Part 17

42.8K 2K 34
                                    

Happy Reading guys!

Kiara memeluk erat suaminya, sesekali dia mengelus lembut rambut hitam dan lebat milik Rehan. Sungguh ini adalah saat terindah dalam pernikahannya, karena dapat bersama dengan suaminya tanpa ada yang mengganggu.

Rehan membenamkan kepalanya kedada Kiara, seolah daa Kiara adalah tempat ternyaman baginya hingga dia enggan untuk melepas dekapan Kiara dari tubuhnya.

Ya setelah sesi percintaan mereka selesai, mereka memutuskan untuk saling menghangatkan satu sama lain di malam ini untuk melepas penat, sedih dan segala masalah yang ada di dunia fana ini.

"Mas." panggil Kiara pada akhirnya.

"Hmmm." jawab Rehan.

Sepertinya Rehan masih enggan untuk keluar dari zona nyamannya, terlihat dari tingkahnya yang semakin manja dan semakin membenamkan kepalanya kedalam pelukan Kiara.

"Mengapa Mas seperti ini? Apakah Mas sedang menghadapi masalah yang tidak aku tau?" tanya Kiara dengan suara yang lemah lembut.

Ya Kiara sangat penasaran apa yang sedang suaminya hadapi hingga dia pergi di pagi buta dan pulang larut malam tanpa meluangkan waktunya untuk mengistirahatkan tubuhnya yang mungkin sangat kelelahan.

Kiara tidak tau apakah suaminya bersedia untuk menjawab pertanyaannya atau tidak, tapi dia masih akan tetap mencoba untuk bertanya. Meskipun nanti dia tidak dapat membantu banyak, setidaknya dia dapat berbagi beban dengan suaminya.

"Tidak papa." jawab Rehan yang masih merasa enggan untuk menjawab.

Ya Rehan tidak ingin jika masalahnya mungkin dapat menambah beban istrinya, entah sejak kapan dia merasa rindu jika berjauhan dari istrinya dan dia ingin melindungi istrinya disaat dekat dengannya. Dan sekarang yang dia butuhkan hanyalah dekat dengan istrinya untuk menghilangkan penat yang menyelimuti pikirannya.

"Mas, kita ini suami istri kan? Sebagai suami istri kita harus saling berbagi beban. Mungkin aku tidak dapat membantu Mas, tapi setidaknya dengan Mas cerita padaku siapa tau bisa mengurangi beban hati Mas. " bujuk Kiara.

"Yakinlah Mas, badai pasti akan berlalu dan mentari akan segera terbit. " lanjutnya.

Rehan merasa tersentuh atas untaian kata yang terlontar dari sang istri, betapa dia sangat beruntung telah memiliki istri secantik dan sebaik Kiara. Tapi mengapa dia selalu meragukan dan mengacuhkan istrinya.

Dan kini, dia merasa menyesal telah memperlakukan istrinya dengan buruk.

"Mas lelah sayang, Mas cape." ujar Rehan sambil terus membenamkan kepalanya.

"Istirahatlah Mas. Tumpahkan rasa letihmu padaku. Jadikanlah aku tempatmu untuk kembali dan jadikan aku tempatmu mengeluh." ujar Kiara dengan tulus.

Kiara tidak tega jika harus melihat suaminya, imamnya dan panutannya yang sedang dalam keadaan terpuruk seperti ini. Ingin sekali dia mengambil semua rasa letih, masalah dan kesulitan yang kini tengah melanda suaminya. Biarlah hanya dia yang merasakannya jangan suaminya.

Tapi Kiara sadar, semua itu tidak mungkin. Dan bagaimana pun caranya dia akan bertekad untuk tetap berada disamping suaminya, berjuang bersamanya walau dalam keadaan apapun itu.

"Kia, Mas bingung harus kemana Mas meminjam uang. Semua partner kerja yang Mas punya telah Mas kunjungi, tapi entah mengapa mereka tidak ada yang mau membantu Mas. Jika ada, itu pun hanya beberapa orang dan itu masih jauh dari kata cukup. " keluh Rehan.

"Mas harus bagaimana Kia? Mas harus bagaimana?" lanjutnya.

Bulir-bulir bening mulai berjatuhan dari kedua pelupuk mata indah Rehan. Mata yang semua selalu memancarkan ketajaman mata, kewibawaan, keindahan dan tatapan elang yang mampu menghipnotis kaum hawa, kini berganti sendu. Matanya memerah dan berlinang air mata. Rasa yang mungkin tidak mampu dia katakan, dan kini mampu dia utarakan kepada istrinya. Kiara.

"Mas yang kuat, mungkin ini adalah ujian dari Allah swt, agar Mas swmakin kuat. Jika Allah menguji manusia, itu berarti Allah swt ingin dekat dengan ciptaannya."nasehat Kiara.

"Cobalah untuk terus berikhtiar dan berdoa meminta kepada-Nya agar dimudahkan dalam segala urusan di dunia. Lalu berpasrahlah padanya. Serahkan semuanya kepada Allah, biarlah takfir Allah yang berjalan." lanjutnya.

Kiara mulai mengangkat kepala Rehan, kemudian menyentuh kedua pipinya dengan kedua tangannya untuk membuat Rehan menatap wajahnya.

"Aku harap Mas kuat. Jika mas lelah berlari, tengoklah ke belakang. Bahuku akan selalu siap menjadi tempatmu bersandar. Dan aku akan selalu berdiri di belakangmu, untuk terus mendukungmu. Jangan pernah berpikir bahwa kau sendiri, karena dimanapun kamu berada aku akan selalu ada didekatmu. Untuk terus berjuang bersama dalam keadaan apapun."ujar Kiara.

Rehan merasa tersentuh atas apa yang telah Kiara katakan. Lagi bulir bening mulai berjatuhan, namun bedanya kini buka karena masalah perusahaan atau hatinya yang sedang sakit. Tapi karena untaian kata yang begitu tulus dari seorang istri yang selalu ada untuk mendukung suaminya, meskipun suaminya tidak pernah berbuat baik padanya.

Rehan segera memeluk tubuh Kiara begitu erat, seolah dia tidak mengijinkan Kiara untuk jauh darinya walaj hanya sejengkal pun itu. Dia begitu takut, jika dia melwpaskan pelukan itu istrinya akan hilang untuk menjauhinya. Seperti rekan kerjanya yang selalu hadir dikala dia berada di atas, dan akan pergi dikala dia berada di bawah.

Sungguh teman yang sangat mengecewakan. Ingin dia berteriak kepada dunia bahwa dia bersyukur telah memiliki Kiara dalam hidupnya dan dia tidak akan pernah mengecewakan orang yang disayanginya.

"Tunggu Mas. " ujar Kiara secara tiba-tiba.

Rehan merasa terkejut dibuatnya, disaat momen romantis ini mengapa istrinya melepas pelukannya dan mengacaukan momen haru yang swdang terjadi.

"Apa?" tanya Rehan.

"Kenapa Mas membutuhkan uang yang banyak? Bukankah perusahaan Mas cukup besar?"

Yah sifat Kiara yang sangat kepo telah muncul, jika sifat keponya sudah munvul habislah. Tidak ada wanita baik dan sholehah yang ada hanya beribu pertanyaan yang akan terlontar dari bibir manisnya.

Ah benarkah bibir Kiara manis?

Iya, tanya saja pada Rehan jika tidak percaya. Dia telah mencobanya berulang kali. Dan katanya rasanya manis, seperti cerry.

Ah benarkah itu Rehan?

Bisakah kita kembalibke cerita?

Ok Rehan ganteng.

"Sekretaris Mas korupsi. Dia telah mengambil banyak sekali uang perusahaan dan ketahuan saat dia telah kabur dari Indonesia. Entah dimana dia berada hingga orang-orangku tidak dapat menemukannya." jawab Rehan.

"Mas tau jika dia sudah keluar dari Indonesia? Tau dari mana?" tanya Kiara lagi.

"Iya, dari orang kepercayaan Mas." jawabnya lagi.

"Siapa orang kepercayaan Mas?" tanya Kiara lagi dan lagi.

"Michel."

"Apakah dia tampan?"

Kini bukan jawaban yang Kiara dapat, tapi tatapan tajam dari sang suami yang dia dapatkan. Kiara sedikit merinding melihatnya. Dia langsung mencari cara untuk menghindari tatapan elang sang suami.

"Sekretaris Mas namanya siapa? "

"Mia."

"Cantik tidak Mas?"

"Cantik."

"Apakah Mas menyukainya?"

Rehan sepertinya mulai jengah dengan pertanyaan dari istrinya, terlihat dari dia yang kini kembali ke posisi tidurnya lalu menarik selimutnya untuk segera tidur.

"Ih Mas ko malah tidur. Aku kan belum selesai nanya." ujar Kiara dengan manja.

Rehan segera menarik tubuh Kiarauntuk segera berbaring di sampingnya lalu berucap "Ini sudah malam sayang, waktunya tidur. Kita lanjut besok saja ya nanyanya. Mas ngantuk"

"Ok Mas"

Dan Kiara pun mengikuti apa yang telah dikatakan Rehan, Kiara memeluk tubuh Rehan untuk mencari kehangatan dan kenyamanan disana dan tidak butuh waktu lama mereka pun terlelap dalam tidurnya dan terbuai oleh mimpi yang indah di malam ini.

Bukan Istri Impian (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang