30. Secangkir Bincang Tanda Tanya

220 58 61
                                    

Ada yang kangen Sebait Klausa?

Pawana sepoi-sepoi menjeremba setitik pula kasmaran anak remaja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pawana sepoi-sepoi menjeremba setitik pula kasmaran anak remaja. Membiarkan mahligai beradika seluasnya, sepemilikan, hingga entah kapan ia akan terus menyebar bagai sulur cinta keduanya. Perihal dua insan mengembara asma-asma jatuh cinta, pula tiada lupa dengan tafakur epigraf di antara dewa-dewi pemilik semua sulut rasa suka, bahagia, rupa-rupa rucita kesenangan mayapada tanpa duaja. Menciptakan desir rudira menggelanyar asing dalam sanubari kapuranta.

Sesapan vanilla latte pada ranum meronanya, terhisap sudah satu per tiga bagian. Nikmatnya larutan pekat manis nan bersenyawa padu dengan rasa dingin itu membasahi kerongkongan. Gelas plastik yang berasal dari cafe usai berjalan-jalan dari Car Free Day menjadi tujuan selanjutnya.

Nona manis bersurai menjuntai tengah memandang sang penggubah rasa asmaraloka pada bilik kalbunya. Maujud rasa yang dilontarkan afeksi penuh semu, ditatap tanya bohlam noktah bersamaan kening pun ikut menyulut kerut.

Sena tengah menyesap minuman matcha latte miliknya sembari memusatkan atensi pada gawai balok di genggaman. Tersenyum kecil selepasnya kalakian mengetikkan beberapa abjad kata di sana. Terkekeh sendiri laksana sedang jatuh cinta anak remaja.

Ah, entahlah... apa yang dilakukan pemuda tampan itu setakat gadisnya ingin meraung kesal sebab ia tak lagi bereksistensi kepadanya.

"Sena," panggil nona muda itu. Bibirnya menggempal ke arah depan, ikut memanyun sebab tuan menawan masih tersenyum sedetik kemudian. Berfokus kepada dunianya sendiri.

Masih beratensi benih pada layar lebar di genggaman, senyum iringan menampilkan gurat sungging terpatri pada bibir sang tuan. "Hm?" Berdeham sejenak. Namun posisi masih sama, berhadapan yang dibatasi oleh meja cafe serta terhalang wajah tampan dari layar ponsel.

Ayudisa mendecak kesal. "Kayanya seru banget," sindirnya sambil menghabiskan minuman favoritnya dan menyisakan satu per tiga bagian larutan pekat coklat. "Lagi apa, sih?"

Menjawab, "Lagi lihat video lucu ini." Begitu rakit klausa penuh terlampir pada ranumnya.

Ayudisa menatap nyalang lelaki di hadapannya dengan sarat inti sukar dipahami. Netranya berusaha fokus dengan obsidian relung hatinya dan mencari celah kebohongan di sana.

Wanodya bertubuh semampai dengan pakaian santai itu pun mendapat suatu titik kebenaran pada manik jelaga Nawangga. Bahwasanya jemari kekarnya ikut mengetuk layar penaka mengetik teks, dan tampilan roomchat miliknya bersama orang lain.

Senapati tengah berdusta kepada kekasih sejiwanya sendiri.

Tak butuh waktu lama, sang dara lekas menandaskan minuman yang sudah mencair bongkahan kristal es dengan selincam. Dirinya mendengus keras dan meletakkan gelas plastik yang kosong isi di atas meja dengan sembarang. Disa bermanik hitam kecoklatan bermakna seluas samudra yang justru terasa terasingkan oleh tunangannya sendiri, langsung bercakap tanpa tedeng aling-aling.

[✔️] ii. Sebait Klausa | SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang