Part 40

34K 1.3K 82
                                    

Happy Reading guys!!!

"Siapa yang sedang Mas tangisi? Mas punya berapa istri selain aku?" Tanya Kiara yang berada tidak jauh dari Rehan.

Rehan langsung tersadar oleh suara yang sangat dia kenal. Itu adalah suara istrinya. Rehan langsung menengok ke belakang dan benar disana Kiara yang sedang duduk di kursi roda yang sedang didorong oleh Mamah dan Papanya.

Rehan kembali melihat mayat yang ada di depannya dengan perasaan bingung bercampur malu karena sedang ditertawakan oleh kedua orang tuanya.

Rehan segera berlari untuk segera mendekap tubuh Kiara.

"Mas kenapa?" Tanya Kiara dengan perasaan bingung.

"Mas tidak papa. Mas senang akhirnya kamu sadar." Ujar Rehan sambil terus memeluk tubuh Kiara.

"Lalu kenapa Mas menangis, siapa mayat yang sedang Mas tangisi itu?" Tanya Kiara yang sangat penasaran.

"Mas tidak tahu. Ayo sekarang kita kembali ke ruang rawat kamu." Ujar Rehan.

Rehan menggantikan kedua orang tuanya untuk mendorong kursi roda Kiara. Rehan mendorong kursi roda yang Kiara tempati dengan perasaan senang.

"Mas belum jawab aku. Siapa dia Mas?" Tany Kiara yang masih belum mendapatkan jawaban dari Rehan.

"Mas tidak tahu. O iya, tadi kamu dari mana, Mas mencarimu sejak tadi?" Tanya Rehan.

"Tadi aku habis sholat Mas." Jawab Kiara jujur.

"Kenapa tidak bilang Mas?" Tanya Rehan.

"Bagaimana caranya? Keberadaan Mas saja aku tidak tahu, bagaimana bisa aku memberitahu Mas." Ujar Kiara.

"Kan bisa telepon Mas dulu."

"Tapi aku tidak membawa handphone Mas."

"Kan bisa pinjam handphone Mamah atau Papah."

"Aku tidak tahu jika Mas akan datang kesini."

"Bilang saja kalau kamu lupa sama Mas."

"Iya aku lupa."

Jawab Kiara yang mulai jengah dengan perdebatan itu, apa lagi ditambah keberadaan kedua mertuanya yang saat ini masih berada dibelakang Rehan dan Kiara.

Kiara berpikir betapa memalukannya mereka bertengkar didepan mertuanya, sangat memalukan. Maka dari itu Kiara lebih mengalah saja daripada perdebatan itu terus berlanjut.

"Kiara." Panggil Rehan.

"Hmm..." Jawab Kiara.

"Kenapa diam?"

"Tidak papa."

"Maaf jika Mas punya salah."

"Iya."

"Jangan marah lagi dong." Pinta Rehan.

"Iya." Jawab Kiara singkat.

"Mas mau tanya."

"Apa?"

"Apakah anak kita baik-baik saja?"

"Dia baik-baik saja. Mas tidak perlu khawatir."

Lalu hening. Tidak ada pembicaraan lagi diantara mereka. Hanya ada suara ketukan sepatu yang bersentuhan dengan lantai.

Saat mereka sampai di ruang rawat Kiara pun mereka masih saling diam. Rehan membopong tubuh Kiara ala bridal style keatas ranjang, lalu menaruhnya secara perlahan seolah Kiara adalah barang yang mudah pecah jika dia tidak berhati-hati.

Bukan Istri Impian (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang