Part 4

37.1K 2.3K 20
                                    

Happy Reading!

Seorang gadis yang sedang terbaring tidak sadarkan diri kini terlihat mulai membuka matanya secara perlahan, sedikit demi sedikit dia membuka mata kemudian menyesuaikan cahaya lampu yang ada di kamar mandi itu.

Gadis itu mulai bangun untuk duduk, dia merasa sedikit kedinginan, mungkin karena tubuhnya terlalu lama dalam keadaan basah dan suhu kamar mandi yang cukup lembab membuat tubuhnya kedinginan.

Gadis itu mulai meringkuk memeluk kedua lututnya, kemudian membenamkan kepalanya di atas kedua lututnya kemudian menangis tanpa suara.

Dia merasa sedih bukan karena menyesal telah menikah dengan Rehan, tapi karena dia merasa terlalu lemah untuk menghadapi masalah yang datang menerjang hidupnya.

Dia berusaha kuat untuk menerima, menghadapi ini semua, namun entah mengapa hatinya masih sakit. Sakit akan kehadirannya yang tidak diinginkan oleh suaminya.

"Umi, Abi. Kiara rindu sama Umi dan Abi" gumam Kiara.

Kemudian dia mengingat awal dimana pernikahan ini terjadi dimana saat itu.

Flaskback

Saat itu Kiara sedang memperingati tujuh hari kematian orang tuanya yang meninggal karena sebuah kecelakaan, kecelakaan yang hanya menyisakan Kiara saja yang selamat dan menewaskan kedua orang tua Kiara.

Entah Kiara harus sedih atau senang. Sedih karena kedua orang tuanya telah pergi meninggalkannya seorang diri. Atau senang karena dia telah selamat dari kecelakaan maut itu. Jika boleh jujur Kiara lebih memilih untuk pergi bersama mereka, dibandingkan harus ditinggalkan seorang diri di dunia yang begitu kejam. Tapi Kiara sadar ini semua telah diatur oleh Allah swt, dan di setiap kejadian pasti ada hikmah yang dapat kita ambil.

Jadi sekarang Kiara hanya bisa bersyukur karena dia telah selamat dari kecelakaan itu dan berdoa untuk kebaikan Umi dan Abinya di alam sana.

"Kiara, sayang. Kamu jangan terus larut dalam kesedihan. Kamu harus terus menjalani kehidupanmu. Umurmu masih muda, hidupmu masih panjang" ujar seorang wanita paruh baya yang Kiara tau dia adalah teman dari Uminya.

"Iya Tante, Kiara sudah ikhlas ko atas kepergian Umi dan Abi" jawab Kiara dengan senyum yang manis.

Namun wanita paruh baya itu tau bahwa dibalik senyum yang terukir indah di wajah Kiara, masih tersimpan beribu jarum yang menusuk dihatinya dan yang belum bisa Kiara lepaskan.

"Kiara, Tente akan mengatakan keinginan terakhir orang tuamu bersama Tante" ujar wanita itu kepada Keyla.

"Apa itu Tan? " tanya Kiara.

"Tante bersama orang tuamu sebelum meninggal telah menjodohkan kamu dengan anak Tante, Rehan"

"Apakah kamu bersedia untuk menikah dengan anak Tante? " tanya wanita itu.

Kiara begitu bingung apa yang harus dia jawab kepada wanita itu, di satu sisi dia masih berduka atas kepergian orang tuanya tapi disisi lain dia juga ingin memenuhi keinginan terakhir orang tuanya.

"Maaf Tan, Kiara butuh waktu" jawab Kiara pada akhirnya.

"Iya, Tante akan menunggu hingga kamu siap" jawab wanita itu sambil mengelus kepala Kiara dengan penuh kasih sayang.

Sejak dulu wanita itu begitu menyayangi Kiara hingga sekarang pun dia masih menyayangi gadis itu seperti anaknya sendiri. Dia telah menyukai gadis kecil yang dulu sering sekali bermain bersamanya bahkan menghiburnya dengan tingkah lucu dan manisnya.

Bukan Istri Impian (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang