Part 10

45.3K 2.3K 6
                                    

Hay guys.
Aku harap kalian dapat menikmati cerita yang aku buat ya. Terima kasih.
Happy reading!

Dewi masuk ke kamar Rehan dengan satu nampan yang berisi semangkok bubur, segelas susu dan beberapa butir obat. Kemudian memberikannya kepada Rehan, sedangkan Rehan merasa bingung apa maksud Mamahnya memberikan nampan itu padanya.

"Apa? " tanyanya.

"Kamu suapi istri kamu, masa gitu aja tidak paham sih" jawab Dewi.

"Dia kan bisa makan sendiri Mah" elak Rehan.

"Istri kamu sedang sakit, masa kamu sebagai suaminya tidak mau merawatnya sih" nasehat Dewi pada anaknya yang masih merasa enggan juga untuk merawat istrinya.

"Ayo" ujar Dewi lagi.

Kini Rehan hanya bisa menuruti apa yang di katakan Mamahny, dia menerima nampat itu kemudian menaruhnya di atas meja.

Dia mengambil mangkok yang berisi bubur dan sendok, lalu mulai menyuapi Kiara secara perlahan. Tidak lupa juga dia meniup bubur yang masih panas itu agar segera dingin.

Rehan terlihat begitu serius menyuapi Kiara, hingga dia tidak menyadari Mamahnya telah pergi meninggalkan mereka berdua yang sedang suap-suapan.

Kiara merasa senang saat ini, karena dia dapat berada sedekat ini dengan suaminya dan ini adalah pertama kalinya dia bisa sedekat ini bersama suaminya.

Dia juga sangat bahagia karena dapat suapi oleh Rehan dengan sangat lembut membuat pipinya tersipu malu. Jika dilihat kini Kiara seperti anak kecil yang sedang sakit dan di rawat oleh ayahnya. Tapi tidak, kini kiara sakit disuapi oleh suaminya dan itu terlihat begitu so sweet hingga rasanya kiara ingin sekali berteriak saking bahagianya.

"Sudah Mas" ujar kiara saat perutnya terasa sudah kenyang dan tidak sanggup melanjutkan makannya.

"Sedikit lagi, ayo habiskan" jawab Rehan dengan penuh perhatian.

Ada apa ini? Kenapa Rehan jadi perhatian banget sama Kiara? Apa dia kesambet?

Ah tidak mungkin. Mungkin saat ini Rehan sedang mencoba menerima Kiara sebagai istrinya mangkanya dia begitu baik pada Kiara.

"Tapi Mas.. "

"Habiskan"

Kiara tidak mampu menolak perintah suaminya saat ini, dan dia harus rela mulutnya terus dimasukkan bubur tanpa henti. Ingin sekali Kiara muntah karena kekenyangan tapi dia tahan, karena dia menghargai usaha suaminya untuk merawatnya.

Tidak berselang lama bubur yang ada di mangkok pun telah tandas tak tersisa. Membuat Kiara bersyukur karena sekarang dia bisa berhenti makan.

"Nih" ujar Rehan sambil menyidorkan segelas susu hangat kepada Kiara.

"Terima kasih" jawab Kiara.

"Obatnya diminum juga" ujar Rehan lagi. Sekarang dia menyodorkan beberapa butir obat yang perlu Kiara minum sekarang.

Kiara kembali menerima obat itu, kemudian meminum obat dan segelas air putih itu bersamaan.

"Nih Mas, sudah" ujar Kiara setelah meminum obat itu. 

"Sekarang kamu istirahat"

Kiara menuruti apa yang di katakan suaminya, dia mulai membaringkan tubuhnya lagi. Sedangkan Rehan menyelimuti tubuh Kiara agar tidak merasa kedinginan. Tidak lupa juga dia mengatur suhu AC agar tidak begitu dingin.

Setelah selesai barulah Rehan meninggalkan Kiara sendiri di kamar untuk beristirahat.

Klik

Pintu telah tertutup dan kini Kiara sendirian di dalam kamar.

"Apakah tadi nyata? "

"Apakah benar tadi Mas Rehan menyuapiku, membantuku minum obat dan menyelimutiku? "

"Dia benar-benar Mas Rehan, suamiku? "

Kiara masih merasa tidak percaya pada apa yang telah terjadi barusan, bagaimana bisa seorang Rehan yang kasar dan dingin dapat begitu perhatian kepada Kiara, wanita yang sejak awal tidak pernah dia lirik sekalipun.

"Oh ayolah jantung, berhenti berdetak dengan cepat" ujar Kiara sambil memegang dadanya.

Drrttt
Drrttt
Drrttt

"Apa ini hp Mas Rehan? " tanya Kiara.

Kiara melirik hp yang berada di atas meja itu untuk melihat siapa yang menelfon suaminya. Katakanlah Kiara kepo, karena istri kepo tidak masalah bukan?

Hatinya mendadak menjadi sedih saat dia melihat bahwa yang menelfon suaminya adalah Keyla.

"Kiara kamu harus positif thinking. Siapa tau Kiara membutuhkan bantuan Rehan. Kamu harus memberi tau suamimu ya harus"  gumam Kiara.

Kiara mulai turun dari ranjang untuk pergi menemui Rehan, kiara berjalan secara perlahan agar tidak terjatuh karena tubuhnya yang begitu lemas.  Setelah berjalan beberapa saat Kiara akhirnya sampai di dapur dan melihat mertuanya bersama suaminya sedang berbincang.

Kiara merasa ragu haruskah dia memberikan ponsel itu sekarang atau nanti setelah mereka berbicara?

Sayup-sayup Kiara mendengar namanya disebutkan oleh mereka membuat kiara sedikit penasaran dan akhirnya memutuskan untuk mendengar pembicaraan mereka.

"Kiara sudah makan dan diminum obatnya? " tanya Dewi saat Rehan menaruh nampan yang dia bawa ke westafel.

"Sudah Mah" jawab Rehan.

Rehan mulai menyalakan keran kemudian mencuci mangkok beserta yang lainnya sendiri. Terbiasa hidup tanpa istri dan orang tuanya membuat Rehan terbiasa mengerjakan pekerjaan rumahnya sendiri, bahkan dikala senggang Rehan akan menyiram bunga yang ada di depan rumahnya. Cukup rajin bukan?

"Mamah harap kamu dapat menerima kehadiran Kiara, dan meninggalkan Keyla dari hidupmu" ujar Dewi dengan lembut.

"Aku yakin Mamah tau dan selalu tau apa yang aku ingin dan butuhkan. Sejak awal aku telah mencintai Keyla, bagaimana mungkin dalam sekejap aku dapat mencintai Kiara? " ujar Rehan.

"Tidak Mah, sampai kapanpun aku tidak akan pernah mau menerima Kiara. "

"Mamah tau? Aku menyuapi Kiara tadi hanya demi Mamah, bukan Kiara. Tolong pahami itu" lanjut Rehan.

Kemudian berlalu pergi meninggalkan Dewi yang merasa kecewa oleh jawaban dari putra semata wayangnya itu.

Saat Rehan berada di ambang pintu dapur dia bertemu dengan Kiara yang sedang berdiri disana seorang diri.

"Nih Mas, Keyla tadi menelfon Mas" ujar Kiara lalu pergi meninggalkan Rehan.

Hatinya sedih, hatinya hancur, hatinya kecewa oleh apa yang di katakan Rehan. Tapi dia tidak bisa melakukan apapun. Dia sadar diri, dia bukan siapa-siapa bagi Rehan. Dia hanyalah istri yang tidak diinginkan oleh suaminya.

Keadaan ini, posisi ini membuat Kiara dilema. Haruskah dia melanjutkan hubungan yang seharusnya tidak pernah terjalin atau memutuskannya untuk mengakhiri penderitaan dari kedua belah pihak?

Apapun itu Kiara harap dapat membuat semuanya berakhir bahagia.

Bukan Istri Impian (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang