38. Keputusan Fatal

228 58 57
                                    

Aku saranin bacanya saat
senggang atau lagi ga ada
tugas daring. Soalnya ini
lumayan panjang narasi.

Berguling-guling seperti rolling pin atau gilingan adonan adalah jalan ninja seorang Jenandra Satya Bahari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Berguling-guling seperti rolling pin atau gilingan adonan adalah jalan ninja seorang Jenandra Satya Bahari. Lelaki dengan surai cepak kecoklatannya tengah ke sana kemari dengan rasa bosan menggeranyang pada bilik kalbunya, mengenai situasi yang ia hadapi saat ini.

Perihal... bagaimana keadaan nona dayita yang berhasil menjerat ruang data pikirannya sekarang.

"Gue pastiin nih, Disa lagi galau, nangis sampai ketiduran, apalagi gak mau makan. Fix, sih tebakan gue nggak bakal meleset." Ranumnya berkonklusi sendiri. Membiarkan piguranya merakit kata pada malam-malam membekap sang atma, terketuk pukul tujuh Waktu Indonesia bagian Barat.

Jenan yang sedari tadi mendengarkan lagu If You're Not The One dari Daniel Bedingfield itu, kini hastanya tergerak mengudara. Jemari kekarnya meraih sambungan earphone laksana lawai untuk ia lepas sejemang. Meletakkan kedua bulatan yang tersumpal gagah di kedua kupingnya di sayap kanan. Daksanya yang tersandar pada dipan ranjang, mendesah dengan helaan napas gusar, seraya menatap balkon yang dibiarkan terbeliak lebar.

Sepotong rembulan dengan gumulan mega kelabu menjadi saksi Jenan sedikit rindu. Entah mengapa ia jadi terpikir perasaan tetangga sampingnya itu. Rasanya, ingin sekali memeluk tubuh ringkih sang gadis di dalam rengkuhan hangatnya. Atau bagaimana pawana dengan segala warta yang dibawanya, berhasil masuk ke dalam kubikel maskulin dengan menyibak surainya yang kelam.

Jenan kemudian mendengus pelan. Langkahnya tergerak untuk menapak pada ubin dingin. Diiringi sarat gundah di kedua netranya yang hangat, menatap tulus lukisan dirgantara dengan manik-manik bernama gemintang menghiasi angkasa raya.

"Sepi amat, kaya kagak ada kehidupan, nih," celetuknya saat berhasil mendekat pada sekat bangunan balkon milik Keluarga Pratama. Jenan melongokkan sirahnya dengan mata yang bergerak tangkas tuk menelisik situasi menggelap di balkon Ayudisa.

Se-aksa yang ia pandang, jaka Bahari ini laksana tak menemukan tanda-tanda kehidupan dari si bungsu itu. Petak pribadinya terlihat sepi, gelap, suram, apalagi seberkas cahaya pun tidak nampak menerangi kehidupan Ayudisa. Benar-benar nestapa, ilu pilu penaka lubuk hatinya yang rancu oleh seorang tuan tanpa pengampu.

Pasti ia sangat sedih...

Kini bola matanya yang menyapu seisi pandang, mengatup sejemang kala tak mendapati atma semampai itu. Biasanya, ketika sedang menikmati angin malam dengan sepotong bulatan paksa candra sambil berbincang ria, dua insan berbeda raga nan perasaan itu selalu mendengarkan beberapa gita di playlist yang Jenan bagikan kepadanya.

Mendengarkan dawai lantunan yang berhasil mengacak-acak pikirannya dengan wanita yang ia sukai, sejak keduanya mengenal dari kecil.

Senyumnya yang manis bagai gulali, hidungnya yang tak terlalu mancung namun gemas ingin ia cubit atau pipi gembungnya hingga ingin Jenan gigit, apalagi tawanya yang merdu laksana euforia selaras dengan perasaan jatuh cinta asmaralokanya sendiri.

[✔️] ii. Sebait Klausa | SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang