Kadang saat dia bertingkah semaunya, aku ingin marah, namun aku tak berdaya, selalu begitu.
***
Author POV
Fredella berkumpul dengan Pamungkas, Axcelle dan Deni saat teman-temannya mulai memakan sarapannya, di tangannya terdapat secarik kertas berisi rundown acara yang telah disusunnya. Pagi ini mereka sudah sampai di Ngawi sebelum nanti mereka ke Surabaya dan malamnya melanjutkan perjalanan ke Bali.
Susunan panitia yang minimalis membuat Fredella memiliki tugas ganda, selain menjadi seksi transportasi dia juga menjadi seksi acara yang mengurusi rundown acara.
"Barusan pihak perusahaan kasih kabar ke Dito kalau kunjungan anak komputer bakalan dipangkas satu jam, jadi gue kumpulin kalian, ada masukan buat ganti rundown ini?" Tanya Fredella.
Gavin sedari tadi diam-diam memperhatikan kekasihnya yang nampak tengah serius di bangku pojokan bersama Pamungkas, Axcelle dan Deni.
"Jadi yang perlu diubah cuma acara anak komputer kan?" Deni memastikan.
"Iya, jadi kalau di jadwal kita ketemu di rest area jam 5 sore, ini anak komputer udah selesai di jam 4 sore." Jelas Fredella.
"Yaudah kita tetep ke rest area jam 4 sore aja." Axcelle menatap Pamungkas, "Pam, gue minta tolong lo buat ngomong ke pihak bus biar pihak bus yang hubungin pihak resto kalau kita datang satu jam lebih awal, bisa?"
"Iya, jadi kalian bisa bersih-bersih dulu biar nggak antri sama anak jurusan kita." Sambung Deni.
Pamungkas mengangguk, "Bisa kok, habis sarapan gue urus semuanya."
Fredella mengangguk, dia mengambil bolpoin dari sakunya dan mulai mencoret kertas di depannya.
"Gini ya? Udah kan?" Fredella memastikan.
Ketiganya mengangguk.
"Oke nanti gue share grup, ayo sarapan." Ajak Fredella pada Axcelle dan Deni yang dihadiahi anggukan oleh keduanya.
Fredella mengambil piring makanan yang tersedia disana diikuti dengan Pamungkas, Axcelle dan Deni.
"Full, mau duduk dimana?" Tanya Fredella begitu selesai mengambil makanannya.
"Itu samping temen-temen gue ada yang kosong, ayo sana aja." Deni berjalan mendahului temannya.
"Gue boleh gabung disini kan Vin?" Tanya Deni.
Gavin menoleh, "Boleh, silahkan."
Deni dan Axcelle duduk di depan Gavin, sedang Fredella duduk di samping Gavin diikuti oleh Pamungkas.
Fredella memakan makanannya dalam diam, sedang Axcelle dan Deni membicarakan hal yang tidak dia tau.
Pamungkas juga mencoba untuk memulai pembicaraan namun Fredella hanya menanggapinya dengan senyum simpul.
Satu pesan muncul di ponselnya, nama Gavin muncul disana.
Jawab kali Del, masak udah ngomong panjang lebar gitu cuma kamu diemin.
"Jangan rese' ih." Fredella bergumam.
Pamungkas menoleh, "Apa Fre?"
Fredella menoleh, "Eh enggak Pam, ini gue baca chat kok."
"Oh .. kirain lo ngomong sama gue."
"Enggak kok."
Fredella melotot ke arah Gavin, seolah-olah mengisyaratkan untuk tidak melakukan hal-hal yang bisa menimbulkan kecurigaan di meja ini. Sedang Gavin hanya terkekeh melihat ekspresi Fredella.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us
Teen FictionAku selalu bertanya kenapa dia suka musik keras? Sedang aku? Aku tidak menyukai itu, karena ku pikir hidupku sudah terlalu keras. - Fredella Ayunindya. Fredella selalu mengeluh tentang kesukaan Aksa, mereka berdua bak dua sisi mata uang yang berbeda...