12. Aksara yang Meredup

361 104 31
                                    

hayo itu yang cuma baca
vomment-nya ya sayang
sebagai apresiasi kepada
penulis, terima kasih—!♡

hayo itu yang cuma bacavomment-nya ya sayangsebagai apresiasi kepadapenulis, terima kasih—!♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apa yang terlintas di dalam benak kalian, ketika daksa lelaki tengah berkumpul padu?

Game?

Pertandingan sepak bola?

Atau bahkan membahas tentang konspirasi dan politik?

Jika kalian berpikir demikian, maka jawabannya adalah...


Salah besar.

Sebab, ada lebih dari dua raga manusia sedang bergerumul membentuk lingkaran laiknya mengadakan Konferensi Meja Bundar. Kedua manusia itu tengah aktif berwicara, sedang dua sisanya lebih banyak mendengarkan dalam diam.

Dan konferensi ini tentu saja diketuai oleh...

Arnawama Danadyaksa, ketua maha julid...

Lelaki itu tak henti-hentinya mengoceh panjang lebar laksana memberi petuah pada anak cucunya. Yang mana seperti rumus matematika yang tak ada habisnya.

Apakah dunia ini sudah terbalik? 

Sesap demi sesap susu kotak milik Damar telah berkurang dua per tiga bagian. Nayanika gelitanya memandang Aksa yang berceloteh ria tanpa beban. Menyandarkan punggung pada dinding belakang kelas dengan helaan jengah akan sang Tuan.

“Tau, nggak? Katanya kakak kelas kita yang dulu itu cantik banget, tau!” Aksa berucap antusias. Netranya bagai gala bintang berkelap-kelip tanpa watas.

Lelaki yang kerap disapa Dika ini terkejut sambil tersedak susu kotak. “Uhuk! Yang adiknya Pak Jefan bukan, sih? Cantik banget, tau!” ia menyahut lekasnya. Tatapan matanya juga sama seperti Aksa.

“Sumpah, dia dulu primadona sekolah!” Kini ia mengimbuhi. Handika ribut sendiri hingga kedua temannya yang termangu, saling tatap netra akan mereka, malu.

“Primadona sekolah berpredikat jomblo abadi.”

“Serius?!” Damar tiba-tiba menyela sendiri. Ia agaknya juga terkejut mendengar penuturan ketua maha julid ini. 

Mengangguk sambil menggempalkan labium merah meronanya. “Cantik-cantik gitu, sikapnya dingin. Kebalikan sama Pak Jefan, tebar pesona nggak ada habisnya,” ujarnya setelah mengemil keripik singkong pedas. 

   

“Kalau Pak Jefan denger lo ngomong gitu, roman-romannya lo bakal di strap. Di gantung di tiang bendera," celetuk teman di samping Damar.

   

“Anjir, sadis, Man!” Aksa langsung bereaksi heboh. Netranya membulat bersamaan bibirnya jua. “Ganteng-ganteng sadis. Adiknya Cantik-cantik dingin.”

   

“Daripada elu... pendek, nyebelin, maha julid lagi!”

   
“GUE TAMPOL LO, YA!”

[✔️] ii. Sebait Klausa | SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang