Ciee yang kemarin aku gantung😀
“Tapi ada satu syarat yang harus kamu patuhi, Sena...” Sang Widyaisawara berbicara penuh wibawa. Netranya yang masih bening itu menatap muridnya dengan pandangan yang lurus nan sungguh-sungguh.
Mendapat tatapan seperti itu, ia langsung meneguk salivanya serat. Kerongkongannya serasa kering nan tandus seketika, manakala guru sulung di hadapan pemuda tampan laiknya Pangeran Arjuna itu, melanjutkan perkataannya, “Apa kamu yakin dengan tawaran saya?” tanyanya kembali.
Mulai dari sini, berteguk-teguk ludah membasahi kerongkongannya yang semakin kering. Hastanya meletakkan kembali kintaka tersebut usai memasukannya lagi dalam amplop. Sena langsung merasa sangsi tatkala guru lelaki itu menyorotnya terus menerus.
Ia juga berpikir, bagaimana jika ayahnya marah mengetahui ia mendapatkan beasiswa jurusan FK? Apakah ayahnya nanti tetap berdiri teguh memegang prakatanya tuk memasukannya pada jurusan FEB?
Tapi sarwa prakata yang melintas di cakap labirin otak, ujaran seram yang akan ia dapatkan dari ayahnya nanti, ia buang semua. Bahkan lelaki itu menunduk dalam dan menyatukan jemari dinginnya yang gemetar. Kemudian mendongak usai membasahi bibir sembari mengulas senyum saaangat tipis terpatri pada piguranya.
“S-saya yakin,” jawabnya tergugu. Menatap takut-takut hingga pandangannya bergetar.
Mengangguk-angguk senang, hastanya mengudara tuk mengusak helai-helai pegam surai halus milik Nawangga. “Kamu tau, nak. Semua itu tentu ada imbal baliknya. Di dunia ini tentu saja tidak ada yang gratis. Kemungkinan sangat kecil bilamana mendapat suatu rezeki berlabel nama ‘gratis’...”
Sena masih stagnan mendengar rapal kata sang tuan dan menunggu kata-kata selanjutnya.
“Lalu syarat yang harus kamu patuhi selama menerima beasiswa UI jurusan FK, maka kamu harus menerimanya dengan ringan hati. Entah itu, mau tak mau kamu harus mematuhi.”
“Dan syaratnya adalah—” Menjeda sejenak sebelum melanjutkan.
Di detik-detik pengucapan untai aksara terlampir dari pigura, Sena langsung melotot kecil kala sesuatu asing yang sangat ia benci, memasuki rungunya.
“Kamu harus berpacaran dengan adik saya, Wulandari.”
Pikirannya acakadut di ruang sekat milik Jefantara. Lelaki itu bersimpuh gaduh dalam bilik rasa yang sempat ia gubah selama bersama sang cinta.
“Dan juga, kamu harus mematuhi apa yang Wulan ucapkan dan dia inginkan. Kamu tidak boleh menolak, daripada beasiswa itu akan saya cabut kembali nantinya.”
Kini sudah tidak ada pilihan lagi tuk menolak tawaran ini, karena Sena sendiri langsung menjawab ‘yakin’ kepada Jefan. Sanubarinya berdetak kencang dengan pelipis yang dipenuhi keringat dingin. Ia menatap bingung dan menggigit bibirnya seraya berpikir.
“Bagaimana? Kamu harus menerima tawaran ini, karena sudah dari awal saya katakan, ‘kamu yakin atau tidak?’ dan kamu menjawab lugas, ‘yakin’ kepada saya,” tanyanya memastikan sekali lagi.
Sena dengan pikiran ributnya laksana benang yang tak tertata rapi di labirin otak, dengan sangsi memandang Jefantara Sangga Bumi sambil berucap...
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] ii. Sebait Klausa | Sunghoon
Fanfiction❝ sumbu langit seperti kisah kita, tak akan habis pun jua rencana. reluk dua lakon asmaradahana, yang terhentak rasa kapuranta, bak pinarnya hilang seisi butala. ❞ ✧ ft. 박성훈 ENHYPEN ⊹ ☽ and millenials ⚠️16+ [...