[✔️] ii. Sebait Klausa | Sunghoon

22. Kado Terindah

Hayyie! Akhirnya kita berjumpa lagi!

“CIEEEEE! SIK-ASIK BERHASIL!”

Rengkuhan itu mengendur bersamaan teriak riuh dari ranum seorang pericuh dalam naungan senjakala dua manusia. Sena dan Ayudisa mencari ke sumber suara tuk memastikan siapa yang tengah berwicara.

“CIEEEEE, ADA YANG GAK JOMBLO LAGI!” Goda lelaki itu mendekat. Ia tidak sendiri, melainkan dikejutkan oleh beberapa insan mulai bermunculan satu persatu. Ada para tetua yang tersenyum-senyum penuh makna yang tempatnya agak jauh dari lokasi mereka berada.

“Loh, Kak Tama ngapain di sini?” Ayudisa menguntai tanya yang bergelimang dalam jemala.

Merotasikan dua kenari indahnya, pemuda Pratama tersebut mendengus kesal. “Ye... gak ada yang ngelarang ke sini. Tapi—” Bibirnya mengatup, namun perlahan membentuk seringaian goda tuk adiknya yang bersemu merah. “cie dilamar Sena,” lanjutnya.

Ayudisa kontan menjawab diselingi kejut dada membuncah raga. “Hah?!” Embusan panas menguar melalui terowongan rongga mulut. Ia membulatkan aksa jelaga seraya melihat bergantian saudara serta Sena di antara deburan ombak mengelus tapaknya. “Di-dilamar?” ucapnya terbata.

Nona adiwida dengan topi pantai menjauhkan diri dari keduanya. Kerutan pada dahi sempitnya jua tertampak jelas di sana. “Bentar... Sena tadi bilang apa? Coba kamu ulangi lagi.” Ia memastikan. 

Sena mengedipkan matanya berkali-kali bingung. Taruna dengan surai yang berjatuhan di depan dahi tersebut bergeming sembari berkata, “I said... will you be my fiance?”

“HAH?!”

Sungguh, ranum merah merona milik perempuan manis terbuka spontan. Menutupi bibir mungil dengan tapak karantala. “Kukira kamu cuma mau nyatain perasaan. Tapi justru—ah, j-jadi sekarang?”

Sena menggariskan lebar senyum dan netranya dengan antusias. “And now, you're my future wife.”

Betis Ayudisa langsung melemas...