Citra mengerjapkan mata menyesuaikan cahaya kamar yang menembus masuk ke retina. Gadis itu sejenak mengeliat kemudian bangun terduduk di tempat tidur hotel yang teramat nyaman, bersamaan saat Yudhis keluar dari kamar mandi.
Pria itu bergerak cepat mengambil jas dari dalam lemari hotel--yang mungkin memang dibawanya dari Jakarta--lalu memakainya. Hal yang langsung membuat kening Citra berkerut.
"Mau kemana, Pak?" tanya Citra.
"Ke kantor!" jawab Yudhis singkat.
"Loh, bukannya kita seharusnya tetep stay di sini sampe beberapa hari ke depan, ya? Kok bapak malah mau ke kantor?"
"Kamu aja yang stay di sini. Saya harus kerja," ujar Yudhis sembari merapikan jasnya.
"Nggak takut, nanti kalo di kantor bapak ketemu tante Indy, gimana?"
Yudhis terdiam, berhenti dari kegiatan merapikan jasnya.
"Nggak takut tante Indy nanti kecewa karena ngerasa bapak nggak menghargai hadiah liburan pemberian beliau dan ninggalin saya di sini sendirian?"
Sejenak Yudhis memikirkan kata-kata Citra, 'Bener jugga, kalo sampe mami tau gue ninggalin nih cewek sendiri di sini, pasti mami sedih banget!'
"Mending kita nikmatin liburan kita di sini. Jarang-jarang kan kita bisa cuti sampe tiga hari begini?" saran Citra.
"Gimana kalo sekarang kita jalan-jalan aja? Sayang loh, kita lagi di puncak tapi kita diem aja di kamar. Udara pagi di sini pasti lagi seger-segernya!" tawar Citra kemudian.
"Nggak!" tolak Yudhis sembari melepas jasnya. "Kalo mau jalan-jalan, kamu sendiri aja! Saya di sini aja, mau ngecek e-mail kantor."
"Yakin nggak mau ikut?"
"Nggak!"
"Nggak nyesel?"
"Nggak akan!"
"Jangan nyariin, loh!"
"Nggak usah kepedean!" tukas Yudhis.
"Oke, deh! Mandi dulu, ah!"
Citra beranjak ke kamar mandi, meninggalkan Yudhis yang mendengus kesal.
****
Udara puncak memang berbeda dengan di kota. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi, tapi hawa segar masih menyelimuti. Citra berjalan santai menikmati suasana yang tak pernah didapatinya di Jakarta. Sesekali Citra menghela nafas panjang, memasukkan oksigen sebanyak-banyaknya ke dalam paru-paru kemudian menghembuskannya perlahan.
Tiba-tiba perhatian Citra tersita pada beberapa warga yang berlarian menuju ke satu arah yang sama. Wajah mereka terlihat panik dan tegang. Seketika muncul rasa penasaran di hati Citra.
"Itu orang-orang pada kenapa, ya?" gumam Citra. "Gue ikutin aja, deh!"
Citra segera melangkah mengikuti orang-orang yang berjalan dengan tergesa. Tak berapa jauh, Citra melihat makin banyak orang berkerubung. Kepulan asap hitam membumbung tinggi, meyakinkan Citra telah terjadi hal yang buruk.
Citra segera menyeruak kerumunan masa dan seketika mata Citra membulat melihat sebuah rumah kecil terbakar api. Beberapa orang warga berlarian membawa ember berisi air berusaha memadamkan api yang berkobar cukup besar. Tapi sepertinya api itu terlalu ganas untuk ditaklukan hanya dengan air yang disiramkan dari ember-ember kecil itu.
Citra semakin terbelalak ketika telinganya mendengar teriakan seorang anak kecil meminta pertolongan dari dalam rumah yang terbakar itu. Netra Citra pun menangkap seorang ibu berteriak histeris dan berusaha menerobos masuk ke dalam rumah itu, tapi beberapa warga menahannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/254905394-288-k569982.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BATAS
RomanceCitra tak pernah menyangka masa lajangnya akan berakhir lebih cepat dari perkiraanya. Pernikahannya dengan CEO tampan dan kaya raya seketika merubah hidupnya. Disaat semua orang membayangkan kehidupan mewah yang akan Citra dapatkan, tapi justru Citr...