Ting tong...
Ting tong....
Bel rumah kediaman Arnesh Perwira berbunyi. Citra yang tengah asik menonton film di ruang tengah langsung melirik seseorang yang duduk di sampingnya.
"Siapa tuh, Can?" tanya Citra.
Candra yang masih menikmati tontonan di layar kaca mengendikkan bahunya acuh, "Mana gue tau! Kan lo yang punya rumah."
"Masa Mama sama Papa, sih? Bukannya mereka baru pulang dari Bandung besok lusa, ya?"
"Bang Cakra, kali!"
"Bang Cakra lagi ada proyek di Bogor. Baru juga berangkat pagi ini. Nggak mungkin pulang secepet ini," sanggah Citra.
Tak berapa lama Joni, satpam yang bekerja di rumah Citra, datang dengan raut wajah kebingungan.
"P-permisi, mbak Citra, mas Candra!"
Atensi Citra dan Candra langsung beralih pada laki-laki berusia 30an tahun itu.
"Ada apa, Jon?" tanya Citra.
"A-anu, i-itu... Eng... Di depan ada..." Joni menjeda sejenak kalimatnya. "A-ada polisi, Mbak."
"Ngapain polisi ke sini?" tanya Candra.
"Katanya... Itu... M-mereka nyariin mbak Citra."
"Hah?!" Candra dan Citra terbelalak.
Candra langsung menatap Citra, "Lo bikin masalah apa, sih, Cit? Sampe dicari polisi begini?"
Citra menggeleng, "Gue nggak ngapa-ngapain. Dari kemaren kan, gue di rumah terus sama lo!"
"Terus itu polisi ngapain nyariin lo?"
"Ya, mana gue tau!" Citra mengendikkan bahu. "Gue nggak ngerasa bikin salah, juga!"
"Ya udah, kita temuin dulu. Siapa tau cuma mau cari informasi aja," saran Candra.
Citra mengangguk setuju, "Oke!"
Citra dan Candra segera beranjak menuju ruang tamu, tempat dimana dua orang polisi sudah menunggu keduanya, lebih tepatnya menunggu Citra. Para polisi itu berdiri lalu menjabat tangan Citra dan Candra secara bergantian. Kemudian empat orang di ruang tamu itu duduk di sofa dan memulai perbincangan mereka.
"Selamat pagi, Mbak, Mas, mohon maaf kami menganggu waktunya," ucap salah seorang polisi.
"Tidak mengganggu sama sekali, Pak. Kebetulan kita juga lagi santai," ujar Candra, berusaha bersikap setenang mungkin. "Ada kepentingan apa, ya, bapak-bapak ini datang kemari?"
"Begini, kami ingin bertemu sama mbak Citra Maharani Perwira. Ada hal yang ingin kami tanyakan," jelas polisi itu.
"Saya Citra," aku Citra.
"Oh, anda yang namanya Citra?"
Citra mengangguk, "Iya. Ada apa, ya?"
"Apa benar, mobil jenis city-car berwarna merah dengan plat nomer B 1917 CP, adalah mobil milik mba Citra?" tanya polisi yang satu lagi.
"B 1917 CP?" sejenak Citra mengingat-ingat. "Iya, itu salah satu mobil atas nama saya. Ada apa memangnya?"
"Apa semalam anda memakai mobil itu untuk bepergian?"
"Tunggu, ini sebenernya ada apa, sih, pak?" tanya Candra bingung. "Kok nanyain tentang mobil saudara saya?"
"Jadi, semalam mobil jenis city-car atas nama mbak Citra ini, diduga menjadi penyebab kecelakaan sebuah mobil sedan yang menyebabkan pengemudinya tewas. Untuk itu, kami ke sini ditugaskan menjemput mbak Citra untuk dimintai keterangan lebih lanjut di kantor polisi," jelas sang polisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BATAS
RomanceCitra tak pernah menyangka masa lajangnya akan berakhir lebih cepat dari perkiraanya. Pernikahannya dengan CEO tampan dan kaya raya seketika merubah hidupnya. Disaat semua orang membayangkan kehidupan mewah yang akan Citra dapatkan, tapi justru Citr...