Part 38

27.2K 1.2K 14
                                    

Hay guys!
Happy Reading!!!

"Ibu Keyla, ada yang ingin bertemu dengan Ibu." Ujar seorang polisi wanita yang membuka sebuah sel penjara yang menahan Keyla.

"Iya." Ujar Keyla sambil berdiri.

"Mari ikuti saya."

Dan Keyla pun berjalan beriringan dengan polisi itu dengan posisi tangan yang telah diborgol terlebih dahulu untuk mencegahnya kabur.

"Bapak ini yang ingin bertemu dengan Ibu, silahkan duduk." Ujar Polisi itu.

Keyla memperhatikan pria pertama yang menjenguknya setelah dia masuk ke sel penjara, namun sangat disayangkan pria itu tidak Keyla kenal sama sekali.

Pria berpostur tubuh tinggi, bberdada bidang, berwibawa serta berpakaian jas lengkap terlihat begitu rapi. Keyla menduga-duga bahwa pria ini bukanlah orang yang datang hanya sekedar untuk berkunjung.

"Selamat siang Bu, perkenalkan nama saya Remon. Saya dikirim oleh Pak Jidan untuk menjadi pengacara Ibu." Begitulah kalimat yang keluar dari Pengacara tersebut.

Pria itu berbicara lantang dan tegas seolah dia tidak takut kepada apapun yang mungkin datang menghadangnya. Keyla sedikit tersenyum kepada pria itu.

"Dimana Jidan?" Tanya Keyla.

"Pak Jidan pergi ke rumah sakit untuk menemui Pak Rehan." Jawab Remon.

"Dia pria yang bodoh. Sangat bodoh." Ujar Keyla sambil tersenyum dan menangis.

Kini dia baru menyadari orang yang sangat dia cintai, perjuangkan dan paling spesial dihatinya justru dialah orang yang telah menjebloskannya ke penjara. Sedangkan pria yang sering Keyla acuhkan malah dia yang perduli saat dia berada di  penjara.

"Bagaimanapun Ibu beruntung memilikinya, karena dia adalah pria yang baik." Jawab Remon.

"Ya dia baik, tapi sayang dia sangat bodoh." Ujar Keyla lagi.

"Baik Bu, bisa kita mulai pembahasan untuk mempersiapkan bukti untuk membebaskan atau mungkin dapat meringankan hukuman Ibu." Pinta Remon.

"Iya bisa."

Dan mereka pun mulai berdiskusi mengenai kecelakaan yang mengakibatkan Kiara terjatuh dari tangga hingga koma di rumah sakit.

*****

Rehan sedang duduk termenung seorang diri didepan ruang rawat Kiara. Dia masih memikirkan keadaan Kiara yang tak kunjung membaik selama beberapa hari ini. Dia merasa kesepian, dia sangat merindukan celoteh Kiara atau sifat polosnya yang terkadang terlihat begitu lucu.

Namun semua itu telah sirna dalam sekejap, meninggalkan rasa pilu yang tersisa dihati Rehan. Dia menunggu dan akan selalu menunggu hingga Kiara sadar dari komanya.

"Rehan." Panggil seorang pria yang kini telah berada dihadapan Rehan.

Rehan melihat sekilas wajah pria itu lalu kembali menunduk untuk melihat lantai rumah sakit seolah lantai itu lebih menarik dari pria yang saat ini telah berada di hadapannya.

"Ada apa?" Tanya Rehan yang merasa tidak senang dengan kehadiran pria itu karena telah mengganggu ketenangannya.

"Aku kesini untuk meminta maaf atas kesalahan yang telah istriku perbuat karena sebenarnya dia tidak ada niatan untuk mendorong istrimu dari atas tangga." Pria itu menjelaskan alasan kedatangannya kesini.

"Jidan, tunangan dari Keyla sejak satu setengah tahun yang lalu dan baru menikah beberapa bulan yang lalu di Prancis." Jelas Rehan.

Ya dia adalah Jidan suami Keyla. Dia mendatangi Rehan untuk meminta maaf agar Keyla dapat segera terbebas dari penjara.

"Saya mohon kepadamu untuk membebaskan Keyla dari penjara." Pinta Jidan.

"Tidak akan." Jawab Rehan cuek.

"Bagaimanapun dulu kalian pernah menjalin kasih dan saling mencintai. Tidak adakah belas kasih sedikit saja kepadanya?" Bujuk Jidan.

