Part 19

37K 1.8K 17
                                    

Hay guys, maaf nih dessel telat update karena kesibukan di real life dan komunitas.

Happy Reading guys!!!

Hari semakin siang, sang mentari mulai menampakkan wujudnya namun Kiara belum juga menemukan suaminya yang entah dimana keberadaannya.

Kiara telah memeriksa garasi mobil, dan dapat Kiara lihat jika mobil suaminya masih berada di tempatnya. Itu berarti suaminya belum berangkat bekerja.

Kiara terus mencari dan berfikir dimana keberadaan suaminya, bukankah dia meninggalkan suaminya untuk mandi dan memasak sarapan tapi entah mengapa dia bisa hilang dalam sekejap.

Kiara ingat jika ada satu ruang yang belum Kiara periksa, yaitu ruang kerja milik suaminya. Entah mengapa dia tidak terpikirkan sejak tadi untuk memeriksa ruangan itu. Dan benar saja, Rehan kini sedang berkutat dengan pekerjaannya hingga dia tidak menyadari kedatangan istrinya.

"Assalamualaikum Mas" ujar Kiara dengan lembut serta senyuman manis sebagai pelengkap sapaan pagi hari ini.

"Waalaikumsalam, iya ada apa? " jawab Rehan yang hanya melirik Kiara sekejap lalu kembali melihat file yang sekarang sedang dia pegang.

"Ayolah Mas, apakah file itu lebih menarik dariku?" tanya Kiara yang sedikit merasa diacuhkan oleh suaminya.

"Bukan begitu, hanya saja ada hal penting yang perlu Mas kerjakan."

Tanpa Rehan sadari jawaban yang telah dia berikan mampu membuat hati Kiara sedikit sakit, ya dia sakit hati pada perlakuan Rehan dan cemburu kepada tumpukan kertas yang mampu membuat Rehan menatapnya setiap hari hingga mengabaikan Kiara yang notabennya adalah istri sah dari Rehan.

"Apakah file itu lebih penting dariku?" tanya Kiara lagi.

"Cobalah mengerti sayang, perusahaan Mas sedang ada masalah."

Berbeda dari sebelumnya, sekarang Rehan menjawab pertanyaan Kiara sambil menatap wajah Kiara yang sedang cemberut. Wajah cemberut Kiara terlihat begitu lucu bagi Rehan, apa lagi jarang sekali Rehan bisa menikmati pemandangan seperti ini. Ya sekarang Rehan hanya ingin hidup tenang bersama istrinya, tidak ada yang lain lagi baginya. Cukup dia, istrinya.

"Kalau begitu Mas tidak usaha sarapan, lihat saja terus tumpukan file dan leptop kesayangan Mas itu."

Setelah mengatakan hal itu, Kiara meninggalkan Rehan yang ternganga oleh ucapan Kiara. Rehan benar-benar tidak menyangka wanita yang biasanya lembut dan penuh perhatian jika sedang cemburu sangat menyeramkan.

"Kia sayang. " panggil Rehan.

Kiara yang jaraknya belum terlalu jauh pun dapat mendengar panghilan Rehan, tapi dia memilih untuk diam dan mengabaikan panggilan itu.

Meskipun sikapnya mengabaikan Rehan namun hatinya sangat senang dan bahagia karena akhirnya Rehan dapat bersikap baik padanya dan tidak bersikap dingin dan kasar padanya lagi.

Kiara memilih untuk menuangkan air putih ke dalam gelas, karena dia tau suaminya pasti akan datang untuk sarapan. Dan tidak butuh waktu yang lama suara ketukan sepatu mulai terdengar oleh kedua telinga Kiara membuat senyumnya terbit seketika.

Rehan kini telah sampai tepat di belakang Kiara, dia mulai melingkarkan kedua tangannya di perut Kiara membuatnya sedikit terkejut oleh tindakan Rehan. Rehan menyandarkan kepalanya kepundak Kiara dengan nyaman.

"Kamu cemburu pada tumpukan kertas, sayang?"

"Aku tidak cemburu."

Rehan tersenyum oleh jawaban Kiara, entahlah ada rasa bahagia yang muncul di hatinya saat dia berhasil menghoda istrinya.

"Itu hanya kertas, mengapa kau sampai cemburu padanya?"

"Sudah aku bilang aku tidak cemburu. Sudahlah Mas, lepaskan tangan Mas." ujar Kiara sambil mencoba melepaskan tangan Rehan dari perutnya.

Rehan pun melepaskan tangannya dari tubuh Kiara, lalu mulai melihat wajah kiara yang sedang cemberut dan terlihat begitu lucu bagi Rehan.

Rehan mulai mendekatkan wajahnya dengan Kiara hingga membuat Kiara sedikit menjauh dari Rehan.

"Kau terlihat sangat lucu jika sedang cemberut seperti ini"

Cup

Rehan mencium bibir Kiara dengan sekilas. Hanya sebentar namun dapat membuat jantung Kiara berdebar-debar.

"Sudah, ayo kita sarapan. " ajak Rehan.

Kiara berusaha menormalkan detak jantungnya yang sedang lari maraton itu dan mulai menyiapkan sarapan untuk Rehan. Kiara sangat gugup, tapi dia berusaha untuk menutupinya dan saat Kiara memberikan piring berisi makanan kepada Rehan, Rehan memegang tangan Kiara secara tiba-tiba.

"Kita suami istri, tidak perlu gugup seperti itu."

"Ya habisnya Mas yang semula dingin dan tidak menginginkanku, secara tiba-tiba menjadi baik padaku dan bersikap sangat manis. Ada apa ini Mas? "

Ya Kiara merasakan perubahan suaminya, hanya saja dia tidak mampu untuk berkata jujur dan baru sekaranglah dia bisa bertanya.

Kalau boleh jujur Kiara sebenarnya takut.

Takut?

Ya takut, takut jika suaminya bersikap manis padanya hanya sebentar dan tidak bertahan lama, dia juga takut jika kelak dia ditinggalkan tanpa pamit oleh suaminya dan pergi bersama wanita lain yang jauh lebih baik darinya.

Bukannya Kiara serakah, hanya saja Kiara ingin menikmati kebahagiaan ini dahulu tanpa rasa cemas dan khawatir.

"Apa kau tidak suka?"

"Aku suka Mas, hanya saja aku takut jika Mas bersikap baik hanya untuk sementara lalu pergi bersama Keyla, meninggalkanku sendirian."

"Hey, ko nangis. Sudah jangan berfikir terlalu jauh. Mas disini untukmu, jadi tenanglah."

Rehan berdiri lalu memeluk erat tubuh Kiara, membelai dengan lembut kepalanya dengan penuh kasih sayang.

****
Sarapan telah selesai dan kini Rehan telah siap untuk berangkat bekerja, tapi ada yang kurang. Istrinya belum muncul sejak tadi. Padahal tadi dia mengatakan akan mengambil sesuatu dari kamarnya, tapi entah mengapa dia belum kembali juga.

Yang di tunggu-tunggu pun akhirnya tiba, Kiara datang bersama beberapa kotak yang entah isinya apa.

"Nih Mas."

"Apa ini?"

"Ini semua adalah uang dan emas tabunganku, mungkin uang ini tidak seberapa tapi semoga dapat membantu perusahaan Mas."

Rehan sangat terkejut dibuatnya, dia tidak pernah menyangk jika istrinya akan memberikan semua uang tabungannya hanya untuk membantunya.

"Ini semua milikmu, bukan milik Mas. Lebih baik kamu simpan saja untuk keperluanmu. "

"Mas terimalah, perusahaan Mas sangat membutuhkan uang ini, setidaknya uang ini dapat menutupi sedikit kerugian sehingga perusahaan Mas dapat bertahan. Pikirkanlah staf dan karyawan yang bekerja di perusahaan Mas, mereka membutuhkan uang untuk keluarga mereka.

Rehan tidak mampu berkata apa-apa lagi, dia sangat tersentuh oleh pengertian sang istri, bukan hanya wajahnya yang cantik tapi hatinya juga. Dan sekali lagi Rehan merasa beruntung telah memilikinya.

"Kalau begitu Mas pinjam dulu ya, nantu setelah perusahaan Mas kembali bangkit akan Mas kembalikan uang ini."

"Iya Mas, jika itu yang diinginkan Mas."

"Mas pergi dulu ya. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Kiara mencium tangan Rehan dengan penuh rasa hormat.

"Hati-hati ya Mas. "

"Iya"

Kiara menyaksikan kepergian suaminya yang secara perlahan mulai menjauh darinya hingga menghilang dari pandangannya.

"Aku menunggumu pulang Mas" gumam Kiara.

Bukan Istri Impian (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang