Happy Reading guys!
"Apakah kamu yakin? Istrimu beberapa bulan lagi akan melahirkan, apakah kamu tega meninggalkannya?" Tanya Dewi dengan raut wajah yang sedih.
"Jika aku boleh jujur aku juga tidak ingin meninggalkan Kiara, apa lagi dia sedang hamil. Tapi apa yang bisa aku lakukan Mah? Kiara menjauhiku, bahkan dia sekarang sangat membenciku karena akulah penyebab orang tuanya meninggal." Ujar Rehan dengan berurai air mata.
Lagi Rehan tidak kuasa menahan kesedihannya. Mengapa disaat dia dapat merasakan bahagia selalu ada saja masalah yang datang menghampirinya, entah sampai kapan badai akan terus menerjang hubungan Rehan bersama Kiara. Cukup Author sajalah yang tahu:)
"Apakah kamu yakin dengan keputusanmu?" Tanya Wisnu yang mulai angkat bicara setelah terus diam sejak tadi.
"Iya Pah." Jawab Rehan pasti.
"Kalau begitu pergilah, biar Mamah dan Papah yang akan jaga Kiara dan anakmu. Kamu tidak perlu khawatir pada mereka." Ujar Wisnu tegas.
"Terima kasih Pah. Rehan pamit, aku titip Kiara dan anakku ya Pah." Ujar Rehan sambil mencium tangan Wisnu dilanjut dengan memeluk Wisnu erat sebagai tanda perpisahan.
"Pasti."
"Mah, Rehan pergi dulu ya. Mamah jaga kesehatan ya." Ujar Rehan sambil mencium tangan Dewi, tidak lupa dia juga memeluk Dewi dengan erat.
Setelah perpisahan yang menyedihkan, Rehan keluar dari rumah itu menuju ke parkiran mobilnya. Sebelum dia benar-benar masuk kedalam mobil, dia melihat kembali rumah yang terdapat begitu banyak kenangannya bersama Kiara yang tidak akan pernah Rehan lupakan.
"Maafkan Mas Kiara. Maafkan Mas karena Mas tidak dapat menjadi suami yang baik untukmu. Mas pergi untuk melakukan apa yang seharusnya Mas lakukan sejak dulu, mungkin inilah yang terbaik untuk kita. Mas hanya berharap kamu dapat hidup bahagia setelah Mas pergi." Ujar Rehan dengan hati yang pilu.
Rehan mulai masuk kedalam mobil, kemudian melajukan mobil itu untuk meninggalkan rumah yang selama ini telah menjadi tempat terindah dan ternyaman untuknya. Rehan harus kuat dan Rehan harus ikhlas menerima takdir yang telah ditentukan untuknya.
******
5 tahun kemudian.
Sudah lima tahun Rehan berada di penjara dan selama itu pula Kiara tidak pernah sekalipun mengunjunginya. Betapa Rehan sangat merindukan wanita itu, wanita yang selalu berputar-putar di otaknya tanpa henti hingga hampir membuatnya gila hanya karena memikirkannya.
Namun Rehan tidak dapat membohongi dirinya sendiri bahwa dia sangat takut jika Kiara pergi meninggalkannya. Selam di penjara Rehan terus bertanya-tanya apakah Kiara telah pergi meninggalkannya hingga saat kedua orang tuanya berkunjung pun Kiara tidak ikut, bahkan Mamah dan Papahnya juga tidak mau mengatakan bagaimana keadaan Kiara atau menjawab dimana Keberadaannya sekarang.
Yang mereka katakan hanyalah 'kau akan tahu saat kau telah bebas dari penjara' Rehan merasa sangat bimbang dibuatnya, mengapa Rehan merasa semua orang seolah ingin menjauhkan Kiara darinya. Apakah apa yang telah Rehan lakukan dulu begitu buruk dan hina Dimata mereka hingga kabar Kiara saja Rehan tidak mendapatkannya?
Terkadang memang hidup begitu kejam dan tidak berbelas kasih. Namun kenapa harus dirinya? Kenapa tidak orang lain saja?
Egois?
Mungkin itulah yang diinginkan Rehan, tapi kini dia tidak berdaya. Jangankan untuk melakukan hal yang dia inginkan mendapat kebebasan saja dia tidak dapat melakukannya. Yang bisa dia lakukan hanyalah pasrah kepada keadaannya saat ini.
Rehan keluar dari penjara dengan lesu karena Rehan telah menduga bahwa Kiara pasti meninggalkannya, begitupun dengan yang lainnya pasti sudah melupakannya. Waktu lima tahun bukanlah waktu yang singkat. Itu waktu yang cukup untuk melupakan seseorang seperti dirinya. Rehan tersenyum getir. Namun dia harus kuat dan berusaha memulai hidup baru tanpa seseorang yang dia sayangi. Hidup dalam kesendirian dan kedinginan seorang diri.
"Mengapa Mas bersedih? Bukankah hari ini Mas dibebaskan?" Tanya seorang wanita yang berdiri tidak jauh dari Rehan.
Suara itu.
Suara itu adalah suara yang sangat Rehan rindukan selama lima tahun ini, dan sekarang Rehan dapat mendengarnya kembali. Betapa bahagianya Rehan saat itu. Rehan langsung berlari kepada Kiara lalu memeluknya dengan erat untuk menyalurkan rasa rindunya yang selama ini terpendam.
"Apakah ini benar kamu? Apakah Mas sedang bermimpi? Apakah ini nyata?" Tanya Rehan tidak percaya.
"Aku merindukanmu, sangat merindukanmu."ujar Rehan sambil terus memeluk Kiara.
Rehan bahagia, sangat bahagia karena hari ini Kiara telah datang padanya. Kiara tidak pergi meninggalkannya, Kiara masih disini untuknya.
"Apakah Mas menangis lagi? Ih Mas cengeng." Ujar Kiara dengan bahagia.
"Mas bahagia sayang. Selama di penjara Mas sangat takut jika kamu akan meninggalkan Mas. Mas takut kamu akan meninggalkan Mas seorang diri." Ujar Rehan dengan berurai air mata.
"Tidak Mas. ku disini, masih disini untuk menunggu Mas." Ujar Kiara.
"Terima kasih, terima kasih sayang karena mau menunggu Mas selama ini."
"Sampai kapan Ayah akan peluk Bunda? Meysha juga mau peluk Ayah." Ujar seorang gadis kecil yang memakai gamis pink serta hijab panjang yang berwarna senada dengan gamisnya.
Rehan mulai melepaskan pelukannya lalu melihat kebawah.
"Dia?" Tanya Rehan pada Kiara.
"Dia putrimu Mas." Ujar Kiara.
"Ya Allah putri Ayah sudah besar rupanya." Ujar Rehan sambil menggendong Meysha.
"Meysha sangat cantik dan imut, hingga rasanya Ayah ingin terus menciummu." Ujar Rehan sambil mencium putrinya.
"Ahahaha... Geli Ayah, geli." Ujar Meysha sambil tertawa karena geli dicium oleh Rehan.
"Boleh tapi Meysha harus cium Ayah dulu."
Meysha pun menuruti apa kata Ayahnya. Meysha mencium pipi kiri Rehan.
"Sini." Ujar Rehan sambil menunjuk pipi bagian kanannya.
Meysha mencium pipi kanan Rehan.
"Sini." Ujar Rehan sambil menunjuk keningnya dan Meysha pun menciumnya.
"Anak Ayah pinter." Ujar Rehan sambil mencium kening anaknya.
"Tentu saja, siapa dulu kakeknya." Ujar Wisnu dengan bangganya.
"Eh, kalau tidak ada Nenek bagaimana Meysha bisa secantik ini." Ujar Dewi dengan bangga pula.
"Meysha pintar karena semuanya, Meysha sayang semuanya." Ujar Meysha menengahi yang sontak membuat gelak tawa semua orang yang ada disana.
"Kenapa semuanya pada ketawa? Apa Mesya salah?" Tanya Meysha yang masih belum mengerti mengapa semua orang menjadi tertawa. Yang justru membuat mereka semakin tertawa terpingkal-pingkal.
End
Hufh akhirnya slesai juga setelah sekian lama aku nulis.
Terima kasih sudah mampir, sampai jumpa di ceritaku yang selanjutnya.
Babay.....
![](https://img.wattpad.com/cover/248846407-288-k587340.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Istri Impian (End)
RomanceWanita hanya mengharapkan pernikahan yang berjalan dengan lancar dan bisa menjalani pernikahan itu dengan harmonis. Namun, tidak semua wanita mendapatkan hal yang diinginkannya. Ada sebagian wanita mungkin mendapatkan pernikahan dan suami impian me...