"Tidak ada." Jawab Rehan singkat lagi.

"Setelah Keyla bebas aku berjanji akan meninggalkannya agar kalian bisa bersama lagi. Aku telah mengikhlaskan semuanya, aku sadar pria yang Keyla cintai hanya kamu. Dihatinya aku hanyalah pria yang dimanfaatkan agar mau merawat ibunya saat sedang melakukan pengobatan di luar negeri." Jelas Jidan.

"Jika dia memang tidak mencintaimu dia tidak mungkin mau menikah denganmu."

"Itu semua adalah rencanaku. Jadi aku mohon kepadamu untuk mau melepaskannya." Bujuk Jidan.

Jidan akan berusaha bersabar untuk membujuk Rehan agar dia mau melepaskan Keyla. Apapun akan dia lakukan untuk cintanya sekalipun Keyla tidak pernah mau menerima atau bahkan tidak pernah bisa mencintainya.

"Sampai kapan kau mau bersandiwara hah!" Ujar Rehan yang mulai sedikit marah.

"Sandiwara apa maksudmu?" Tanya Jidan yang tidak mengerti apa maksud dari ucapan Rehan.

"Aku tau jika kalian sebenarnya saling suka, tapi karena Keyla dan kamu berjauhan jadi Keyla menjalin cinta denganku hanya agar tidak merasa kesepian bukan, dan itu semua atas izin darimu. Permainan kalian sangat luar biasa hingga dapat menipuku." Ujar Rehan sambil bertepuk tangan.

"Itu tidak benar Rehan." Ujar Jidan dengan lembut.

"Apanya yang tidak benar? Semua sudah terbukti. Aku tidak akan pernah mau melepaskan Keyla, aku ingin dia mendekam di penjara hingga membusuk!" Ujar Rehan dengan penuh amarah.

"Aku akan terus disini hingga kamu mau membantuku membebaskan Keyla dari penjara." Ujar Jidan kekeh.

"Jangan mimpi!"

"Maka aku akan tetap disini"

Rehan segera memukul wajah Jidan berulang kali, tidak dia perduli kan tatapan dari orang yang ada di sekitarnya. Biar saja mereka menonton yang pasti saat ini Rehan hanya ingin menghajar pria yang telah membuat hidupnya hancur seperti sekarang ini.

"Rehan hentikan." Ujar seorang wanita paruh baya yang baru saja keluar dari ruang rawat Kiara.

"Rehan hentikan!" Ujar wanita itu semakin keras.

Wanita itu mencoba untuk melerai Rehan agar tidak berkelahi lagi, namun naas tanpa sengaja Rehan mendorongnya hingga wanita itu hampir terjatuh dan tubuhnya langsung ditangkap oleh Wisnu.

Setelah menangkap tubuh Dewi, Wisnu segera menarik tubuh Rehan dengan paksa lalu menamparnya cukup keras hingga membuat sudut bibir Rehan berdarah.

"Sudah sadar hah? Ini rumah sakit bukan ajang gulat. Berani-beraninya kamu berkelahi disini hingga membuat kegaduhan." Ujar Wisnu dengan penuh amarah.

"Sekarang kamu pulang." Usir Wisnu.

"Tapi Pah..."

"Pulang sekarang. Sudah beberapa hari kamu tidak pulang untuk mandi. Pakaianmu kotor dan lecek dan wajahmu seperti monster. Apa kamu ingin saat Kiara sadar melihat keadaanmu yang seperti gembel?" Jelas Wisnu.

Sebenarnya Wisnu sangat marah atas perilaku Rehan, tapi saat mengingat bahwa banyak hal yang telah menimpa Rehan serta Wisnu juga mengetahui hubungan antara Rehan, Keyla dan Jidan itu pun hanya bisa menyuruh agar Rehan pulang untuk mendinginkan otaknya.

"Iya Pah." Jawab Rehan lesu.

"Kamu kesininya besok saja." Perintah Wisnu.

"Tapi Pah."

"Tidak ada bantahan."

Lagi Rehan hanya mampu menuruti apa perintah dari sang ayah. Dia tidak berani sedikitpun untuk menentang orang tuanya karena merekalah yang telah melahirkan, merawat dan menyayanginya hingga dewasa seperti sekarang ini.

Bukan Istri Impian (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang