20. Luasnya Banyolan Semesta

234 74 18
                                    

aku kabur dari tugas, wkwk
selamat membaca—!♡
mungkin update terakhir di
bulan Februari ini

aku kabur dari tugas, wkwkselamat membaca—!♡mungkin update terakhir dibulan Februari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Seorang daksa dengan kaus dan celana pendek itu sedang terdiam, menyaksikan basut tirta melimpahruahkan rahmatnya.

Labium meronanya sedikit menggempal, memanyun lantaran sedang kesal. Surainya yang tersemat pita biru, helai-helai pegamnya menutupi sedikit kanvas rupa yang sendu. Ditatapnya sejenak jendela bening sebagai figur hening saksi bisu Ayudisa Putri.

Ia terduduk di atas bantalan empuk, kursinya seakan menjadi tumpang tindih semampainya. Beserta gumpalan putih tengah menggelung tubuh di pangkuan sang Nona Disa. 

   
“Mochi... aku sedih banget,” ujar kata melalui bahana lirih milik ia. Menunduk sembari memberi afeksi lembut pada kucing gemuk itu.

   
Kucing lucu hanya mengeong sejenak, mengatupkan netra laiknya oniks tatkala merasakan sentuh lembut pada tubuhnya. 

Hewan peliharaan sang Majikan diberi nama Mochi. Awalnya, Ayudisa tengak ketika akan memberi asma. Lalu terbesitlah satu nama yang paling mendeskripsikan kucing tersebut. Bertubuh gemuk, berjenis kucing Himalaya, dan berwarna candramawa, laksana mochi pada umumnya. 

Namun, yang satu ini tidak bisa dikonsumsi, ya...

   

“Mochi, Mochi...” panggilnya sekali lagi. Sedang kucing itu membalas perkataan dahayu dengan mengeong lagi. Suaranya kecil dan imut bagi kucing betina. Rasanya Ayudisa tidak jadi sedih mendengar bahana tersebut. Lucu, ingin digigit saja.

   

Menatap sebidang datar tembus pandang, ia tak menuju balkon dekat kubikelnya. Sedang hujan deras, takut akan terciprat bulir bening dari gumpalan kelabu angkasa raya.

   

“Mochi, aku cemburu lihat Sena sama Kak Wulan dekat banget di kantin. Mereka ketawa gak jelas di depanku. Seolah aku sama Arum dianggap tak kasat mata. Keseeeel banget pokoknya...” lagi, ia menyuarakan isi hatinya. Bercerita tentang bagaimana hari-hari yang dilewati baru saja. 

   

“Aku nggak tau perasaan apa ini, tapi nyaman kalau udah dekat sama Sena. Perlakuan dia itu bikin hatiku deg-deg nggak karuan. Terus pas lihat dia sama perempuan lain, kenapa aku nggak rela, ya?” ujarnya sekali lagi, memainkan paw berwarna kapuranta di hasta Mochi.

   

Masih membelai gumpalan menggemaskan, ia menghela recaka pasrah. Tengak akan kondisi entitas rasa yang Ayu alami. Jadi, ia memilih untuk mengutarakan yang sebenarnya pada kucing kesayangan.

Ketika dirinya terlampau sukar bercerita kepada siapapun, maka peliharaan kesayangan lah yang menjadi titik tumpu bagaimana menumpahruahkan relung hati sang Afsun. 

[✔️] ii. Sebait Klausa | SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang