Bagian 6

623 52 0
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore, ketika para pekerja yang sedari tadi pagi terlibat dalam penggarapan iklan produk konveksi Mahadana Corporate, satu-persatu mulai beranjak pulang dari kantor besar itu, tak terkecuali Livia sang brand ambassador. Gadis berparas cantik itu keluar dari ruang penggarapan iklan dengan wajah ditekuk.

Bagaimana tidak, sejak insiden Citra yang hampir jatuh karena ulahnya tadi hingga jam pulang kantor ini, Yudhistira Mahadana tidak pernah jauh dari sepupunya, Citra Maharani. Pemimpin Mahadana Corporate itu terus saja menempeli sepupunya, seakan enggan berpisah barang sebentar.

'Padahal niat gue mau ngerjain Citra, malah bikin dia sama pak Yudhis jadi akrab. Kan ngeselin!' gerutu Livia dalam hati.

Livia baru saja melintasi meja resepsionis, ketika telinganya sayup-sayup mendengar pembicaraan antara Salah seorang  resepsionis dengan sekretaris sang CEO yang seketika membuat Livia menghentikan langkahnya.

"Tadi orang Perwira Company telepon, minta ketemu sama pak Yudhis," ujar Dina.

"Ditolak aja, Pak Yudhis pasti nggak bakal mau nemuin!" pinta sekretaris Yudhis.

"Gue heran deh, kenapa ya, pak Yudhis nolek terus tiap diajak kerja sama dengan perusahaan Perwira itu? Padahal mereka perusahaan besar dan perusahaan kita ini bakal banyak untungnya!" celoteh si resepsionis.

"Kayanya sih, pak Yudhis dulu pernah terlibat masalah sama pemilik perusahaan itu, sampe bikin pak Yudhis nggak mau bersinggungan sama apapun yang ada hubungannya sama keluarga Perwira," jelas sekretaris cantik itu.

"Masalah apa?"

"Ya,mana gue tau! Bukan urusan kita ini!"

"Kalo gue jadi pak Yudhis, gue bakal langsung terima tawaran kerja sama dari Perwira Company tanpa pikir panjang!"

"Tapi sayangnya lo bukan pak Yudhis!"

"Ah, lo bikin keki, deh!" Si resepsionis berdecak kesal.

"Udah ah, sore-sore masih aja ngajakin gibah. Boss sendiri lagi yang di ghibahin. Kena karma tau rasa lo!" peringat sekretaris Yudhis.

"Udah, ah! Gue ke ruangan pak Yudhis dulu. Takut dicariin. Bay!"

Sekretaris Yudhistira Mahadana itu pun melenggang pergi sedangkan sang resepsionis kembali duduk di balik meja kerjanya. Sementara tak jauh dari situ, Livia masih berdiri dengan raut muka seakan memikirkan sesuatu.

'Apa bener pak Yudhis pernah ada masalah sama keluarga Perwira? Apa masalahnya lumayan besar sampe pak Yudhis nggak mau kerja sama dengan Perwira Company?'

'Kalo bener begitu, berarti.....'

Senyum sinis tersungging di bibir Livia.

'Citra Maharani Perwira, kali ini lo nggak akan bisa lagi deket-deket sama pak Yudhis!'

****

Tok tok tok tok

"Masuk!"

Seorang wanita lanjut usia memasuki kamar bernuansa mocca milik Citra Maharani. Citra menoleh dan segera merubah posisinya dari telungkup sembari berkutat dengan laptopnya, menjadi duduk dengan fokus sepenuhnya pada orang yang baru masuk ke ruang pribadinya itu.

"Nena kok belom tidur?" tanya Citra saat ibu dari mamanya itu berangsur duduk di pinggir tempat tidurnya.

"Harusnya nena yang tanya begitu, udah hampir tengah malem kamu masih aja mantengin laptop. Nggak pedes itu matanya?" sarkas Santi.

BATASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang