Bagian 9

36 3 0
                                    

Sebab jika hidup adalah tentang penilaian orang lain, maka aku ingin orang lain melihat bahwa hidupku adalah yang paling sempurna.
Fredella.

***

Author POV

"Sa, sebenernya lo itu kejauhan tau kalau harus kesini dulu." Ujar Fredella begitu keluar dari rumahnya.

"Nggak papa, lagian cuma lo doang yang mau gue bonceng pakai motor kentang gue."

Fredella menaiki motor Aksa, Aksa mulai menjalankan motornya, "Ya lo kan belum coba ke perempuan lain, selama ini kan lo cuma kenal sama gue doang."

"Buat apa mencoba yang lain kalau yang ini udah buat nyaman?" Balas Aksa dengan senyum gelinya yang sudah pasti tidak dapat di lihat oleh Fredella.

Fredella memukul punggung Aksa, hal yang membuat Aksa mengaduh kesakitan, "Lo jangan suka kaya gini, gue mungkin bisa tahan sama gombalan lo, tapi perempuan lain belum tentu."

"Ini yang bikin gue suka gombalin lo Fre, lo nggak suka baper sama gue."

"Terserah deh."

Tak ada obrolan lagi antara keduanya, Aksa sibuk mengemudi, Fredella sibuk menghafal jalan.

Aksa menghentikan laju motornya, menyadari bahwa ponsel Samsung pink nya yang ia taruh di dashboard motornya hilang.

"Kenapa Sa?" Tanya Fredella bingung.

"HP gue."

"HP lo kenapa?"

"Tadi gue taruh dashboard, sekarang nggak ada." Ujar Aksa sedikit panik.

Fredella turun dari motor, "Hah? Seriusan? Coba lo cek di tas, kali aja tadi lo masukin tas."

Aksa memeriksa isi tasnya, "Nggak ada, gue yakin gue taruh dashboard tadi."

"Coba gue telepon ya." Fredella mendial nomor Aksa.

"Gimana?" Tanya Aksa.

"Masih aktif kok."

"Di angkat?"

Fredella menggeleng, "Gimana kalau puter balik aja, kali aja masih di jalan." Usulnya.

Aksa mengangguk, dia memutar arah motornya, menyusuri jalan yang baru saja ia lewati.

Sudah hampir 15 menit, keduanya belum menemukan tanda-tanda keberadaan ponsel Aksa.

"Udah lanjut aja ya Fre, kasihan yang lain udah lama nunggu pasti." Putus Aksa.

"Tapi hp lo?"

"Nggak papa, hp hilang bisa beli lagi, kalau lo yang hilang gue bingung cari penggantinya."

Fredella menatap Aksa tak enak, "Lo ya masih sempat-sempatnya bercandain gue. Coba kalau lo tadi nggak jemput gue, lo pasti nggak bakal kehilangan hp lo."

Aksa membuka maskernya, menampilkan senyum di wajahnya, "Udah, lo nggak perlu ngerasa bersalah gitu."

Fredella masih saja merasa tak enak.

Aksa mencubit pipi Fredella, "Lo pasti sedih kan gegara nanti malam nggak bisa chattingan sama gue?"

Ekspresi Fredella berubah, dia melotot mendengar perkataan Aksa, "Aksaaaa, jangan bercanda."

Aksa terkekeh kali ini, "Udah ayo, kasihan yang lain udah nunggu."

Dengan ragu, Fredella mengangguk.

"Tapi gue serius deh Fre, gue paling bisa chat lo nya besok, lo jangan kangen ya."

About Us Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang