Bagian 9

532 45 6
                                    

Tok tok tok tok

"Masuk!"

Reihan membuka pintu ruangan sang atasan dan langsung masuk menghampiri Yudhis yang sedang duduk di kursi kerja sembari memijit-mijit pelipisnya.

"Selamat siang, Pak! Tadi bapak memanggil saya, ya? Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Reihan.

"Kamu kemana aja beberapa hari ini?  Kenapa nggak ke kantor?" introgasi Yudhis.

"Maaf, Pak, mungkin bapak lupa. Saya menggantikan bapak meeting dengan Royal Kuliner di Bandung. Baru semalam saya sampai rumah, Pak. " jawab Yudhis jujur.

"Ooh!" Yudhis mengangguk paham. "Iya,  saya lupa. Maaf, saya lagi banyak pikiran!"

"Tidak apa-apa, Pak. Saya maklum! " ucap Reihan.

"Rei, saya mau tanya, apa kamu tau kalo Ganesha Advertising itu milik keluarga Perwira? " tanya Yudhis.

Reihan tertegun beberapa saat kemudian menggeleng, "Saya tidak tahu, Pak.  Tapi setahu saya Ganesha Advertising  itu milik perusahaan Sanjaya Group yang ada di Bandung!"

"Dan kamu tau Sanjaya Group itu milik siapa?" nada suara Yudhis meninggi.

Lagi-lagi Reihan menggeleng, kali ini dengan gerakan kecil saja. Dia benar-benar tidak tahu kemana arah pertanyaan Yudhis ini. 

"Sanjaya Group itu milik istri dari Arnesh Perwira, mamanya Citra!" ungkap Yudhis.

Reihan seketika terbelalak, "A-apa?! J-jadi mbak Citra... "

"Ya!" Yudhis mengangguk. "Citra adalah putri keluarga Perwira. Satu-satunya putri Arnesh Perwira dan Gendhis Aluna Sanjaya, adik dari Cakra Perwira pimpinan Perwira Company saat ini!"

"Saya kan udah pernah bilang sama kamu, saya nggak mau perusahaan ini ada kerjasama dengan perusahaan manapun yang masih ada hubungannya sama Perwira Company, meski itu sangat menguntungkan saya sekalipun!"

"M-maafkan saya, Pak. Saya benar-benar tidak tau kalo Ganesha Advertising itu ada hubungannya dengan perusahaan Perwira!" ucap Reihan.

"Ceroboh kamu, Rei! "

"Sekali lagi, saya minta maaf!" Reihan benar-benar merasa bersalah. "Apa sebaiknya kita putuskan kontrak kerjasama kita dengan Ganesha Advertising, Pak? "

Yudhis menggeleng, "Nggak perlu! Biar itu jadi urusan saya sekarang! "

"B-baik,  Pak! "

"Lain kali kamu harus bekerja lebih teliti,  Rei! Saya nggak mau ini terulang lagi!" pinta Yudhis.

Reihan mengangguk, "I-iya, Pak! Sekali lagi saya minta maaf atas kecerobohan saya! "

"Sekarang saya ada tugas buat kamu! "

Yudhis mengeluarkan tumpukan kertas tebal dari dalam laci dan diletakkan di atas meja kerjanya. Reihan mengambil tumpukan itu lalu membaca sekilas tulisan yang ada di bagian paling depan.

"Undangan, Pak?"

"Iya, itu undangan pernikahan saya yang akan berlangsung akhir minggu ini. Saya mau kamu bagikan ke seluruh karyawan dan beberapa rekan bisnis kita!" titah Yudhis.

"Bapak mau menikah? Kenapa mendadak sekali, Pak? Sama siapa?" tanya Reihan.

"Sama Citra!" sahut Yudhis datar.

BATASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang