Bagian 4

790 60 0
                                    

Di sebuah restoran tak jauh dari kantor Mahadana Corporate, Indy bersama Yudhis dan Citra duduk menikmati makan siang mereka sembari berbincang ringan. Sesekali terdengar tawa lepas dari Indy saat Citra melancarkan candaannya.

Yudhis baru tahu sifat Citra yang ternyata begitu hangat dan periang. Sangat berbeda jika mereka sedang dalam forum diskusi, Citra terlihat begitu serius dan memperhatikan setiap detail pekerjaannya. Dengan sifat asli Citra itu, tak heran jika Indy dengan mudah menjalin keakraban dengan gadis itu.

Melihat kedekatan antara Citra dan maminya, hati Yudhis bergelayar aneh. Ada rasa bahagia melihat Indy kembali bisa tersenyum lebar setelah hampir tiga tahun ini senyum wanita tengah baya itu jarang sekali terlihat. Sepertinya pembawaan Citra yang ceria ini yang bisa menarik Indy dari kesedihannya yang berlarut karena kehilangan sang suami, papi Yudhis.

'Apa gue coba buat kenal sama Citra lebih jauh lagi, ya? Kayanya emang udah waktunya juga gue cari pendamping. Biar mami juga ada temennya!' pikir Yudhis.

"Cit, kapan-kapan tante boleh maen ke rumah kamu?" tanya Indy.

"Boleh banget dong, Tan!" Citra antusias. "Nanti Citra kenalin tante sama nenanya Citra!"

Kening Indy berkerut, "Nena? Siapa itu?"

"Nena itu panggilan dari Citra buat neneknya Citra, mamanya mama!" jelas Citra.

Indy terkekeh, "Cute banget sih panggilannya!"

"Kue buatan nena enak banget loh, Tan!"

"Oh, ya?!"

Citra mengangguk ribut, "Dijamin nagih!"

"Harus dicobain itu!"

Atensi Indy beralih pada Yudhis yang sedari tadi diam sambil memperhatikan dua wanita di hadapannya yang tengah berbincang akrab.

"Dhis, kapan-kapan kamu anterin mama ke rumah Citra, ya!" pinta Indy.

"Iya, kapan-kapan Yudhis anter!" jawab Yudhis singkat.

"Kalo pak Yudhis sibuk, share aja alamat pak Yudhis ke saya, nanti saya yang jemput tante Indy," tawar Citra.

"Nggak!" tolak Yudhis. "Saya harus memastikan mami saya berada di tempat yang aman. Jadi saya akan antar sendiri mami saya kemanapun tempat yang mau mami saya kunjungi!"

"Kan saya bilang kalo pak Yudhis sibuk," Citra mengulang kata-katanya.

"Kalopun saya sibuk dan nggak bisa antar mami, ada asisstan saya yang akan anter mami saya!" ujar Yudhis.

"Segitu nggak percayanya!" Citra mendengus. "Asal bapak tau, rumah saya itu sangat amat aman sekali. Satpam komplek 24 jam berjaga. Penjaga gerbang runah saya juga nggak akan kasih masuk orang sembarangan!"

"Tetap aja, saya belum tahu lingkungan kamu kaya apa. Saya nggak mau terjadi sesuatu yang buruk sama mama saya," debat Yudhis lagi.

"Yudhis, jangan terlalu berlebihan gitu, dong!" hardik Indy, menengahi perdebatan dua muda-mudi di hadapannya.

"Mi, Yudhis cuma nggak..."

"Mami pasti baik-baik aja bersama Citra!" potong Indy yakin, membuat Yudhis hanya bisa menghela nafas pasrah.

Indy beralih menatap Citra yang wajahnya sedikit masam. Mungkin karena perkataan Yudhis tadi, agaknya menyinggung perasaan gadis itu.

"Cit, omongan Yudhis tadi nggak usah kamu masukin hati, ya!" pinta Indy. "Yudhis memang begitu orangnya, sedikit posesif."

Citra tersenyum, "Nggak papa tante, Citra ngerti, kok. Pak Yudhis sayang banget sama tante, jadi wajar kalo dia nggak mau tante kenapa-kenapa."

"Maminya aja di sayang banget, apalagi istrinya!" celetuk Citra yang seketika membuat Yudhis tersedak minuman yang tengah di teguknya.

BATASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang