Aku mulai up tiap hari nih
Kalau nggak rame, aku betot😤
Bumantara pusat praja menampilkan megah nusantara sebagai intisari. Dikabarkan ada suatu tirani memanjang tak berujung, ditujukan kepada seseorang yang terus menerima sarwa takdir pahitnya.Sangkala jejaka termaktub pada jeluang biru lazuardi berasmakan Nawangga Senapati Gandhi, laras sudah ia damaikan dalam senyap mahligai di bilik rasanya. Decakan penuh anala terkadang menggeluti sang taruna hendak membentangkan semua tentang dirinya. Marah, patah, gundah, dan serakah, itulah dia.
Nawangga tidak tau di mana ia sekarang. Kata sang wanodya hendak menyusuri jalan setapak menuju pusat perbelanjaan. Namun yang ada, justru diajak berputar-putar tidak jelas.
Pada hastanya kini sudah penuh akan banyaknya paperbag menggantung manja di sana. Anak tunggal lelaki itu setakat jengah kepada puan yang masih berkeliaran ke sana kemari membawa pariwaranya.
“Ih, lo kalau jalan jangan lelet, dong! Gue masih pengen ke sana, beli tas keluaran terbaru. Limited edition juga. Cepet!” amuknya terlihat anomi.
Sudah pasrah, kini tulang belulang hastanya menjadi aparatus yang bisa ia kenakan sepanjang waktu tanpa ladung. Sena ingin sekali melempar barang bawaan Wulan ke ubin dingin gedung ini, lalu meninggalkan berdentum-dentum penuh amarah dari ranah yang ia pijaki. Bisa-bisanya Sena dijadikan pembokat.
Sesampainya di toko terkenal yang bisa membuat Sena melotot kejut mengenai nominalnya, lagi-lagi jejaka hidung bangir bersurai gelita berpurbasangka kepada afirmasi sang anindya.
“Sen, lo... bayarin gue, ya? Ternyata kartu lain yang gue bawa, lagi diblokir sama bokap,” mohonnya. Nampak sekali maklumat yang ia katakan sungguh ringan penaka kapas. Ainnya kembali membulat penuh dan terkedip-kedip penuh harap.
“Please... tas ini limited edition. Gue udah pengen dari dua hari yang lalu.” Suaranya menghalus. Eksistensi bak sabitah pada cakrawala indranya kian menyala. Karantala mulai merapat satu sama lain di hadapan Sena sebagai bentuk permohonan tulus.
Sena melotot seperkian detik lamanya, kemudian embusan recaka kasar dan membuang semua kepasrahannya demi kesayangan Jefantara ini.
“Totalnya berapa, Kak?” tanya si bahuraksa dengan sepotong kaus putih melekat terlebih dahulu pada daksa, jas semiformal berwarna senada dengan surai, serta celana panjang hitam sebagai pelengkap busana paripurna.
Memandang layar sejenak. “Untuk tas yang ini, totalnya empat juta lima ratu ribu rupiah.”
Sena langsung meneguk saliva kasar membasahi kerongkongannya. Jaka Batavia setakat tak bernapas normal laiknya sedang baik-baik saja.
Perempuan itu sedang memerasnya sekarang.
Lelaki tersebut meletakkan sejenak tiga bungkus berbahan dasar jeluang itu di lantai toko, dan merogoh lipatan saku celana tuk mengambil dompetnya. Menilik dalam seraya memandang penuh selidik kartu yang terus ia bawa. Selepasnya memberikan kepada pegawai kasir.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] ii. Sebait Klausa | Sunghoon
Fanfiction❝ sumbu langit seperti kisah kita, tak akan habis pun jua rencana. reluk dua lakon asmaradahana, yang terhentak rasa kapuranta, bak pinarnya hilang seisi butala. ❞ ✧ ft. 박성훈 ENHYPEN ⊹ ☽ and millenials ⚠️16+ [...