47. Anganmu yang Terkikis

220 63 34
                                    

"Kakak sekarang lagi di mana?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kakak sekarang lagi di mana?"

"On the way. Mau antar makanan sama camilan, dek."

Ia menggeleng tanda bahwasanya si puan menolaknya sepihak. "Aku udah makan kok, kak. Nggak usah dibawain lagi."

Di seberang sini, bisa kita lihat Tama sedang mencebikkan bibirnya hingga maju beberapa sentimeter. "Idih ge-er, siapa juga yang mau bawain makan buat kamu? Ini tuh buat keluarganya Bayu tau. Kamu mah beli sendiri aja, males kakak beliin buat kamu. Duitnya keburu abis dipalak sama mak lampir kaya kamu," ujar sang wira dengan lengan yang masih setia bertengger pada bulat putaran bernamakan kemudi wimana.

Mendecak kesal. "Hih! Ngeselin! Aku nggak jadi pulang kalau kakak usilin Disa terus!" ancamnya nampak mengerikan. Tapi justru lucu bila didengar Adipati Pratama.

Tuan dengan bahu selebar antariksa itu pun tertawa ringan karena berhasil membuat sumbu amarah sang kembaran telah terpercik api merah di sana. "Beneran, nih?" ia menggoda dengan suaranya yang sungguh membuat Ayudisa kesal tingkat kuadrat. "Ya udah, kamu di sana aja. Nggak usah balik juga gak apa-apa. Tapi nanti kamu bakal digeret Oma galak, terus langsung dinikahin sama Sena deh di Jakarta. Hahaha!" ledeknya tak henti-henti meledakkan tawa seusai berkata tanpa aba-aba.

Memang ya... lelaki yang satu ini tipe-tipe penyayang keluarga, tapi juga usil pada waktunya. Dasar, Adipati Pratama...

"IH! NGGAK MAU SAMA SENA! DISA MAUNYA SAMA BAYU AJA! SENA JAHAT UDAH SELINGKUHIN AKU!" teriaknya tak terima, setakat membuat kuping lawan konversasi yang tengah berada di atas kerak bumi raya pun pengang seketika. Merasakan sakit mendengar tolakan kencang dihasilkan dari ranum toa adiknya.

"Aduh... jangan teriak-teriak dong, dek," Tama berceletuk sambil meringis. "Asal kamu tau ya, ini hape kakak lagi disambung ke bluetooth, suara kamu tuh langsung menggelegar di dalam mobil. Telinga kakak langsung sakit nih denger suaramu kaya toa!" Jemari kekarnya sudah bertengger di daun telinga sambil diusap-usap. Mengurangi lara yang tercipta akibat Ayudisa suka berteriak kencang.

Wanodya dengan segala afsun penuh dicintai oleh Bayu Renjana, terbahak di sambungan telepon. Ia lantas menyuarakan bahana dengan nadanya yang sarkas. "Emang enak?! Rasain tuh! Makanya--" Kemudian Ayudisa hendak melanjutkan pembicaraannya, namun dengan tangkas Tama menutup sambungannya sepihak.

"Pengang telinga gue, Gusti..." gerutu kesal sang bahuwarna bumi Jakarta, di bawah pelataran megah saat burit yang terwarna di kanvasnya. Beberapa potong jarinya pun ikut naik dan masih mengusap telinganya di sisi kanan pula di sisi kiri.

Kalakian ia menutup perbincangan di antara mereka dengan sela jemari yang memegang penuh ahli kemudi, Tama segera melesat dengan cepat dari pusat kuliner yang ada di kota penuh cerita itu, menuju Rumah Sakit Bhayangkara yang letak mandalanya tidak jauh dari Kediri Mall. Melantaskan catur jentera menapaki ardi bantala dengan gagahnya berwarna hitam kelam, pun membawa segala rasa campur aduk mengingat bahwa Bayu--lelaki yang tidak sengaja bertemu dengannya--masih terbaring lemah di atas brankar dengan tautan penuh oksigen. Dalam diam, ia menghela napas.

[✔️] ii. Sebait Klausa | SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang