Part 25

35.9K 1.8K 16
                                    

Happy Reading guys!!!

Di tengah malam Kiara terbangun oleh rasa lapar yang mendera perutnya. Entah mengapa Kiara merasa sangat lapar malam ini, tidak biasanya dia lapar di tengah malam hingga mengganggu mimpi indahnya.

Kiara pun keluar dari kamar menuju dapur untuk memeriksa apa saja yang tersedia di meja makan. Harapannya pupus sudah disaat dia melihat meja makan yang sudah kosong. Kiara lupa jika makanan telah habis tadi malam.

Kiara membuka kulkas untuk melihat persediaan bahan makanan, dan hanya beberapa sayuran yang telah layu dan beberapa butir telur.

"Hufh..."

Kiara merasa putus asa untuk mencari makan. Tiba-tiba kiara teringat nasi goreng yang hangat dan enak saat masuk ke mulutnya. Kiara tergiur untuk mencicipi nasi goreng itu.

"Sepertinya nasi goreng yang di pinggir jalan jauh lebih enak." Ujar Kiara.

Kiara bersiap-siap untuk pergi keluar, tapi Kiara bingung haruskah dia pergi seorang diri?

Tapi Kiara juga bingung harus mengajak siap. Mas Rehan dan Bella sekarang sedang tidur nyenyak tidak mungkin jika dia mengganggu mereka.

Maka Kiara pun memutuskan untuk pergi seorang diri dengan berjalan kaki, karena warung makan yang dia tuju tidaklah jauh dari rumah.

Kiara berjalan secara perlahan agar tidak menimbulkan suara hingga mengganggu penghuni rumah yang telah terbuai oleh mimpi indah mereka.

Kiara membuka dan menutup pintu sangat pelan hingga tidak menimbulkan suara apapun. Dan setelah Kiara keluar dari rumah, barulah dia busa bernafas dengan tenang.

Kiara berjalan menyusuri jalan terotoar seorang diri. Kiara terus berjalan sambil membayangkan nasi goreng yang akam dia beli dimakan dengan keadaan hangat. Sungguh menggiurkan hingga Kiara sudah tidak sabar lagi untuk segera sampai di warung pedagang kaki lima itu.

Saat sedang asik berjalan Kiara menyadari ada seseorang yang sedang mengikutinya. Namun saat dia menengok ke belakang tidak ada satu pun orang dibelakangnya dikarenakan suasana malam yang sudah larut.

Kiara terus berjalan dengan penuh rasa takut. Kiara terus berjalan hingga tidak berapa lama dia pun telah sampai di warung yang dia tuju.

"Pak, nasi gorengnya satu. Dibungkus, ya. " Ujar Kiara, saat dia telah sampai di warung nasi goreng.

"Iya Neng, mau pedas atau tidak? " tanya Pedagang itu.

"Sedang. "

"Iya neng. " Jawab pedagang nasi goreng yang terlihat sudah cukup tua.
"Ini Neng, nasi gorengnya."

"Oh iya Pak, terima kasih."

"Terimakasih Neng."

"Iya Pak."

Setelah Kiara memberikan uang, dia pun selalu pergi untuk pulang ke rumah secepatnya agar penghuni rumah tidak curiga jika dia telah keluar dari rumah tengah malam.

Lagi saat Kiara sedang berjalan dia kembali merasakan ada yang sedang mengikutinya dari belakang. Namun lagi-lagi saat Kiara menengok ke belakang tidak ada orang.

Kiara semakin merasa takut, dia pun mempercepat jalannya agar dapat segera sampai di rumah. Dia benar-benar takut jika orang yang mungkin sekarang sedang mengikutinya akan berbuat yang jahat padanya.

Kiara berjalan cepat, terus berjalan dengan cepat hingga ada sebuah tangan yang menyentuh pundaknya. Seketika Kiara menjerit dengan keras.

"Aaaaa.... " Teriaknya.

Kiara segera berjongkok dan membenamkan kepalanya dikedua lututnya.

"Tolong jangan sakiti aku, aku tidak punya apa-apa dan sedang tidak membawa  apapun, tidak akan ada gunanya jika kau merampokku." Ujar Kiara dengan penuh rasa takut.

"Setidaknya tubuhmu masih dapat aku jual." Jawab orang yang telah menepuk pundak Kiara.

"Tubuhku tidak ada bagusnya. Tidak akan ada yang mau membeliku. " Jawab Kiara lagi.

"Jika tubuhmu tidak dapat aku jual, setidaknya tubuhmu masih dapat aku nikmati." Ujar pria itu lagi.

"Tubuhku_"

Belum selesai Kiara bicara dia menyadari sesuatu. Suara itu, suara yang sering dia dengar setiap hari yang telah menjadi rasa takut sekaligus penyemangatnya.

Suara itu yang selalu dia harapkan setiap hari agar dapat berbicara padanya. Dan suara itu adalah suara suaminya. Rehan.

Kiara segera melihat siapa pria yang berada didepannya sekarang, dan dugaannya benar. Pria itu, pria yang sejak tadi telah mengikutinya adalah suaminya.

"Mas Rehan." Ujar Kiara dengan perasaan terkejut sekaligus bahagia.

Kiara merasa sangat senang, karena ternyata pria misterius yang mengikutinya adalah suaminya, bukan orang jahat.

Kiara segera beranjak bangun dari tempatnya jongkok untuk melihat lebih dekat apakah benar pria itu adalah suaminya.

"Ini... Ini benar Mas Rehan kan? " Tanya Kiara dengan penuh rasa tidak percaya, karena sekarang Kiara bertemu dengan suaminya disaat dia membutuhkannya.

"Kamu keluar seorang diri hanya untuk membeli sebungkus nasi goreng, apakah itu pantas? " Tanya Rehan yang terlihat sedang menahan amarah.

"Aku lapar." Jawab Kiara sambil menunduk karena takut.

"Apakah dirumah tidak ada makanan hingga kau harus keluar rumah? "

"Makanan telah habis tadi malam."

"Kau bisa memasak bukan, mengapa tidak memasak saja."

"Aku lupa belanja kebutuhan rumah hari ini."

"Banyak alasan. Apakah kau menyembunyikan sesuatu dariku?"

Pertanyaan yang telah Rehan lontarkan kali ini mampu membuat Kiara terkejut, hingga menegakkan kepalanya untuk menatap Rehan.

Kiara merasa takut, dia berfikir apakah mungkin jika Rehan tau tentang kehamilannya?

"Jawab, jangan hanya melihatku saja." ujar Rehan lagi.

"Apakah benar kamu menyembunyikan sesuatu dariku?" Ujar Rehan dengan suara yang pelan.

Rehan berjalan secara perlahan mendekati Kiara, hingga membuat Kiara juga berjalan memundur untuk menjauhkan diri dari Rehan.

"Kau menyembunyikan suatu yang tidak ingin aku ketahui? " Ujar, Rehan sambil terus berjalan maju secara perlahan.

"Kau merahasiakan hal yang penting dariku? "

"Apa kau sedang hamil?"

Tepat di pertanyaan terakhir yang Rehan lontarkan Kiara kelingan pijakkan kakinya dikarenakan jalan terotoar sudah berakhir hingga Kiara, akan terjatuh ke jalan Raya yang dingin. Namun sebelum tubuh Kiara terjatuh, ada sebuah tangan kekar yang lebih dulu menangkapnya.

Hap

Rehan menangkap tubuh Kiara tepat di perutnya, lalu menariknya hingga tubuh Kiara dan tubuh Rehan menyatu.

Jantung Kiara berdegup sangat kencang saat tubuhnya bersentuhan dengan tubuh Rehan.

"Kenapa kamu tidak menjawab pertanyaanku? " Tanya Rehan lagi.

Kiara bingung harus menjawab apa. Haruskah dia jujur pada, suaminya atau tidak.

Bayi yang ada dalam kandungannya adalah anak Rehan dan merupakan hak dari Rehan jika dia ingin mengetahui keberadaan  anak yang ada dalam kandungannya.

Tapi jika Kiara mengatakan yang sebenarnya hal itu mungkin dapat merusak hubungan Rehan dan Bella. Kiara tidak ingin menjadi penghalang dari dua insan yang saling mencintai, apa lagi mereka telah dikaruniai seorang bayi yang tidak berapa lama lagi akan lahir ke dunia ini untuk menjadi pelengkap cinta mereka.

Bukan Istri Impian (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang