Part45

28.3K 1.1K 10
                                    

Maaf ya guys Dessel lama updatenya.
Tapi sekarang Dessel update kok. So happy Reading guys.

Tidak terasa mereka akhirnya sampai di Rumah sakit yang mereka tuju. Rehan masih sedikit syok atas kejadian tadi, dimana Jidan mengendarai mobil dengan kecepatan yang sangat tinggi seolah dia sedang melakukan balapan saja, hingga mereka berulang kali hampir kecelakaan bahkan hampir menabrak pengendara lain.

Tapi apa yang Rehan lihat diluar dugaannya, Jidan masih saja fokus menyetir tanpa perasaan takut sedikitpun. Rehan berpikir mungkin Jidan memang benar-benar gila, buktinya dia mempertaruhkan nyawanya dan nyawa Rehan hanya untuk mengejar Keyla yang bahkan keadaannya tidak begitu parah. Justru merekalah yang saat itu sedang diambang kematian dan semua itu disebabkan oleh Jidan.

Rehan menyesal, benar-benar menyesal telah mengambil keputusan dengan menyuruh Jidan yang mengemudi mobil itu hingga hampir membuatnya mati konyol.

"Lo gila Jidan, benar-benar gila." Ujar Rehan dengan wajah yang sedikit syok.

"Dimana ruang Keyla?" Ujar Jidan dengan wajah panik.

"Kita hampir mati di jalan dan kamu masih memikirkan Keyla?" Balik tanya Rehan dengan perasaan kesal.

"Dimana ruang Keyla?" Tanya Jidan lagi.

"Sepertinya kamu memang sudah tidak waras." Ujar Rehan tanpa menjawab pertanyaan Jidan.

Jidan merasa tidak ada gunanya bertanya kepada Rehan. Jidan memutuskan untuk bertanya kepada resepsionis yang sedang berjaga saja.

"Maaf Mba saya mau tanya, ruang atas nama Keyla dimana ya Sus?" Tanya Jidan dengan sopan.

"Mohon tunggu sebentar akan saya cari dahulu." Jawab penjaga resepsionis itu dengan sopan serta senyum yang ramah.

"Iya Sus."

"Ayo ikut aku." Ajak Rehan sambil menarik tangan Jidan.

"Mau kemana?" Tanya Jidan yang masih belum memahami apa maksud Rehan.

"Bukannya kamu mau ke ruangan Keyla?" Tanya Rehan yang takjub kepada Jidan yang cepat sekali lupa.

"O iya, ayo." Ujar Jidan dengan semangat.

Tidak berapa lama mereka akhirnya sampai disebuah ruang yang didepannya terdapat Kiara yang sedang duduk seorang diri. Rehan segera menghampiri Kiara.

"Kamu kenapa Kiara?" Tanya Rehan sedikit khawatir kepada Kiara yang terlihat kelelahan serta wajah yang pucat.

"Aku tidak papa Mas." Jawab Kiara lembut.

"Bagaimana keadaan Keyla?" Tanya Jidan yang masih belum mengetahui keadaan Keyla.

"Kak Keyla baik-baik saja. Hanya kepalanya saja yang terbentur stir mobil." Jawab Kiara dengan sangat lembut, lebih lembut dari biasanya.

"Lalu kandungan Keyla?" Tanya Jidan lagi.

"Dia juga baik. Masuklah jika kamu ingin bertemu, aku ingin duduk disini sebentar." Ujar Kiara dengan suara yang terdengar lemah.

"Kiara, ada apa denganmu? Kita periksa ke dokter ya untung sekarang kita ada di rumah sakit." Tawar Rehan dengan penuh rasa khawatir.

"Tidak Mas aku hanya sedikit kelelahan dan terkejut membuat tubuhku terasa lemas." Jawab Kiara.

Rehan segera mengangkat tubuh Kiara ala bridal style dengan gagahnya tanpa memperdulikan berat badan Kiara yang sekarang semakin berat karena ada anaknya juga yang berada dalam kandungan Kiara.

"Mas, turunkan aku Mas cepat turunkan aku." Ujar Kiara dengan keterkejutannya, karena Kiara tidak pernah menyangka jika Rehan akan membopongnya.

"Sudah diam." Ujar Rehan sambil terus berjalan tanpa berniat menurunkan Kiara sedikitpun.

Bukan Istri Impian (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang