan hitungan jari. Bukannya dia susah untuk percaya pada orang lain atau sulit bergaul, hanya saja dia tak mau orang lain mengetahui kerumitan hidupnya yang tercipta oleh ulahnya sendiri.

Fre, lo habis stalking ya?

Pesan itu muncul di ponsel jadulnya, ponsel pemberian sang mama saat dia masih kelas dua SMP, itu tandanya sudah 2 tahun dia memakai ponsel yang sama.

Matanya harus menyipit tiap kali melihat notif yang ada disana karena layar led nya sudah mulai bergaris.

Ternyata nama Freya yang tertera disana. Tangannya tergerak untuk membalas pesan dari sang sahabat, satu-satunya orang yang bisa dia percaya.

hehe, gimana sekolah baru lo?

Iya lo habis stalking, buktinya lo malah ngalihin pembicaraan.

haha, you know me so well Fre.

Dia nuduh elo lagi?

hmm .. maybe?

Ah udah gue duga, seperti biasa, udah ya Fre, udah saatnya lo istirahat.

hehe, iya ini gue mau tidur, lo jangan begadang !

Fre !

Fredella memilih untuk tak menggubris pesan dari Freya, inilah salah satu alasan kenapa dia enggan akrab dengan orang lain. Dia enggan orang lain menatapnya iba dengan kisah hidupnya yang sedemikian rupa. Namun dia tau, Freya berbeda, Freya tidak pernah memandang Fredella dengan pandangan iba, justru dia lah orang yang paling kejam pada Fredella.

Sebelum memutuskan untuk tidur, Fredella menyempatkan untuk mengirim pesan pada sang kekasih.

selalu begitu ya, kamu yang berbuat, aku yang dituduh, lucu memang.

Fredella meletakkan ponselnya cukup jauh dari tempatnya tidur, tak lupa menyalakan mode getar agar dia tak merasa terganggu dengan notifikasi yang mungkin saja akan muncul dan mulai memejamkan mata. Baginya, tidur adalah pelarian terbaik ketika kondisinya sedang tidak baik.

Lagi dan lagi, rasa takut itu menyapa,
Menjelma menjadi sesuatu yang nyata,
Kejadian serupa pun kembali terulang,
Ingin rasanya aku menghilang,
Untuk waktu yang hanya sebentar,
Namun takdir tak bisa dihindar,
Bak kerbau yang selalu menurut pada majikan,
Tidak menuntut, hanya menurut.

About Us Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang