06. Gelobak Tekak

452 106 23
                                    

Tautan mega pada nabastala mengawang di pelataran antariksa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tautan mega pada nabastala mengawang di pelataran antariksa. Pula sang Bagaskara mencium perlahan jaringan epidermis yang dilaluinya. Jua menembus masuk ke dalam kubikel pada sebidang datar kaca. Anila yang sayup menyayup itu meniup bersamaan di sana.

Bertepatan dengan hari ini, semua temannya akan menggelar sebuah perayaan kecil-kecilan untuk sang Gandhi.

Iya, anak adam yang satu itu tengah berulang tahun sekarang.

Menyiapkan properti yang dibutuhkan, tanpa kehadiran Bapak Ketua Kelas. Sebab sang Adiwarna sedang ada panggilan di ruang Tata Usaha. Jadi secepat kilat mereka lekas menyiapkan satu kejutan untuknya.

"Dika! Rotinya jangan dimakan terus, atuh!" lantasnya, perempuan cantik bak sandikala itu berdentum-dentum menuju sang Taruna. Menarik salah satu daun telinga sampai menjerit keras.

"YA TUHAN! SAKIT ARUM!" erang Handika sembari berusaha melepaskan jeweran Arum. "TELINGAKU NANTI COPOT!"

Mendengus sebal, ia masih tetap tak mengindahkan. Menarik lebih kencang hingga daksanya sudah berada di depan. "Kamu tuh nggak mau bantu-bantu, malah comot kue sembarangan!"

Seusai tautannya dilepas, Handika mengusap rungu daksinanya yang memerah. Bibirnya pun jua mengerucut ke depan. "Asal kamu tahu, aku tuh juga bantu-bantu!" sungut sang Tuan.

Mendelikkan aksa bundar, nona Sandhyakala mengembuskan napas gusar. "Bantu apa?! Daritadi aku nggak liat kamu gerak sama sekali!"

"Aku bantu comotin kue, hehe..." cengir pemuda Cakrabuana.

Kemudian daksanya menghindar dari auman singa betina. Takut-takut justru telinganya hirap entah ke mana. Handika jadi takut menghadapi nona galak cantik jelita.

Di sisi lain, Ayudisa dan teman-teman yang lain ada di belakang ruang kelas. Mereka sedang meniupkan gas pada karet bundar agar menjadi balon.

"Sumpah, kita kek ngerayain ultahnya bocil..." celetuk sang Taruna. Pemuda itu mencebikkan bibir sambil memutar aksa indahnya. "Pake balon segala, diisi tepung juga..." ujar pemuda Arnawama.

Sebenarnya ini adalah ide yang berasal dari Arum, sih. Dia katanya ingin melihat tampang Sena yang terkejut, dan memotret aibnya.

Sebab kata sang Taruni, "Sena itu orang ganteng yang nggak punya aib. Makanya aku penasaran banget sama aibnya dia. Sekalian rayain ulang tahunnya."

Usil sekali, bukan?

Yah, nantikan saja setelah ini. Akankah usahanya berhasil untuk hari ini?

Jikalau kalian bertanya-tanya, mengapa tak ada seorangpun Widyaiswara yang bertandang ke sini, maka akan dijawab oleh Ketua Kelas sebentar lagi.

Tapi dari pengamatan seorang Arnawama Danadyaksa, hari ini freeclass. Para guru membiarkan anak didiknya senggang, sebab baru saja melaksanakan rapat tuk lomba yang diadakan bulan depan. Maka dari itu, pemuda Gandhi yang berlencana ini ada panggilan Ketua Kelas.

[✔️] ii. Sebait Klausa | SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang